Part 2

317 27 10
                                    

'Tuhan? Bolehkah aku meminta satu hal padamu? Aku hanya ingin kau menguatkan hatiku. Karena aku ingin ia tetap menjadi milikku'


Aku meremas jemariku, entah mengapa aku merasa sangat khawatir. Kurasa hal ini disebabkan karena ia belum datang. Ya memang, semua mahasiswa telah masuk ke kelas ini kecuali ia yang belum datang. Aku melirik arloji yang melingkaran di tanganku. Ini sudah hampir pukul 8, tapi ia masih juga belum datang. Aku takut terjadi apa-apa padanya.

"Selena kau baik-baik saja?" Tanya seseorang seraya menupuk pundakku lembut, dan itu adalah Lily.

"Ya, aku hanya sedikit khawatir Lily." Jawabku yang sedari tadi masih melihat ke arah pintu.

"Kau mengkhawatirkan pria itu?"

Aku menghela nafas pelan, aku tahu Lily akan sangat sensitif jika membahas dia.

"Aku hanya takut terjadi apa-apa padanya."

"Kau terlalu memikirkannya. Cobalah berpikir, dia bahkan belum tentu memikirkanmu, sudahlah mungkin ia tidak akan datang" Ucap Lily dengan menatapku. Aku hanya menggelengkan kepalaku, mencoba mengusir semua pikiran negatif tentang dirinya. Sekalipun tidak dapat ku pungkiri bahwa perkataan Lily itu benar. Aku hanya berusaha percaya pada hatiku dan dirinya.

"Tidak Lily, ia pasti akan datang sebentar lagi." Aku berusaha meyakinkan Lily lagi.

Belum sempat Lily menjawab perkataanku. Mataku sudah terpaku saat melihat seseorang masuk ke kelas ini, tubuhku menegang dan aku tidak dapat kuhindari senyuman di bibirku. Aku tersenyum kecil, ia yang kutunggu akhirnya sudah datang. Ia masih tetap sama, gayanya masih sama, wajahnya tetap tampan, tidak ada yang berubah, ia hanya tampak sedikit berpenampilan lebih dewasa.  Aku begitu merindukannya, aku ingin sekali memeluknya. Tapi tidak, aku tidak mungkin melakukan hal itu. Cukup dengan melihat wajahnya saja aku sudah bahagia.

"Kekasihmu itu sudah datang." Bisik Lily pelan tepat di telingaku. Aku membalasnya dengan senyuman kecil.

Ya, ialah kekasihku. Pria tampan yang disukai oleh banyak wanita, pria yang menurutku amat sangat sempurna, pria yang selalu aku rindukan. Ia adalah Justin Romeesa, siapa yang tidak mengenalnya? Semua orang dikampus ini mengenalnya.

Pria yang dijuluki sebagai seorang pangeran, pria yang memiliki banyak bakat, terlebih ia adalah anak dari seorang pengusaha yang terkenal di kota ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria yang dijuluki sebagai seorang pangeran, pria yang memiliki banyak bakat, terlebih ia adalah anak dari seorang pengusaha yang terkenal di kota ini.
Sungguh, aku sangat beruntung bukan menjadi kekasihnya?
Hatiku tersenyum saat mengingat betapa beruntungnya aku. Aku menjalin hubungan dengannya sudah hampir 3 tahun, dan tidak pernah ada pertengkaran di dalamnya.

"Lihatlah.. Aku sudah bilang ia tidak akan datang sendiri." Ucap Lily dengan nada suara yang tidak senang.

Perkataan Lily benar, ia tidak datang sendiri. Ia selalu bersama wanita itu, wanita yang ia sebut sebagai sahabat, wanita yang selalu menghabiskan waktu bersamanya dibandingkan denganku. Tetapi itu tidak masalah bagiku, aku kekasihnya. Jadi ia milikku, bukan?
Aku masih memerhatikan Justin dengan wanita itu yang masih bergelayut manja di lengan Justin, perlahan mereka mendekatiku.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang