(1) Introduction.

68 8 5
                                    

Namanya Khanza Halu. Kalian akan mengenalnya jika kalian telah membaca short story pertama tentangnya, yaitu I Love You, Shy Boy.

Sekarang, Khanza dan yang lain-teman-teman seangkatannya-telah memasuki dunia SMA. Tapi, Khanza harus terpisah dengan Rafael. Rafael masuk pesantren, sedangkan Khanza (Alhamdulillah) masuk Madrasah Aliyah Negeri yang dia idam-idamkan setahun lalu.

Matahari belum menampakan dirinya. Bulan masih terlihat di langit sana. Tapi Khanza sudah rapih dengan mengenakan seragam biru-putihnya. Ini adalah hari pertamanya. Jarak dari rumah Khanza menuju sekolah barunya cukup jauh, Khanza juga harus menyiapkan nyali untuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah nanti.

"Aca kan ya?" tanya seorang perempuan menepuk pundak Khanza. "Maaf, siapa ya?" Khanza memperhatikan wajah orang itu. "Ara, your old friend." katanya tersenyum pada Khanza.

"Ara? Seriusan? Ah, gila." Khanza langsung memeluknya. Dia adalah teman Khanza semasa kecilnya. Khanza dan dia, sudah sekitar 5 tahun tidak bertemu. Sejak dia, pindah ke rumah ayahnya di Bandung. Ayah dan Ibunya telah bercerai.

"I'm so lucky. Can schooling with my sweety old friend!" seru Ara berbahasa Inggris. Aku hanya tersenyum. Tidak mengerti apa artinya. Heheh.

***

Sudah sekitar dua bulan, Khanza dan Rafael tidak bertemu. Terakhir kali, angkatannya mengadakan perpisahan tidak resmi untuk bersenang-senang saja. Untuk terakhir kalinya, sebelum sibuk pada dunianya masing-masing.

Khanza teringat, kalau di sekolah Rafael boleh membawa alat elektronik. Khanza langsung menghubungi Husen. Karena Husen dan Rafael satu sekolah.

[Via LINE]

Khanz🌛 :
KUSENNN

Kusen 😋 :
Nm gw husen kck

Khanz🌛 :
Iyee husen
Kabar Rapael gw gimana?

Kusen 😋 :
Rapael lo?

Khanz🌛 :
Bwel kau
• Kabar Rafael Mustaghfirin gimana?
• Lu kan satu sekolah tuh sama dia:v

Kusen 😋 :
Tny aj sndri

Khanz🌛 :
Gimana caranya? -,- @Kusen 😋

Kusen 😋 :
Bae dia

Khanz🌛 :
Ockeyyy!

Kusen 😋 :
y
by

Khanz🌛 :
Lu nape siiii?
• Kok aneh?
• Dih di read doang
• Husen tayiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
• Yaudah bai-,-

Kok Husen gitu ya? Biasanya dia bawel banget. Sekarang cuek:( apa salah Khanza, ya tuhan. Tapi aku tenang, karena Husen sudah bilang kalau Rafael baik-baik saja. -pikir Khanza.

Keesokkan harinya, setelah pulang sekolah Khanza mengecek laptop. Dan ternyata ada notifikasi masuk dari email.

From : rafaeeelmstghfrn@
To : khnzhaluuu@

Subject : Maaf, Manis.
Assalammu'alaikum, Manis. Manis, maaf tolong jangan hubungi saya lagi. Jangan hubungi siapapun lagi untuk menanyakan tentang saya. Maaf saya tidak bisa memberikan satu alasan pun, untuk hal ini.

-Mr. Mustaghfirin
: Miss. Halu

***

Hei! Dia kenapa lagi? Kenapa dia seperti ini lagi padaku? -pikir Khanza. Langsung saja dia balas email dari Rafael.

Khnzhaluu@
To : rafaeeelmstghfrn@
Reply Maaf, Manis.

Subject : Maaf, Mustaghfirin.
Maaf, Maaf, Maaf, Rafael. Aku tidak bisa menolong kamu. Aku sangat merindukanmu. Sungguh:(

Tak lama kemudian, ada notifikasi balasan dari Rafael.

From : rafaeeelmstghfrn@
To : khnzhaluuu@
Replay Maaf, Mustaghfirin.

Subject : .
Kalau begitu, Khanza harus siap untuk merasakannya. Saya tidak suka melihatmu sakit. Tapi maaf. Saya lebih tidak suka, Khanza egois seperti ini. Namun, bagaimanapun Saya tetap menyukaimu. Tenang saja.

Khanza marah padanya. Dia bilang aku egois? Hei, siapa yang egois? Kata kalian siapa? Apakah aku? Apakah aku salah, kalau aku tidak mau menolongnya tanpa alasan yang jelas?

***

Sejak kemarin itu Rafael mulai berprinsip. Bahwa dia harus sukses, agar bisa membahagiakan orang tua, keluarga, sahabat-sahabatnya dan Khanza tentunya.

Dia mulai fokus belajar dengan sungguh-sungguh. Dan mencoba untuk tegas terhadap Khanza. Khanza bukan gadis yang lemah. Rafael tau itu.

Hingga suatu ketika Khanza datang ke pondoknya, dan.. "Hai Fael!" seorang perempuan berseru pada Rafael. Lalu secara tiba-tiba saja, orang itu memeluk Rafael di depan mata Khanza.

Khanza terkejut, matanya terbelalak melihat hal itu. Dia tidak percaya, kalau Rafael telah 'menghianatinya'. Rafael saat itu tidak melihat Khanza.

Khanza langsung berbalik, tidak jadi bertemu bibinya yang kebetulan adalah seorang pengajar di pondok itu. Namun, saat Khanza berbalik. Dia melihat Husen, dan Husen juga melihat Khanza.

Shy Boy [6/6]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang