Sang Gagak

95 3 5
                                    

"Hey kak, kau sudah sadar rupanya"

"Aku dimana ini?, kenapa aku bisa disini?"

"Kau sedang di kamarmu, kau ditemukan seorang warga sedang tergeletak di tepi hutan. Akan ku panggilkan ayah"

Tron keluar dari kamar tersebut, sejenak ku berpikir, siapakah orang itu? Mungkinkah aku sedang berhalusinasi? Ah sepertinya tidak, tinjunya terasa sangat kuat.

"Nak, kau sudah sadar. Siapa yang melakukan semua ini padamu?"

"Aku tak tahu yah, dia sangat misterius, pakaianya serba hitam" kataku

"Mungkinkah dia Sang Gagak"

"Sang gagak? Siapa dia yah?"

"Menurut legenda, dia adalah prajurit yang sangat tangguh dan mengapdi pada kerajaan. Semua musuh bisa ia tumbangkan, semua tugas bisa ia selesaikan dengan waktu singkat. Tetapi sesuatu merubahnya, ia berubah menjadi seorang penghianat. Dan diburu oleh sang raja, ia bersumpah akan terus memusuhi kerajaan hingga akhir hayatnya"

"Apa yang merubahnya yah?"

"Entahlah, ayah juga tidak tahu"

"Jika yang ku temui itu sang gagak?, mengapa ia tidak menghabisku?. Aku juga salah satu orang yang mengapdi pada kerajaan"

"Huss, jangan berkata seperti itu. Ayah tidak mau itu terjadi"

"Oiya yah!, mengapa ia dipanggil sang gagak?"

"Ia dipanggil sang gagak karena berpakaian serba hitam dan terdapat sepasang sayap di punggungnya"

Tidak lama setelah itu, perutku pun menyanyikan lagunya.

"Kau lapar ya nak, ayah ambilkan makanan dulu"

Jika legenda yang diceritakan ayahku benar, maka benda yang ada dipunggungnya itu adalah sayap. Bagaimana bisa seorang manusia bisa memiliki sayap?.

Ke esokan harinya,

Aku berangkat sekolah seperti biasa. Berkenalan dengan teman baru dan tak lupa selalu memandang wajahnya.

Suara bel tanda pelajaran dimulai pun mulai terdengar, aku bergegas masuk kelas dan betapa beruntungnya aku ternyata Veronika juga satu kelas denganku. Aku duduk dengan seorang lelaki bernama Anton.

"Tanganmu kenapa?" Tanya anton

"Aku terjatuh saat memanjat pohon kemarin"

"Wah kasihan sekali, memangnya pohon apa yang kau panjat?" dengan memasang wajah prihatin

"Pohon terong"

*Hening sesaat*

"Ada golok nggak?" Tanya anton

*Tap tap tap* langkah kaki seorang wanita paruh baya dengan rambut lurus di ikat kebelakang.

"Pagi semuanya"

"Pagi bu" serentak diucapkan

"Disini ibu akan mengajar tentang teknologi perang, yah mungkin kalian masih bingung mengapa kita menggunakan teknologi jika bisa menggunakan sihir. Ibu akan menjelaskan sedikit, sihir memang senjata pamungkas di kerajaan kita, hampir semua penduduk di sini bisa menggunakannya, tapi sihir mahal harganya karena kita harus menguras banyak tenaga hanya untuk mengeluarkan satu sihir saja".

"Bu, saya tidak merasa kelelahan saat mengeluarkan sihir" sahut Anton

"Siapa namamu nak? Apa kemampuanmu?"

"Nama saya Anton Bu, keahlian saya bisa mengeluarkan bola api"

"Coba kau keluarkan 3 bola api sejarah berturut-turut tanpa berhenti"

Anton pun melakukannya, bola api pertama hingga bola api terakhir telah keluar dari telapak tangannya. Tetapi setelah itu, ia pingsan.

"Itu yang ibu maksud, tetapi dengan teknologi kita bisa jauh menghemat tenanga. Apa lagi saat kita berada di situasi genting, kita masih bisa melawan."

Guru tersebut mengambil sebuah sarum tangan.

"Perhatikan dengan seksama"

Sarum tangan tersebut bisa mengeluarkan 4 bola dengan elemen berbeda yaitu api, air, tanah, dan angin.

Para murid memberikan tepuk tangannya.

"Hei kamu yang duduk disebelah anton!"

"Wahduh, mau diapakan aku. Apa aku mau disate" batin ku

"Bawa Anton ke UKS"

"Siyap bu" jawabku dengan penuh semangat

Akhirnya aku menggendong anton yang sudah pingsan tadi menuju UKS

Naga hitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang