Part 3

106 93 139
                                    

Dalam perjalanan menuju rumah Raina, mereka hanya diam dalam keheningan sampai Raina akhirnya membuka suara karena perutnya sudah keroncongan.

"Gue laper Tur."

Catur mengabaikan ucapan Raina dan terus melajukan motornya menuju rumah Raina.

Raina yang tak kunjung mendapatkan respon dari Catur hanya bisa berdecak. Ia memukul helm yang bertengger di kepala Catur dengan keras.

Catur menghentikan motornya di pinggir jalan karena kesal dengan ulah Raina "Sakit anjir, lo kenapa sih mukul-mukul kepala gue."

"Lagian tadi gua ngomong gak dijawab, emangnya gua patung. Sekarang perut gua udah minta asupan nih."

"Masa lo tega membiarkan wanita cantik ini terpuruk dalam kelaparan yang luar biasa," tambahnya sambil mengusap-usap perutnya.

Catur lagi lagi hanya bisa mendengus mendengar penuturan sok dramatis dari perempuan yang sangat merepotkan ini. Kalau saja rasa penasarannya tidak tinggi, Ia tidak akan mau memenuhi syarat yang diberikan oleh Raina.

Catur menghela napasnya "Yaudah, sekarang lo mau makan apa? biar kita makan sekarang."

Raina menyunggingkan senyumnya seraya melompat-lompat kegirangan. Catur yang melihat ekspresi itu rasanya ingin sekali Ia mencubit pipi perempuan itu. Namun tak mungkin Ia melakukan hal itu karen Ia gengsi.

"Apa aja yang penting kan sama bang Catur," sambil mengangkat kedua alisnya tanda menggoda.

Catur akhirnya membawa Raina ke salah satu Restoran fast food terdekat.

***

Setelah sampai tujuan, Raina dan Catur mencari bangku kosong dan mereka mendapatkanya dibagian pojok.

Pelayan memberikan buku menu seraya menunggu untuk mencatat pesanan mereka berdua.

"Saya mau burger sama Spagetti."

"minumnya air mineral aja." tambahnya.

Raina melihat kearah Catur yang tak kunjung memesan makanan seperti dirinya. Ia akan merasa tidak enak kalau Ia sendiri yang makan, padahal Catur sudah mengantarnya kesini.

"lo gak makan?"

Catur menggeleng "lo aja yang makan, gua lagi gak laper."

"Burgernya 1 lagi deh" Raina mengabaikan ucapan Catur sambil menutup buku menu dan memberikannya kepada pelayan.

"Masa gua doang yang makan, tenang aja hari ini gua yang traktir kok, lo gak perlu bayar." sambil menaik-naikan kedua alisnya.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya pesanan mereka datang.

"Na, maksud surat yang lo kasih sebenernya apa sih." sambil memasukan saos kedalam burgernya.

Raina yang sedang sibuk mengunyah spagetti pun berburu-buru menelannya agar segera bisa menjawab pertanyaan dari Catur.

"Sebenernya ga penting-penting banget sih Tur dan alasannya tuh aneh makanya gua males ngasih taunya."

"Kan lo bakal tau jawabannya juga seminggu lagi setelah lo memenuhi semua syarat yang gue kasih." tambahnya.

Catur mengacak-acak rambutnya sendiri, "Kalo lo bilang dari dulu kalo alesannya gak penting penting amat ngapain gua terima syarat lo."

Raina hanya tersenyum jahil lalu melanjutkan makannya.

Catur mendengus dan melanjutkan makanannya sampai habis tak tersisa. Ia sebenarnya memang lapar, tapi Ia awalnya tidak ingin memesan karena gengsi dihadapan Raina.

Setelah makanan mereka berdua habis, Catur mengambil dompet dari saku celananya kemudian hendak berjalan menuju kasir.

Raina menarik tangan Catur dengan reflek, "biar gue yang bayar, kan tadi gue udah bilang mau bayarin makanan lo." sambil mengambil dompet di dalam ranselnya.

Catur menggeleng cepat "udah gua aja yang bayar, masa cewe sih yang bayarin cowo, apa kata dunia."

