"Sayang! Aku sudah menyiapkan makan malamnya, kemarilah!"
Dia Hannah, Hannah Cyan, perempuan yang sangat aku cintai. Namanya diambil dari warna favorit ibunya yang kebetulan juga warna kesukaanku. Cyan melambangkan ketenangan dan kesabaran, begitu pula dengan sifatnya yang begitu sabar menghadapi semua masalahnya, dan aku sangat suka itu.
"Iya sayang, aku segera kesana!" Jawabku.
Aku segera mematikan komputerku dan pergi ke ruang makan. Disana terlihat begitu banyak makanan lezat. Akhirnya, malam ini perutku akan sangat penuh dengan makanan.
"Apa kau yang membuat semua ini? Makanannya terlihat lezat!" Kataku sambil memegang perut kosongku.
"Tidak semuanya. Beef stick yang ada ditengah meja kubeli dari restoran favoritku" katanya sambil sibuk mencuci piring.
"Oke! Kalo begitu kemarilah, kita makan bersama. Simpan saja dulu piring - piringnya. Oiya sayang, besok aku akan pergi ke perusahaan Pak Henry"
Cyan duduk disebelahku. Selama 1 tahun berpacaran, aku dan Cyan selalu duduk bersebelahan ketika makan.
"Besok pagi aku juga harus ke toko buku, ada novel yang harus kubeli. Novel best seller loh! Ahh, aku sudah tidak sabar ingin membacanya!" Katanya dengan penuh semangat.
"Aku bingung, kenapa kamu suka banget baca buku. Padahal ada Wattpad yang lebih keren dan gratis"
"Aku juga punya kok, tapi kan kamu tau kalo aku terlalu lama melihat layar handphone... Mataku akan menyiksaku. Sedangkan aku selalu lupa waktu kalo baca cerita" ujarnya sambil kusuapi sesendok beef stick.
"Aku lupa, makan lagi nih" jawabku sambil menyuapinya.
Makan malam hari ini selalu seperti biasanya, indah. Setelah makan malam, aku mengantarnya pulang. Kebiasaannya yang selalu datang tiba tiba ke rumahku tidak bisa hilang. Tanpa izin dan tanpa kabar, dia akan datang ke rumah hanya untuk sekedar membuatkan makanan untukku dan menghabiskan waktu bersamaku. Aku pernah bertanya soal ini. Katanya, hampir setiap hari dia rindu padaku dan inilah satu satunya cara karna rindunya tidak bisa hilang hanya sekedar lewat chat atau video call. Setelah itu dia kesal, dia mengira aku tidak suka dengan kedatangannya. Saat aku sampai dirumahnya, aku ngobrol sedikit dengan ayahnya, orang yang menurutku sangat asik. Biasanya kita membicarakan seputar sepak bola atau teknologi. Kita sangat akrab seperti sahabat.
"Cyan, masuk lah ke dalam, ayah ingin menanyakan sesuatu ke Andrew" Charles, ayahnya Cyan.
"Iya ayah. Makasih ya! I love you Dru!" Sambil tersenyum ke arahku
Saat Cyan sudah masuk, ayahnya menatap mataku dengan serius.
"Andrew, kapan kamu siap untuk menikahi Cyan? Om tidak sabar ingin melihat senyum bahagianya karna bisa menikah dengan lelaki yang ia cintai." Ini ke-2 kalinya ia bertanya.
"Aku lahir pada tanggal 16, sedangkan Cyan tanggal 13. Do you get the meaning?" Kataku.
Ayahnya Cyan hanya mengerutkan keningnya sambil menggelengkan kepalanya. Aku pun tersenyum.
"Om jangan kasih tau ke Cyan ya. Saya akan menikahinya nanti, tanggal 29 September 2029." Lanjutku.
Ayahnya langsung tersenyum sambil berkaca kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside Me.
Science FictionAku akan membalas kebaikannya. Walau terdengar bodoh, aku tidak akan berhenti mencarinya hingga aku bertemu dengannya.