Hehe gomen kalok jelek ya minna..
Selamat menikmati..
.
.
.
Dering ponsel Naruto memecahkan ruangan hening itu.Naruto segera mengangkatnya setelah melihat si penelfon dan kini melihat ke arah Shikamaru yang berdiri santai dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana.
“Hai kaa-chan.. ada apa?” Tanya santai Naruto.
“APANYA YANG ADA APA. AKU TAHU JIKA KAU TAK MAU MENURUTI OMONGAN SHIKAMARU. JADI BIAR KUPERJELAS YA NARUTO. KAA-CHAN MU INI INGIN KAU PERGI KE ACARA PEMBUKAAN MALL YANG DI IMPIKAN OLEH KAA-CHAN MU INI SUDAH SEDARI LAMA. MENGERTI???”
Dari seberang telfon sana suara Uzumaki Khusinah terdengar kencang bahkan Shikamaru yang berdirinya di seberang meja berhadapan dengan Naruto pun terdengar jelas teriakan si nyonya Uzumaki.
Shikamaru terkekeh pelan dan Naruto yang seempat menjauhkan ponselnya dari telinga mendelik ke arah Shikamaru yang tertawa.
Naruto mendekatkan kembali ponselnya ketelinganya.
“T-tapi kaa-chan. D-di sini masih b-banyak kerjaan.”
Kenapa kegagapan Hinata menular ke Naruto. Mungkin saking rindunya Naruto.
“JANGAN BANYAK ALASAN. KERJAAN DI SANA MASIH BISA DI PENDING DAN PEMBUKAAN MALL KU ITU BESOK TAK BISA DI PENDING. JIKA KAU INGIN NAMA MU KU JABUT DARI SUSUNAN NAMA KELUARGA MAKA KAU TAK USAH DATANG.” Teriakan itu makin terdengar jelas.
Entah seperti apa pita suara Khusinah.
Setelah mengancam Naruto yang bergidik ngeri merasakan kemarahan kaa-channya, Khusinah segera mematikan telfonnya.
“Ah telingaku.” Kata Nauto sambil mengorek kupingnya pelan.
“Sudah ku bilangkan.” Ujar Shikamaru.
“Yare yare.. pesankan tiket ke Suna.” Perintah Natuto dan berganti tempat kini duduk di singgahsananya dan mulai memeriksa dokumen.
“Mendokusei..” Tanggap Shikamaru keluar dari ruangan.
Di lain tempat sepasang anak kembar sedang bermain di taman anak-anak.
Mereka sangat lincah ke sana dan ke mari bermain.
Sedangkan wanita berambut indigo sepinggul itu sedang duduk di kurai taman tak jauh dari si kembar mengawasi keduanya sambil sesekali ikut tertawa.
“Kaa-chaaaaan lihat nii-chan memakan es klimku lagiii.”
Adu salah satu si kembar sambil menunjuk ke arah si kembar yang satu lagi.
“Cuman sedikit nalu-chaaan.” Goda anak laki-laki sambil mendekat lagi pada anak perempuan itu.
Melihat si kembar berulah lagi wanita yang memakai balutan dress simpel berwarna lavender lembut itu segera mengambil tindakan sambil sedikit tertawa kecil.
“Boruto-kun jangan usil yaa.. kasihan naruko-chan.. memang kemana es krim yang kaa-chan belikan untuk Boru-kun tadi?”
Ucap dan tanya wanita itu sambil tersenyum lembut mensejajarkan tingginya dengan si kembar.
“Dah abisss hehe..”
Jawab anak laki-laki yang bernama Hyuuga Boruto itu dengan tertawa menunjukkan kedua tangannya kosong dan anak perempuan yang bernama Hyuuga Naruko itu berusaha menutupi es krimnya yang terus menerus ingin di raih Boruto.
“Baiklah ayo kita pergi beli es krim lagi ya.. Naru-chan mau lagi hm? Nanti kaa-chan belikan banyak kue juga tapi janji jangan menyusahkan oba-san saat kaa-san tinggal kerja nanti ya?” Bujuk wanita itu.
“Siap kaa-chan~..” Jawab serempak kembar.
“Wakatta.. sekarang kita berangkat ke es krim dan kue..”
Ajak wanita sambil menggandeng tangan-tangan sikembar kanan kiri.
“Yeiiii..” Teriak senang Boruto dan Naruko.
Wanita itu tersenyum manis melihat tingkah laku anak kembarnya yang menggemaskan.
Pancaran mata lavender yang ia miliki sangat bercahaya sekaligus meneduhkan.
Wanita yang seperti malaikat tak bersayap itu adalah Hyuuga Hinata.
Hinata sewaktu hamil ia bertempat tinggal di pedesaan kecil Suna tetapi terpaksa untuk memenuhi kebutuhannya ia harus ke kota dan mencari pekerjaan sambilan untuk biaya hidupnya.
Beruntung di kota ia bertemu nenek yang baik hati menolongnya dan mengajak Hinata tinggal di rumahnya karena merasa kasihan pada Hinata yang hamil tua.
Liku-liku yang di alaminya sewaktu hamil memang menyiksanya tetapi ia bisa melewati itu semua dengan lancar.
Setelah Hinata melahirkan di kembar ia berusaha membangun bisnis untuk biaya menghidupi kedua anaknya dan juga nenek yang menolongnya.
Berkat usaha Hinata dengan berbekal semangat dari kembar mungilnya ia berhasil mendirikan butik impiannya.
Memang dari dulu Hinata bermimpi mendirikan butik impian rancangannya.
Karena sudah terkenal di seluruh Suna kini secara langsung cabang dari butik Hinata di undang untuk di tempatkan di salah satu mall terbesar yang baru di Suna ini.
Hinata benar-benar bersyukur untuk kehidupannya saat ini meski menjadi orang tua tunggal adalah hal yang terkadang sulit tapi ia terus berjuang untuk si kembar, semangatnya hidup.
Hinata tersenyum dan mengecup kedua kening anaknya yang sedang memakan es krim dengan tenang lalu memandangnya aneh yang tersenyum sendiri.
.
.
.
.
.
TBC 》