"Siapa kau?!" kataku dengan tegas.
Aku mematikan handponeku lalu berlari kearah mobilku. Dengan penuh rasa panik dan takut, aku mengendarai mobilku dengan sangat cepat. Aku harus selamatkan Cyan. Tempat pertama yang muncul dipikiranku adalah pasar yang sering ia kunjungi. Aku turun dari mobil dan mencarinya. Namun hasilnya nihil, Cyan tidak disana. Aku kembali ke mobilku dan berpikir dimana Cyan sekarang. Terbesut dalam pikiranku,
"Apa aku harus kerumahnya? Tapi aku takut Ayah dan Ibunya panik. Tidak, tidak. Tapi aku harus kemana? Berpikir, berpikir, berpikir!... Aku harus ke rumahku, mungkin dia ada disana."
Akhirnya aku memutuskan untuk ke rumahku dan berharap dia benar - benar ada disana. Keringatku mengalir hampir ke seluruh bagian tubuhku, mulutku kering, pikiranku kabur dan hanya ada kalimat 'Semoga Cyan baik - baik saja!' di kepalaku. Ketika sampai dirumahku, aku langsung turun dari mobilku tanpa memperdulikan keadaan mobilku yang masih menyala. Aku mencari keseluruh bagian rumahku, namun tetap saja, hasilnya nihil. Tapi ada satu ruangan yang belum aku periksa. Kamarku, dia pasti ada dikamarku. Aku berlari kearah kamar. Saat kubuka pintunya, aku berasa telah mati. Pikiranku hilang, tubuhku menjadi lemas, aku merasa sedang berdiri diantara hidup dan mati. Aku sangat shock dengan apa yang aku lihat dengan mataku. Cyan, tergeletak, penuh darah. Aku mendekatinya dengan perlahan, aku berharap ini hanya mimpi. Air mataku mengalir, tapi, bau apa ini? Saat aku memeluknya, dia berteriak dengan kencangnya.
"Surprise! Hahaha" teriaknya dengan diiringi tawa.
"Wuhuu! You've got prank, dude! Hahaha" kata temanku, Sonny dan pacarnya Tasha.
"Apa – apaan ini? Jantung ku hampir berhenti karna kalian." Kataku sambil mengusap air mataku.
"Happy 1 year Anniversary, Dru! Hahaha, maafkan aku, tapi ekspresimu lucu. Hahaha" Kata Cyan dengan penuh tawa.
Sejenak aku berpikir, bukankah seharusnya bulan kemarin? Astaga! Aku lupa dengan hal sepenting ini! Itu artinya, sekarang tanggal 15 Agustus!
"Ah, hahaha. Terima kasih sayang! I love you" kataku sambil mengecup keningnya.
"Tapi, suara siapa yang ada ditelpon tadi?" lanjutku kebingungan.
"Dru, mungkin kau tidak akan suka dengan kedatanganku. Hahaha" suara Sonny tiba – tiba memberat.
"Sialan kau! Belajar darimana hah?! Hahaha" aku merasa lega, walau jantungku masih terus berdegup dengan kencang.
"Nih Cyan kuenya, aku sudah pegal" kata Tasha.
"Oh iya. Dru, sekarang kita berdo'a dan sebutkan apa keinginan kita masing – masing." Kata Cyan.
"Baiklah... Amin. Sekarang tiup lilinnya?" Tanyaku setelah berdo'a.
"1.. 2.. 3.." Cyan dan aku meniup lilinnya.
"Kau meminta apa Dru?" lanjutnya.
"Aku berharap semoga kita tetap saling mencintai satu sama lain dan aku berharap rencanaku berhasil" kataku.
"Rencana? Rencana apa?" Tanya Cyan.
"Itu rahasia! Hahaha" Jawabku.
"Oh iya, kalian mau tau sesuatu? Ikut aku" lanjutku.
Aku membawa mereka bertiga ke ruang tamu, lalu aku menunjukkan surat kontrak dari perusahaan Peach.
"Tadaa! Akhirnya aku menjadi karyawan tetap!"
Mereka bertiga teriak dan Cyan memelukku sambil mengucapkan selamat, lalu, we have our first kiss, walau hanya sebentar. Aku terdiam tanpa kata, lalu kami berempat berpelukan. Yah, akhirnya bajuku penuh dengan pewarna makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside Me.
Science FictionAku akan membalas kebaikannya. Walau terdengar bodoh, aku tidak akan berhenti mencarinya hingga aku bertemu dengannya.