BAB 2

71 3 1
                                    

“Oooi! Berhenti! Jangan kabur!” teriak seorang pria bertubuh tinggi besar di sepanjang sesaknya gang. Sisi kiri dan kanan tubuhnya bergesekan dengan tembok semen setinggi dua meter. Tidak peduli dengan sempitnya lorong di gang itu, ia terus berlari mengejar targetnya.

Seorang gadis yang dikejarnya berlari terengah-engah. Sesekali ia menoleh ke belakang memastikan apakah pria yang mengejarnya itu semakin dekat atau sudah menjauh darinya.

“Mau kemana kau?!” pria tersebut malah semakin dekat dan terus mengejar.

Gadis bernama Kenanga itu berupaya berlari walaupun harus kehabisan napas sekalipun. Kalau sampai tertangkap, pria itu akan menghajarnya. Ya, Kenanga sedang berada dalam masalah!

Hal ini terus terjadi tiap awal pekan. Pria bertubuh besar itu selalu mendatangi rumah kecil milik Kenanga di pinggir kota untuk menagih hutang sang ayah. Ayahnya terlibat hutang dengan pria itu karena kalah dalam berjudi. Tidak mampu menanggung beban yang berat, ia menghilang bagaikan ditelan bumi dan meninggalkan Kenanga sendirian.

Saat ditagihi hutang pagi itu, Kenanga hanya bisa kabur. Sebab beberapa minggu belakangan ini tidak ada panggilan kerja untuknya. Ia tidak punya uang lagi selain jatah makan untuk dirinya selama dua hari ke depan.

Gadis berusia 21 tahun itu bekerja di sebuah perusahaan baru bernama Glory Maid Service. Perusahaan tersebut menawarkan jasa pembantu rumah tangga. Biasanya para konsumen menyewa pekerja disana untuk kebutuhan beberapa hari dan minggu.

Terakhir Kenanga mendapatkan konsumen yang menggunakan jasanya hanya selama tiga hari. Sudah sekitar sebulan ia belum mendapatkan panggilan kerja lagi. Rasanya sulit untuk mencari pekerjaan lain. Hanya pada perusahaan itulah Kenanga bisa mengharapkan keberuntungan.

Karena tidak tahu ingin kabur kemana, Kenanga hanya berlari tanpa tujuan, berharap pria itu kehilangan jejaknya. Tapi ia bagaikan anjing pemburu yang mampu melacak bau Kenanga.

Berlari! Terus berlari! Entah sampai kapan jalan di gang ini akan habis. Padahal napasnya sudah tersengal-sengal, nyaris habis.

Dalam keputusasaan di tengah kelelahannya, akhirnya Kenanga melihat sebuah cahaya yang menyilaukan di ujung gang. Awalnya ia agak ragu, apakah itu cahaya surga? Apakah ia sudah mati karena kelelahan berlari? Tidak. Ia masih hidup.

Cahaya itu adalah akhir dari gang panjang yang menyebalkan ini. Hanya tiga langkah lagi ia akan keluar dari sana dan dapat mencari perlindungan. Di luar sana akan ada banyak orang yang melindunginya. Memangnya pria mana yang berani melukai seorang gadis tak berdaya di depan orang ramai?

Hup! Kenanga melompat keluar dari gang. Peluh di kepalanya berjatuhan layaknya embun yang mengalir di tepi daun.

Dilihatnya pria itu yang hampir saja keluar menyusulnya, tapi langkahnya terhenti karena ragu. Kenanga memberikan senyuman sinis sambil menarik pipi di bawah matanya. Lalu ia mencibir mengejek pria itu. “Weekkkk!” dijulurkannya lidahnya ke bawah.

Pria itu memelototi Kenanga sambil mengayunkan tinju ke semen di sampingnya. Ia Nampak sangat kesal. Sambil mengatupkan kedua giginya, ia menggeram bagaikan serigala yang gagal mendapatkan mangsa.

Begitu berhasil keluar dari sana Kenanga berjingkrak-jingkrak kegirangan. “Yeeeeyyy!” teriaknya seraya mengangkat kedua tangannya ke atas. Namun tidak lama setelah itu, kesenangannya berakhir saat sebuah mobil yang melaju kencang berhenti mendadak di hadapannya. Mobil itu hampir saja menabraknya.

Lantas saja hal tersebut mengejutkan Kenanga. Ia kehilangan kendali dan terjatuh. Orang-orang yang melihat kejadian itu langsung mengerumuninya. Sebagian dari mereka memaksa keluar si pengendara mobil untuk dimintai pertanggung jawaban.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maid LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang