8. Diary & Sekolah

51K 1.7K 1
                                    

Dear Diary

27 Februari

Nama cewek pilihan papa tuh panjang banget, waktu papa ngingetin aku buat ngapalin nama itu aku cuma ngeh-ngehan. Tapi pas di depan penghulu, eh, kok bisa lancar banget ya? Sekarang aja aku masih inget namanya dia, 'Nayana Keisha Setia Putri', panjang banget, kan? Ditambah lagi satu nama baru, 'Ghazawan', makin panjang aja, udah kayak rel kereta api aja! Gila!

Sebenarnya, aku nggak suka banget dijodoh-jodohin kayak gini, langsung nikah pula. But, for my dad lah... it's ok. Terus, ceweknya lumayan cantik juga sih, lebih cantik dari fotonya malah. Cuma kayaknya anaknya sedikit temperamen, baru kenal udah ngajak berantem dong, bentak-bentakan pula. Tapi ya udah deh, iseng-iseng belajar berantem juga.

Tapi ada yang lucu, dia kira aku butuh MP kali ya? Sampai dia ketakutan gitu buat sharing ranjang. Selimutnya aja nggak dibuka-buka tuh dari malam sampai pagi. Dasar cewek gila, emang semua cowok cuma butuh buat muasin nafsu aja? Nggak level banget dah...

****

Sialan, emang dia pikir dia siapa? Aku dibilang gila lagi. Dasar. Awas aja ya. Kamu nyadar nggak sih yang nggak waras itu siapa? Kamu! Udah jelek, brengsek, payah. Hidup lagi!!!


28 Februari

Bogor, aku pulang... asik banget deh balik ke kampung halaman, meskipun mulai hari ini aku harus berbagi rumah sama dia. Besok ngomong apa ya sama tetangga-tetangga sebelah? Kan nggak lucu kalau mereka tahu aku udah nikah? Ih, norak banget ya? Nikah emang sunnah Rasul, tapi kalau dipaksa gimana coba? Udah gitu ceweknya songong pula. Semoga dia bisa ngerjain pekerjaan dapur, paling nggak dia nggak boleh ngerepotin aku urusan makan, minum, nyuci, dan nyetrika. Itu urusan pribadi, TITIK.

Tapi, dia percaya nggak ya kalau aku udah punya pacar? Semoga aja dia nggak nanya sama teman-teman aku soal itu. Soalnya, dia pasti bakal ngakak kalau denger teman-temanku bilang

"Mirza punya pacar? Kiamat dunia. Mirza kan belum pernah pacaran"

aku malah dapet julukan gunung es berjalan dari teman-teman.

****

Jadi tadi itu kamu lagi ngerjain aku... awas aja ya, tunggu aja balasannya dari Keysha.

------ ------ ------ ------ ------ ------ ------ ------ ------ ------ ------ ------

Sekolah

Hmm. Sekolah ini ternyata lumayan luas juga, tapi tetap saja nggak seluas dan senyaman sekolah aku yang dulu. Tempat ini juga nggak sehangat sekolahku sebelumnya. Di sekolahku yang lama, semua murid, baik yang baru maupun yang sudah lama, pasti disambut dengan senyum ramah. Nah, di sini? Semua malah ngucapin selamat datang dengan tatapan sinis. Apa semua anak Bogor begitu ya? Jutek abis gak beda sama si Mirza itu.

"Kelasmu sebelah sana, Bahasa - 2 ," ucapnya datar sambil menunjuk ke arah kelas yang dimaksud. "Udah, sana!" Masa aku harus kesana sendirian? Temenin sebentar kek?

"Kok diem aja?" Pertanyaan bodoh, mestinya kamu paham dong kalau di depan dia ini anak baru yang butuh bantuan. Nggak pantas gitu kan dibiarin jalan sendiri.

"Emang perlu dianter?"

"Ya iyalah."

"Kalau gitu ngomong lah. Jangan cuma diam aja, melototin orang kayak mau nerkam." Dia menarik tanganku dengan agak kasar.

"Cepetan!" Uh, dasar, sakit tau ditarik-tarik gini.

"Sakit, bodoh!"

HIGH SCHOOL MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang