Part 1

602 33 3
                                    

-Selena Point Of View-



Aku menatap sebuah bangunan besar dihadapanku. Setelah cukup lama, aku kembali melihat bangunan ini. Bangunan yang digunakan orang-orang untuk mencari ilmu di dalamnya, termasuk juga diriku. Perlahan kakiku mulai melangkah memasuki menyusuri kampus ini, hari ini adalah hari pertama aku kembali memulai aktivitasku sebagai mahasiswa di sebuah Universitas di kota New York. Aku berasal dari Texas, namun aku lebih memilih untuk hidup mandiri disini.

Aku mengedarkan pandanganku melihat sekelilingku, tempat ini masih sepi. Apakah aku terlalu bersemangat sehingga datang sepagi ini? Atau justru mahasiswa lain yang malas? Entahlah, aku tidak peduli akan hal itu. Inilah kebiasaanku, aku selalu menjadi orang pertama yang datang ke kampus ini. Aku begitu menyukai udara di pagi hari, menurutku udaranya masih cukup segar. Sama dengan apa yang sedang kurasakan sekarang, udara segar di pagi hari.

"Selena!"

Aku cukup terkejut saat ada sebuah teriakkan yang memanggil namaku, yang lantas membuatku langsung menolehkan kepalaku.
Aku tersenyum kecil ketika melihat seorang wanita yang berdiri tidak jauh dari tempatku.
Tidak biasanya ia datang sepagi ini.

"Lily.. " Ucapku sambil tersenyum, ia langsung berlari dan memeluk tubuhku. Dengan senang hati aku menerima pelukannya dan membalasnya. Bagaimana tidak? Aku sudah mengenalnya sejak Junior high school, aku selalu menghabiskan waktu bersamanya. Ya, dialah Lily Victoria, ia sahabatku.

 Ya, dialah Lily Victoria, ia sahabatku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selena.. Sungguh aku sangat merindukanmu. " Ia berucap dengan semakin mengeratkan pelukannya padaku, dan itu cukup membuatku kehilangan nafas. Lily terlihat sangat merindukanku, tentu saja. Saat liburan, Lily lebih memilih pulang ke paris menemui keluarganya. Berbeda denganku, yang lebih memilih untuk berlibur disini.

"Astaga, Lily. Kau bisa membunuhku jika terus memelukku seperti ini." Ucapku sambil berusaha melepaskan pelukannya. Aku tidak bermaksud untuk menyakitinya. Tapi sungguh, aku bisa benar-benar terbunuh hanya karena pelukannya.

"Oh maafkan aku.. Aku terlalu merindukanmu Selena." Ucapnya terkekeh sambil melepaskannya pelukannya, akhirnya aku bernafas lega kembali.

"Aku juga merindukanmu Lily, tapi aku tidak berniat membunuhmu." Ucapku sambil menatapnya dengan tatapan tidak senang. Ia memutar bola matanya.

"Cih kau ini. Tidak pernah berubah. " Ia pun membalas ucapanku dengan tatapan tidak sukanya. Aku terkekeh kecil.

"Baiklah maafkan aku, Lily. Aku hanya bercanda." Ucapku dengan tersenyum, tapi lihatlah sekarang Lily justru mengerucutkan bibirnya.

"Sudahlah Lily. Kau tahu? Kau sangat jelek jika marah seperti itu. Ayolah, aku hanya bercanda." Ucapku seraya memperhatikan wajah Lily yang cemberut seperti itu.

"Ya ya ya.. Baiklah. Karena hari ini aku sedang berbaik hati dan aku juga sedang merindukanmu, jadi lupakan saja masalah tadi. Lagipula aku juga hanya bercanda. Sebaiknya sekarang kita mencari dimana kelas baru kita, dan kurasa kita akan satu kelas lagi." Ucap Lily seraya merangkul pundakku dan melangkahkan kaki untuk masuk lebih jauh ke dalam kampus ini. Ya aku memang lebih pendek darinya, jangan salah. Usiaku pun masih lebih mudah darinya.
Tapi aku bisa satu semester dan satu kelas bersamanya karena aku mendapatkan Beasiswa untuk bisa menyelasaikan semua semesterku dengan cepat. Kata orang, aku cerdas. Tapi menurutku masih banyak orang diluar sana yang lebih cerdas dariku.

**************

Law and Music

Aku menatap tulisan yang tertempel di sebuah ruangan, disana tertera jelas bahwa ini adalah ruang kelas Hukum dan Musik. Ya, itulah jurusan yang kuambil. Pada semester sebelumnya aku hanya mengambil jurusan hukum saja, namun kali Ini Lily yang memaksaku untuk memilih jurusan Hukum dan Musik. Menurutnya jika Hukum dan Musik  digabungkan, itu akan sangat menyenangkan. Ya, aku memang pencinta hukum. Tapi jika harus belajar musik, aku kurang tertarik. Ini semua kulakukan hanya demi Lily, aku tahu ia sangat menyukai musik dan kurang menyukai hukum. Tapi pada semester sebelumnya ia rela masuk jurusan hukum demi bisa bersamaku. Jadi, tidak ada salahnya bukan jika aku menurutinya sekarang? Lily sangat begitu berjasa bagiku, ia tahu segala kelebihan dan kekuranganku, ia juga selalu ada untukku. Dan aku tidak ingin membuatnya bersedih.

"Selena.. Apa yang kau pikirkan? Ayo kita masuk, ini adalah kelas baru kita." Ucapnya sambil menarik lenganku agar segera memasuki kelas ini. Dan aku hanya mengikutinya.

Aku melihat sekeliling kelas ini, kelas yang cukup bagus. Tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Kuharap aku bisa nyaman berada di kelas ini.

"Selena, ayolah duduk disampingku.  Akhirnya, aku bisa memasuki musik. I'm very happy.. " Ucapnya sambil melebarkan kedua lengannya kesamping dan memejamkan matanya. Ia terlihat begitu bahagia. Aku senang melihat nya.

"Kurasa aku juga begitu,Lily. Kelasnya cukup nyaman." Aku duduk tepat di sebelah tempat duduk Lily.

"Tentu saja Selena. Aku saja bahkan rela untuk datang sepagi ini, hanya untuk menjadi orang pertama yang datang ke kelas ini. Tapi lihatlah sekarang, tetap saja dirimu yang selalu datang pertama." Tutur Lily dengan menatapku, aku hanya tersenyum kecil menanggapinya. Ya, aku memang jarang berbicara, aku akan bicara hanya seperlunya saja.

Tapi tidak saat aku berbicara dengan dia. Aku selalu saja bersemangat ketika berbicara dengannya, sekalipun itu menyangkut hal yang tidak penting sama sekali. Hanya sebuah pembicaraan singkat, yang bisa membuatku bahagia. Setelah cukup lama aku tidak bertemu dengannya,  dan hari ini aku akan melihatnya kembali. Satu hal lagi, aku mendapat kabar bahwa ia mengambil jurusan yang sama denganku. Tentu kita akan satu kelas lagi, bukan? Aku bahagia karena hal itu.
Sungguh, aku sangat merindukannya.

"Hey Selena.. Apa yang kau pikirkan?" Suara Lily membuyarkan semua lamunanku, aku menoleh dan mendapati Lily sedang mengerutkan keningnya.

"Tidak Lily, aku hanya merasa bahagia saja hari ini."

"Apakah kau sedang memikirkannya lagi? Kau memikirkan pria itu?" Tanya Lily dengan wajah yang menyeledik. Aku sedikit mengedikkan bahuku.

"Kurasa begitu." Ucapku singkat.

"Kau bahagia karena akan bertemu dan satu kelas lagi bersamanya?"

"Tentu saja Lily, aku bahagia." Ucapku sambil tersenyum.

"Kau tahu seperti apa dia. Ia tidak akan memasuki kelas ini sendirian, kau mengerti maksudku, bukan?" Tanya Lily kembali. Aku menghela nafas pelan.

"Aku mengerti, aku juga sudah mengetahuinya."

"Lalu apakah kau masih merasa bahagia, Selena?" Tanyanya, aku meluruskan badanku, dan menatap sebuah Whiteboard yang kini tepat dihadapanku.

"Bagaimanapun keadaannya, aku akan tetap bahagia, Lily." Aku berucap sambil berusaha untuk tersenyum.

"Tapi, ia tidak pernah menghargaimu, Selena."

"Tidak Lily. Ia hanya belum mengerti diriku, percayalah ia tidak seburuk yang kau pikirkan." Tuturku seraya kembali memiringkan posisi dudukku dan menatap Lily kembali.

"Kau terlalu baik baginya.." Ucap Lily lirih.

Aku dapat merasakan perubahan suara Lily, suaranya sedikit bergertar. Aku juga dapat melihat matanya berkaca-kaca, lantas aku langsung menggengggam keduanya tagannya.

"I'm ok, Lily.." Aku berusaha untuk meyakinkan Lily, bahwa aku baik-baik saja. Sedetik kemudian, aku merasakan sebuah pelukan hangat ditubuhku, tentu saja itu pelukan Lily. Mataku pun terasa mulai memanas sekarang, tapi aku menahannya. Aku tidak ingin menangis dihadapan Lily, aku tidak ingin membuatnya khawatir.

"Aku mencintai Justin. Teramat sangat mencintainya.. "

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hi guys. This is my new story and this is the first time I write. I hope you guys like it.
Don't forget likes and comments for the next 😊😊


HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang