Part 3 : Break.

69 11 0
                                    

     "Aku bisa, aku bisa, aku bisa, aku bisa..." Aku terus - menerus mengulang kalimat tersebut selama di ruang tunggu. Ya, ini adalah hari dimana aku akan memperjuangkan gelar Master-ku. Guru pembimbing ku bilang bahwa aku sudah dipastikan lulus, tapi tetap saja aku panik.

(Minggu, 8 Desember 2027)

Aku keluar dari ruangan dengan rasa tenang serta khawatir. Bodoh sekali aku, karna terlalu sibuk menenangkan diri, aku sempat bingung dengan apa yang kukatakan tadi. Sepanjang koridor aku memikirkan suatu hal,

"Apa yang barusan kukatakan? Sial! Semoga mereka mengerti maksudku. Tapi bagian mana yang membuat mereka mengerutkan wajah? Ingat, ingat, ingat" Kataku dalam hati, walau akhirnya aku tidak ingat sama sekali.

Waktu menunjukkan pukul 2.15 siang, kali ini dengan santainya aku menyantap makanan di restauran kesukaanku. Aku sangat lapar tadi dan tanpa pikir panjang, aku langsung membawa perutku kesana. Ketika membuka pintunya, tercium aroma daging panggang yang membuatku lupa akan sidang tadi pagi. Aku langsung memesan beef steak, menu favoritku. Selesai memenuhi keinginan perutku, aku langsung pulang ke rumah dan menjalani aktifitas seperti biasanya, yaitu menonton tv. Aku sangat tidak ingin ketinggalan berita mengenai serum itu.

"Kenapa tidak ada berita tentang serum itu? Ah, aku harus cek lewat internet" pikirku.

Aku beranjak dari sofa menuju komputer-ku. Aku mencari - cari berita terbaru tapi tetap saja, yang kudapatkan hanya berita yang sudah kubaca. Ini hari ke-5 serum itu tidak diliput lagi, apakah ada yang terjadi?

"Mungkin Tommy gagal dalam eksperimennya kali ini" pikirku.

Seketika aku mulai tidak peduli dengan Tommy dan eksperimennya itu. Aku pikir, ini saatnya menerima kenyataan bahwa dunia masih belum bisa seperti cerita - cerita fiksi. Cyan menelfonku, dia bilang dia sangat rindu padaku lalu aku menjemputnya dan kami pun pergi untuk menonton sebuah film.

...

"Aku mengira bahwa ending-nya akan bahagia, ternyata miris" Kata Cyan.

"Tapi menurutku wajar kalo cewe itu lebih memilih pergi dan melupakan cowo nya" Sambung ku.

"Mereka romantis, tetapi kisah cintanya sungguh rumit. Dru, aku lapar, didekat sini ada tempat makan ga ya?" Tanya Cyan.

"Hmm, oiya aku tau tempat makan yang kata orang menunya enak" Jawabku.

"Kalo begitu ayo! Aku sudah tidak tahan."

(20.10)

"Makasih banyak Dru! Ternyata benar kata orang, disini makannanya enak!" Kata Cyan

"Sepertinya, ini bakalan masuk daftar tempat makan favoritku" Kataku.

"Ayo pulang" Lanjutku.

Kami berdua berjalan kearah mobil, lalu tanpa sengaja aku menabrak pundak seseorang yang berpenampilan aneh. Dia memakai topi kebawah hampir menutupi muka dengan ukuran tubuh yang cukup besar.

"Maaf, maaf, aku tidak sengaja" Kataku.

Namun, dia hanya menatapku dengan tajam lalu melirik Cyan dan pergi. Orang ini sungguh menyebalkan.

"Kau tidak apa - apa Dru?" Tanya Cyan.

"Aku baik - baik saja, sudahlah lupakan, ayo pulang" Jawabku.

Seperti biasa, aku selalu disambut hangat oleh keluarga Cyan. Benar - benar keluarga yang ramah. Kali ini ibunya Cyan yang mengantarku ke gerbang.

"Saya pamit pulang, tante" Kataku.

"Iya hati - hati dijalannya ya Andrew, titip salam untuk ibumu. Oiya, lain kali kita mau berkunjung kerumah ibumu, boleh kan?" Tanya Martha, ibunya Cyan.

Inside Me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang