Part 4

227 20 3
                                    

'Inilah keputusanku, membiarkan rasa ini tumbuh tanpa mengharapkan sebuah balasan'

"Baiklah kurasa pertemuan hari ini cukup, kita akan membahas musik mulai minggu depan. Terimakasih.."

Tubuhku masih membeku, tidak percaya pada apa yang sedang kulihat sekarang. Zayn? Ia berdiri dihadapanku sebagai seorang dosen, bagaimana bisa? Setahuku ia masih menyelesaikan kuliahnya di London, tetapi sekarang ia berada disini. Apa yang akan ia lakukan?

"Heyy Selena, ada apa denganmu?"  Seketika lamunanku buyar begitu saja karena Lily menepuk pundakku pelan.

"Eumm nothing.."  Jawabku sedikit gugup.

"Dari tadi ku perhatikan, kau terus melamun. Apa yang kau pikirkan?"  Tanya Lily menyeledik.

"Nothing.. sungguh Lily."

"Kau memikirkan Justin?" Tanya Lily kembali dengan wajah sinisnya.

Aku melirik kearah Justin, ia masih sibuk berkutat dengan ponselnya. Aku sudah tidak melihat Hailey di sebelahnya, dimana wanita itu?
Entah apa yang Justin tengah lakukan dengan ponselnya, sepertinya ponsel itu sangat menarik.

"Tidak Lily, sungguh.." Ucapku menatapnya, berusaha meyakinkannya.

"Baiklah, aku lapar. Jadi kurasa sebaiknya kita pergi ke Cafeteria sekarang."  Lily berdiri dan menarik lenganku pelan. Kurasa Lily benar, aku juga sudah merasa lapar. Terlebih aku tidak memakan apapun sejak tadi pagi.

Aku pun berdiri dan segera mengikuti langkah Lily. Aku melihat Justin masih tetap dalam posisinya yang tengah duduk dan sibuk dengan ponselnya. Terkadang aku berpikir apa yang ia lakukan dengan ponselnya, apakah ia sedang berkomunikasi dengan seseorang? Aku tidak pernah tahu akan hal itu, Justin bahkan sangat jarang berkomunikasi denganku, bahkan mengajakku bicara saja ia tidak pernah. Ia mengajakku bicara hanya seperlunya saja, begitupun juga denganku. Aku tidak pernah berani untuk mengajaknya bicara, bahkan hanya untuk menyapanya saja aku masih belum berani. Aku terlalu takut, takut jika aku ia akan mengabaikanku.

"Tunggu Selena.."

Suara bariton indah menghentikan langkahku dan Lily,  aku tahu suara siapa itu. Di dalam hati aku tersenyum, aku bahagia. Ya, mendengar ia menyebut namaku saja sudah membuatku bahagia, kebahagian kecil yang begitu berarti untukku.

"Ya ada apa, Justin?" Aku membalikkan badanku dan melihat Justin yang tengah berdiri tepat di hadapanku.
Jujur saja, sekalipun aku sudah sering bertemu dengannya. Tetapi aku tidak pernah bisa mengatur detak jantungku jika sedang berdekatan atau berbicara dengannya, selalu ada yang khusus untuknya. Aku tidak pernah tahu rasa apa itu, karena aku sendiri belum bisa mendefinisikannya.

"Kau akan pergi ke Cafeteria?" Tanya dingin, jika berhadapan denganku wajahnya selalu datar. Sangat jauh berbeda ketika bersama Hailey atau bahkan orang lain.

"Ya, ada apa?" Aku berbalik bertanya pada Justin, tidak biasanya ia bertanya seperti itu padaku.

"Nope.. Bisakah kau membantuku?" Justin kembali bertanya, sikap dinginnya tidak pernah berubah padaku.

"Tentu." Jawabku singkat, aku masih mencoba mengatur detak jantungku yang sedari tadi masih berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Berikan ini pada Kendall, kau mengenalnya bukan?"

Aku mengernyitkan keningku saat Justin menyodorkan sebuah kotak kecil padaku.
'Berikan ini pada Kendall' Aku masih mencoba mencerna perkataan Justin. Kendall? Bukankah ia salah satu senior di kampus ini? Tetapi mengapa Justin memberi sesuatu pada wanita itu? Ada hubungan apa mereka?

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang