Satu bulan berlalu terasa berat oleh Caca, tidak ada tindak jahil dari Bagas, tidak ada omelan bijak dari Syifa, tidak ada bujukan lagi dari Dava, yang ia dapat hanyalah tatapan kasihan dari orang-orang terdekatnya. Ia hanya butuh waktu sampai luka itu perlahan menutup dan terkubur dalam masa lalu.
Kini yang ada hanya Caca yang baru, Caca yang terlahir sebagai pembawa kebahagiaan. Tidak akan ada lagi Caca yang galau. Tidak akan ada lagi tatapan kasihan dari orang-orang terdekatnya.
Ia harus mengejar ketertinggalannya selama sebulan ini, karena jarang memperhatikan guru saat di dalam kelas. Caca merasa beruntung memiliki teman seperti Syifa yang mampu mengajarinya dengan sabar.
Satu minggu lagi akan diadakan ujian semester, jadi Caca harus benar-benar tekun dalam mempelajari semuanya dalam waktu singkat.
Caca terlihat serius mengerjakan lembar soal yang diberi oleh Syifa, saat jam kosong dan istirahatpun tak menyulutkan usaha Caca untuk belajar. Ia tak mau mengambil kesempatan untuk bermain-main lagi kali ini. Ia tampak serius dengan soal-soal di hadapannya. Walaupun terkadang hanya dapat mengerjakan sepuluh soal, tapi Caca tak patah semangat.
Hari-hari terus berlanjut, terkadang Caca belajar di perpustakaan agar mendapatkan konsentrasi yang tinggi. Ia juga dapat meminjam buku panduan untuk mencari jawaban-jawaban dari soal tersebut. Berjalan mengitari rak-rak perpustakaan, mencari buku panduan matematika, kimia, dan fisika saat ia menjawab soal-soal hitungan.
Terkadang ia juga belajar di lorong dengan banyak orang yang berlalu-lalang, bahkan anak laki-laki yang ribut karena bermain bola pun tak mampu membuat konsentrasi Caca hilang. Ini adalah salah satu usaha balas dendamnya terhadap dirinya yang sudah bertingkah bodoh karena seorang Dirga.
Jika ia bosan menjawab soal-soal tersebut di lorong, dekat lapangan, dan perpustakaan, maka ia akan belajar di lorong depan ruang musik. Mendengarkan band sekolah yang berlatih dan mencari gitaris baru untuk penampilannya saat ujian semester selesai. Caca menikmati suara dentuman drum, petikan gitar dan suara bass yang menggema di sekelilingnya, dengan seorang vokalis yang mampu menyeimbangkan suaranya bersamaan alat-alat musik tersebut.
Ia menghentikan sejenak untuk menjawab soal-soal tersebut dan melihat ke dalam ruangan musik dari luar yang membatasinya dengan pintu kaca. Caca menikmati suara nyaring yang dikeluarkan oleh gitar listrik, tak sadar bahunya bergoyang dan kepalanya ikut-ikutan, matanya tertutup menikmati permainan dari band sekolahannya.
Gitaris itu meliuk-liukkan jarinya dengan cepat sehingga mengeluarkan nada yang disukai bagi Caca. Ia membuka matanya dan melihat gitaris dua yang mengeluarkan suara tersebut. Dengan kharismatiknya gitaris itu masih meliuk-liukkan jarinya, rambutnya yang cepak serta raut wajahnya yang enak dilihat membuat Caca sedikit menyunggingkan senyuman.
Ia jatuh cinta dengan pandangan pertama saat melihat kharismatik gitaris baru tersebut. Jantungnya berdegup kencang melihat pemuda itu tanpa berkedip, ada rasa senang yang menyelimuti hatinya. Bibirnya terus tersenyum menatap pemuda tersebut. Tanpa sadar bahwa Syifa sudah berada di sebelahnya dan ikut menikmati permainan band sekolahnya.
"Gitaris dua cakep, ya, Ca." ungkapan dari mulut Syifa mengejutkan Caca dan mengalihkan pandangannya sekarang tepat ke gadis tinggi itu. Tak biasanya Syifa memuji seorang laki-laki.
"E-eh, iya Syif. Lo suka?"
Tanpa menjawab pertanyaan Caca, gadis itu hanya tersenyum dan kembali melihat pemuda itu bermain dengan gitarnya. Caca menebak, Syifa pasti suka, karena Syifa tidak pernah sekalipun mengeluarkan ekspresi seperti tadi, seperti orang yang sedang jatuh cinta. Ada rasa kecewa di hati Caca, namun ia terlambat untuk memberitahu Syifa, gadis itu terlebih dahulu mengungkapkan perasaannya.
Lagu yang dimainkan oleh band sekolahan berhenti, gitaris yang mereka lihat tersenyum dengan manisnya, tapi ada rasa sakit di dada kirinya. Syifa masih mematung memperhatikan pemuda itu, Caca memutuskan untuk membereskan buku-bukunya dan pindah ke perpustakaan.
Perpustakaan yang berbeda gedung dengan ruang musik tadi membuat Caca berjalan dengan buru-buru dan menabrak seseorang yang ia kenali. Tampak orang itu terkejut dengan sebuah kamera yang terpegang erat di tangannya.
"Duh, pake nabrak orang lagi ni badan!" rutuknya pada dirinya sendiri.
"Sorry ya, gue gak sengaja. Sorry banget, gue buru-buru tadi." dengan wajah panik serta takut.
Ckrek
Mendengar suara kamera, ia pikir akan diabaikan oleh orang di depannya. Tapi, arah lensa kamera yang berada tepat di depan mukanya membuat Caca berpikiran bahwa pemuda tersebut baru saja mengambil fotonya tanpa izin.
"Hahaha, santai aja."
Tak habis pikir, pemuda itu hanya mengeluarkan dua kata sambil tertawa. Ia hanya bisa membalas tawa renyah pemuda tersebut dengan tatapan yang kikuk. Pemuda itu memperhatikannya, lalu mengulurkan tangannya.
"Kenalin, gue Arta."
Caca menatap tangan pemuda tersebut dan meneguk salivanya, tanpa harus bersusah payah mencari tahu nama pemuda yang menatapnya beberapa bulan yang lalu saat di kolam renang. Ia menyambut tangan pemuda tersebut dengan senang.
"Aisya!"
Mereka berjabat tangan dan tersenyum satu sama lain. Perasaan kecewanya perlahan ditutupi oleh perasaan senang saat berkenalan dengan Arta, sehingga Caca lupa ia harus melanjutkan belajarnya. Ia malah menemani Arta mencari objek foto.
Di sini sekarang, mereka berada di rooftop sekolah, Arta yang suka dengan pemandangan, langit, awan, laut, matahari, bulan, bintang sangat suka berada di rooftop. Baru beberapa saat mereka berkenalan, tetapi Caca sudah tahu apa yang disukai oleh Arta.
Mereka menghabiskan waktu di rooftop dengan mengobrol dan mengambil gambar beberapa objek yang dikira Arta menarik. Caca juga mencoba mengambil foto yang dikiranya menarik, tanpa sadar Caca mengambil foto Arta yang sedang memperhatikan langit siang yang terpapar sinar matahari dengan awan yang mengepul di atas sana. Indah, pikirnya.
Dapet gak feelnya? Semoga dapet ya! Thank you for reading! Klik bintang jangan lupa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable
أدب المراهقينCERITA INI DI PRIVATE Buat kalian yang baru gabung baca cerita ini follow dulu akun aku untuk bisa membaca semua part. Beberapa part dengan konflik berat aku Private. Ini bukan kisah dimana siklus pdkt-jadian-putus berlaku. Gadis ini terjebak pada...