Raina menghela napas kemudian melepaskan tangan Catur dan membiarkan Ia membayar makanan mereka berdua.

Lumayan lah ya, uang gua utuh hehehe.

***

Catur menghentikan motornya di rumah bercat putih yang memiliki pekarangan yang sangat indah karena ditanami berbagai jenis tanaman. Sinta, Ibu Raina sangat menyukai tumbuh-tumbuhan dan sering menghabiskan waktunya di pekarangan rumah jika Ia merasa bosan dirumah dikala suami dan kedua anaknya sedang melakukan aktivitas diluar rumah. Maklum saja karena Sinta adalah seorang Ibu rumah tangga.

"Rumah lo yang ini ?"

Raina mengangguk sambil melepaskan helm lalu turun dari motor.

"Lo mau masuk dulu?" tawar Raina.

Catur menggeleng pelan "Gua langsung balik aja, ada perlu lagi."

"Yaudah hati-hati ya, makasih udah nganterin gua" senyumnya.

Raina pun masuk ke dalam rumahnya dan menemukan Sinta yang tengah duduk diruang tamu sambil menonton channel kesukaannya, yaitu tentang masak-memasak supaya dapat menambah ilmu Sinta untuk memasak makanan-makanan baru yang nantinya akan disajikan untuk Raina dan suaminya.

Raina menghampiri Sinta dan mengecup telapak tangannya "Selamat siang Mama, papa udah pulang belom?"

Sinta mengecup kepala anak lalu menghela "siang sayang, papa masih nginep di apartment."

Raina hanya bisa tersenyum kecut mendengar jawaban dari Sinta. Maklum, karena Raina adalah anak satu-satunya, Ia sangat dekat dengan Papanya karena apapun yang Raina minta pasti selalu dikabulkan, kalau saja Sinta tidak tegas, maka sudah dipastikan Raina akan menjadi anak manja dan boros.

"Kamu tadi sama siapa pulangnya, ganteng banget loh itu kok gak disuruh masuk aja." Sinta sengaja mengganti topik supaya anaknya tidak bersedih. Sinta tersenyum girang karena mengetahui bahwa anak perempuannya baru saja diantar pulang oleh seorang laki-laki.

Raina mendengus, "ah mama mah kepo banget, itu tadi temen sekolah aku, tadi sih aku udah basa-basi ngajakin masuk, tapi dia bilang ada perlu jadi langsung pulang deh."

Sinta berkata demikian karena Raina anaknya belum pernah membawa lelaki ke rumahnya dan tiba-tiba ada lelaki tampan seumuran dengannya datang mengantarkan Raina pulang.

"Ma, tingkat kelaparanku udah semakin tinggi ma, klo gak makan aku bisa kurus kerontang tak bertulang" ujarnya dengan gaya dramatis untuk mengubah topik pembicaraan supaya Sinta tidak semakin larut dalam pembicaraannya mengenai Catur.

Sinta hanya menggeleng-geleng kepala dengan ucapan anaknya tersebut "Mama udah masakin makanan kesukaan kamu, udang balado."

Raina tersenyum gembira mendengar ucapan dari Sinta dan langsung berlari menuju dapur untuk menyantap makanan kesukaannya.

***

Di kamar, Raina tiba-tiba memikirkan Catur. Awalnya Ia memang hanya penasaran dengan namanya, namun ketika tadi mereka makan bersama di Restoran, Raina baru menyadari bahwa Catur sangat amat tampan. Tiba-tiba seulas senyuman muncul dari bibir mungil Raina.

Raina bingung mengapa Ia menjadi seperti ini jika memikirkan tentang Catur, padahal mereka baru dekat sehari, tapi rasanya sangat menyenangkan bila mengingat kejadian tadi.

Raina terduduk dari kamarnya dan mengacak-acak rambutnya. "ARGH, kok gua jadi kepikiran Catur gini sih."

Akhirnya Raina memutuskan untuk mengambil smartphonenya dan membuka aplikasi permainan catur agar Ia tidak terus-terusan memikiran lelaki itu.

CHESS LOVERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang