Part 3

255 27 5
                                    

Aku sudah membulatkan tekad untuk tetap mendampinginya dalam keaadaan apapun, tidak peduli seberapa besar aku akan terluka nanti.


"Ya mom, aku baik-baik saja. Aku akan pulang saat cuti nanti, aku juga begitu merindukan kalian"

"Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan? Jika ada katakanlah, mom akan langsung mengirimnya padamu."

"Tidak mom, aku tidak memerlukan apapun."

"Kau tidak membutuhkan uang atau yang lainnya?"

"Tidak mom, semuanya masih cukup untukku."

"Kau yakin, Selena?"

"Aku yakin mom, sudahlah aku harus berangkat kuliah. I love you mom.."

Aku menghela nafas, mom selalu saja seperti itu. Terlalu mengkhawatirkanku, maksudku ayolah aku bukan gadis remaja yang masih meminta sesuatu pada orang tuanya. Ia selalu menelponku dan menanyakan aku membutuhkan sesuatu atau tidak. Aku ingin hidup mandiri disini. Meskipun begitu, mom begitu menyayangiku dan merindukanku. Aku pun sangat merindukan keluargaku, tapi ini belum saatnya aku pulang.

Aku melirik arlojiku, ini sudah hampir pukul 7 dan aku belum berangkat ke kampus. Taxi yang kutunggu pun tidak kunjung datang. Pagi ini aku terlambat bangun karena semalam aku susah sekali untuk tertidur. Aku memikirkan Lily, ia sepertinya masih marah padaku. Justin juga tidak menghubungiku semalam, ya memang Justin pernah menghubungiku. Ia menanyakan apakah ada tugas atau tidak, selepasnya ia tidak pernah menghubungiku lagi.

Aku mengernyitkan dahiku saat sebuah mobil berhenti tepat di depan, mobil ferrari putih. Bukankan ini mobil milik Justin?
Mengapa berhenti disini?
Perlahan kaca mobil itu terbuka, disana ada Justin dan tentu saja Hailey.

"Hi Selena, apa yang sedang kau lakukan disini?" Hailey bertanya dengan melepas kaca mata hitam yang dipakainya.

"Aku sedang menunggu Taxi." Jawabku tersenyum.

"Tidak biasanya kau berangkat sesiang ini." Kini giliran Justin yang berucap dengan melepas kaca mata hitamnya lalu melirikku. Ia selalu terlihat sangat sempurna.

"Aku terlambat bangun." Ucapku.

"Ini sudah terlalu siang Selena, kau akan sulit mendapatkan Taxi. Ikut saja dengan kami." Ajak Hailey padaku, ya meskipun  Hailey dekat dengan Justin. Aku tidak pernah membecinya begitupun sebaliknya. Hailey selalu bersikap baik padaku, jadi tidak ada alasan untuk aku membencinya meskipun ia selalu dekat dengan kekasihku.

"Tidak Hails, kalian duluan saja." Aku menolak, aku tidak ingin melihat kedekatan mereka. Aku takut jika aku akan kembali terluka karena mereka.

"Kau akan terlambat, Selena." Ucapan Hailey memang benar, aku bisa terlambat. Tetapi sungguh, aku tidak bisa.

"Tidak Ha---"

"Aku tidak menerima penolakan, masuklah." Aku terdiam saat ucapanku dipotong oleh Justin. Aku tahu, Justin sangat tidak suka pada sebuah penolakan.
Aku tidak ingin membuatnya kesal, aku memutuskan untuk ikut bersama mereka. Aku harap, aku siap dengan segala risikonya.

Suasana di mobil ini begitu hening, tidak ada yang bersuara. Hailey tengah sibuk dengan ponselnya, Justin sibuk menyetir, dan aku hanya sibuk memandang lurus kedepan. Aku duduk di belekang Justin dan Hailey.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang