7. Cowok Drama

88 3 1
                                    

"nggak kok Al, gue beneran pingsan, ni gue masih pusing" Libra memegangi kepalanya dengan tampang dramatis.

"gue nggak percaya.... NGAKU....! lo nggak pingsan kan sebenernya?" tuduhku dengan penuh penekanan, aku tau kalau tadi wajahnya pucat, tapi ternyata Libra hanya membodohiku.

"gue pingsan kok, nih ya gue lemes nih, gue mau pingsan lagi nih Al" Libra kembali berbaring di ranjang bahkan membuka dan melebarkan selimut di tubuhnya.

" lo mau gue siram pake minyak angin?" ancam ku, membuatnya sontak duduk lagi. "jangan dong Al"

"ngaku! Lo pura-pura pingsan kan?" Paksaku.

"lagian lo sih, gue pingsan bukannya di kasih nafas buatan, eh malah di kasi minyak angin, gue paling benci bau minyak angin"

"Lo emang keterlaluan ya! Gue udah panik, nyuruh adik kelas gotong tubuh lo yang berat dosa itu ke sini dan ternyata lo Cuma pura-pura pingsan? Gue udah curiga dari awal, nggak mungkin kan lo pingsan Cuma karena kena lemparan longshoot gue yang nggak seberapa" omelku, Libra hanya memasang tampang bersalah atau lebih ke tampang bloon. Cowok rese ini benar-benar ingin ku tendang ke planet mars.

"tapi lo khawatir kan Al sama gue?" ia menaik turunkan alisnya.

"NGGAK" kenapa juga aku harus bicara begitu tadi. Cringe banget.

"Itu tadi lo bilang lo panik" dia tersenyum jahil sekarang, lebih tampak seperti setan bagiku.

"walaupun yang pingsan bukan lo, gue juga bakalan panik kalau yang bikin pingsan itu gue" omelku sambil melempar Libra dengan bantal dan kemudian pergi meninggalkan ruang UKS.

"eh Al, maafin gue dong! Awww Al perut gue sakit nih! Al gue magh, seriusan ini kalau soal magh Al" panggilnya, aku tak menghiraukan dan cepat-cepat kabur memasukki toilet perempuan sebelum dia mengejarku.

***

"gimana Libra?" Ney langsung melayangkan pertanyaan padaku setelah aku memasukkan seragam olahraga ke dalam tas. Tentunya aku menjadi orang terakhir yang ganti baju karena ulah Libra sialan itu.

"Dia cuma pura-pura pingsan" Frenda yang duduk di kursi depanku pun sontak menoleh.

"Pura-pura pingsan?" tanya nya.

"kok bisa?" kali ini Ney.

"bisa lah, namanya juga cowok sinting" omelku seraya mengeluarkan botol minum dan menenggak separuh isinya.

"aneh-aneh aja deh cara dia nyari perhatian Al, tapi tadi gue yakin kok kalo wajahnya pucat" ujar Frenda. Sementara aku memberengut kesal.

"pengen gue timpuk rasanya" omelku kesal.

"lagian lo sih Al di deketin sama Libra bukannya seneng, malah jual mahal" celetuk Frenda lagi.

"ya lo kan tau Libra gimana"

"Tapi Al lo itu udah di kejer-kejer ama dia berbulan-bulan padahal Libra kalo jadian ama cewek paling lama 2 minggu"

"iya Al, kali aja dia serius naksir lo" timpal Ney lagi. Membuatku teringat perkataan Libra tempo hari bahwa dia tidak pernah pacaran dengan siapa-siapa lagi sejak mengejarku. Ah aku tetap tidak percaya.

"nggak ya! Gue nggak percaya sama dia, kali aja kan gue jadi bahan taruhan atau nggak truth or dare nya dia ama temen-temen bengal nya itu" bisa saja kan begitu, mengingat David dan Jordan -teman Libra-yang memanfaatkan Tasya -adik kelas-yang juga anak cheers sebagai tantangan dare.

Tentu saja aku dan bahkan semua orang tahu karena Tasya yang ekspresif itu membuat status di sosial medianya.

"lo takut kayak Tasya?" tebak Ney.

"Kenapa takut, gue kan nggak akan sama Libra"

"tapi ya Al, kalo menurut gue, lo tu nggak bisa langsung berfikiran negatif gitu sama Libra. Walaupun kadang kelakuannya negatif, belum tentu kan dia ngedeketin lo karena maksud tertentu kayak yang lo bilang. Kali aja dia beneran tulus suka sama lo"

"itu bisa aja mungkin, tapi lebih mungkin lagi kalo dia Cuma mau mainin gue" ujarku kemudian beranjak dari kursi.

"mau ke mana?" Ney langsung melayangkan pertanyaan.

"kantin. Gue laper belum makan, istirahat masih 5 menit kan?"

"lo bisa buktiin kalo dia tulus kok AL, coba lo lihat lebih dekat lagi, lo cari kejujuran dari seorang Libra" lanjut Frenda yang masih membahas topik seputar Libra.

"Al sorry ya lo sendiri, gue mau nyalin PR" ujar Ney dengan tampang bersalah, akupun mengacungkan ibu jariku.

***

Ini sudah hampir bel masuk, namun para penghuni kantin sepertinya masih padat merayap. Maksudku bahkan tidak ada tempat duduk tersisa. Sementara mataku masih mengedarkan pandangan ke seantero kantin hingga menemukan sebuah tempat yang hanya di tempati satu orang. Cowok pastinya, meja kantin mana sih yang isinya cewek sendirian, sudah pasti cewek akan bersama teman-temannya. Sama hal nya dengan teman-teman kelasku yang pastinya sudah pergi ke kantin bahkan sebelum bel istirahat berbunyi. Berbeda denganku, aku justru berada di UKS dengan bodohnya karena mempercayai Libra.

"boleh gue duduk di sini?" tanyaku pada seorang cowok yang saat ini menunduk dan fokus pada ponselnya.

"hmmm" jawabnya yang aku artikan iya. Kemudian aku duduk tepat di hadapnnya dan meletakkan sepiring nasi kuning serta segelas es teh di atas meja. Tak lama setelah itu dia menatapku

"oh lo" ujarnya datar kemudian sibuk kembali dengan ponselnya. Dia Gabriel, partner satu band ku yang menyebalkan itu.

"iya gue, kenapa? Nggak boleh duduk sini?" tanyaku sok ketus, tau kan aura Gabriel selalu negatif dimataku.

"boleh" ia masih datar dan kembali berkutat dengan ponselnya.

setelahnya hening dan aku memutuskan untuk segera melahap makanku karena bel sudah berbunyi. Untung saja kali ini pelajaran bu Suci yang datangnya selalu terlambat. Dan aku akan beralasan dari UKS kalaupun nantinya bu Suci sudah di kelas.

"lo nggak masuk?" tanya ku di sela makan, karena ku lihat Gabriel masih tetap bertahan di tempatnya.

"lo sendiri?" dia bertanya balik.

Ting ting

aku mengetukkan sendok di tepi piring "gue kan masih makan"

"yaudah abisin!"ujarnya lagi. "Tumben nggak nyebelin" batinku

Hingga tak berapa lama makananku habis, aku beranjak dari duduk, karena sudah membayar di awal, aku bisa langsung menuju kelas. Tak sengaja ku lihat Gabriel juga beranjak dari duduknya. Dan kini, entah sejak kapan ia berjalan beriringan denganku.

"ntar siang latihan lagi kata kak Sena"

"oke"

"lagunya udah lo hafalin?"

"udah, gue udah berhasil nyanyi sesuai keinginan lo...maksudnya keinginan kita semua" hening beberapa saat hingga dia berbelok menuju kelasnya tanpa sepatah katapun dan aku melanjutkan perjalanan menuju kelas.

***

TBC

LibraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang