7. Rumah & Rahasia

52.3K 1.9K 2
                                    

Bogor

Akhirnya, setelah berkali-kali coba buat nolak dengan segala macam alasan yang ada di kepala, aku harus terima kalau keputusan Mama memang nggak akan diubah. Mama udah mutusin dan aku nggak punya pilihan lain selain mengikuti. Sekarang, aku udah ada di Bogor, di tempat yang sama sekali baru buatku, bersama dia dan cuma berdua dengan dia.

Di depan aku sekarang, ada sebuah rumah kecil yang mungkin bisa dibilang rumah paling mungil di daerah ini. Tapi, meski ukurannya kecil, rumah ini punya sesuatu yang bikin aku agak terkesima. Tempatnya sih lumayan teduh dan kayaknya nyaman banget. Lingkungannya jauh dari keramaian kota, dan udah pasti bikin suasana di sini jadi lebih sejuk. Kalau dari suasananya, kayaknya aku bakal betah deh disini, Tapi, ya, ada satu hal yang bikin aku kepikiran terus kalau ingat aku bakal berdua doank sama dia disini. Gimana kalau dia ngelakuin hal yang aneh-aneh? eh. Serem juga.

"Ayo masuk!"

Ajaknya dengan sedikit semangat yang bikin aku lumayan rileks. Aku ikutin langkahnya masuk ke dalam rumah. Begitu aku masuk, yang pertama kali aku liat adalah betapa bersihnya rumah ini. Semua ruangan kayak rapih banget. Ruang tamunya, halamannya, dan dapurnya semua kelihatan bersih dan terawat. Rumah ini jelas banget dirawat dengan penuh perhatian. Di belakang rumah, ada teras dengan kursi kayu dan meja kecil, plus taman kecil yang mungkin bisa dibilang sederhana. nggak ada bunganya emang, yang ada cuma rumput-rumput ilalang, tapi cukup bikin tenang apalagi dipojokan ada pohon mangga yang kayaknya lagi ranum-ranumnya tuh, terus ada ayunan dari kayu, wah... seneng banget deh, kayak di rumah almarhummah nenek nih rasanya.

Tapi, selama disini kan aku cuma berdua sama dia, gimana kalau dia ngelakuin sesuatu yang. Aaahh... Aku nggak mau ah kalau diminta MP ma dia, tapi dia bisa maksa, ah pokoknya nggak boleh, tapi kan. Taman ini bikin aku inget sama suasana di rumah almarhumah nenek yang udah lama nggak aku rasain.

Tapi, ada satu hal yang bikin aku jadi nggak tenang. Selama aku di sini, kan aku berdua sama dia. naahh, gimana kalau dia tiba-tiba ngelakuin sesuatu yang aahh.. Aku nggak mau lah kalau diminta MP sama dia, tapi dia kan bisa maksa, ah pokoknya nggak boleh, titik. Tapi kan,

"Ini kamar kamu, terus ini kuncinya."

Kamar aku ? Dia ngasih aku kunci kamar ini? Jadi, apa itu artinya aku punya kamar sendiri? Terpisah dari kamar dia? Seneng banget. Dari luar aku coba lihat kedalam kamarku, dinding-dindingnya dicat warna-warna cerah, ada tempat tidur yang bersih dengan sprei putih, dan meja kecil dengan lampu baca. Di sudut kamar ada jendela besar yang bikin sinar matahari pagi masuk dengan lembut. Semua ini bikin sejenak lupa kalau ada dia.

"Mmm. Kamar kamu di mana?" Aku nanya sambil lihat-lihat ruangan lain. Dia nunjuk ke arah kamar yang ada di samping kamarku. Ooh. syukurlah, aku nggak harus berbagi kamar dengan dia. YES!!! Dengan senang hati, aku melangkahkan kaki masuk ke kamar yang baru untuk segera menyusun barang-barang bawaanku.

"Key!" Dia manggil aku dari luar, lalu aku menoleh sebentar.

"Teman-temanku sering main ke sini. Aku minta kamu jangan bilang ke mereka kalau kita udah nikah."

"Alasannya?"

"Nggak usah banyak tanya. Kamu pasti juga nggak mau kan kalau teman-temanmu di sekolah tahu kamu udah nikah?"Aku ngangguk. Iya juga sih.

"Kamu boleh bilang apa aja, tapi jangan bilang kalau kamu istri aku."

"Deal" jawabku ringan dan emang itu juga yang aku mau. Aku baru aja mau nutup pintu ketika dia nambahin satu kalimat lagi.

"Oh iya, Jangan bilang juga kalau kamu pacar aku. Mereka tahu siapa pacar aku."

Aku cuma angkat alis sebentar.

"Lagipula, mereka nggak bakal percaya kalau kamu bilang kamu pacar aku. Kamu tuh norak, pembangkang, malu-maluin, keras kepala... dan... ah banyak banget sih kekurangan kamu hidup didunia." Kata-katanya bikin badmood aja.

"Kamu nggak malu yah jelek-jelekin orang kayak gitu?"

"Kamu tuh yang harusnya malu lahir sebagai orang dengan segala kekurangan itu," jawabnya dengan nada yang dingin. Aaarrgh.. Aku banting pintu kamar keras-keras buat nunjukin gimana kesel dan frustrasinya aku.

"Satu lagi, kamu itu orangnya nggak SOPAN!" Dia teriak dari luar. Ini orang kok resek banget sih? Nyebelin tau nggak? kayak dia paling sempurna gitu idup di diunia. Dasar kurang ajar, brengksek, kadal busuk, penyakit... apa lagi ya? Pokoknya semua yang ada jelek-jeleknya punya kamu deh.

------ ------ ------ ------ ------ ------ ------ ------ ------ ------ ------ ------

Malamnya..

Lusa nanti kan udah mulai sekolah lagi. Pakaian udah aku rapiin, sudah aku strika sampai rapi dan tinggal dipakai aja lusa. Tapi, aduh, si brengsek itu punya makanan nggak ya di dapur? Aku laper banget nih, coba ke dapur ah.

Aku mulai jalan santai menuju dapur, tapi sebelum melangkah lebih jauh ke sana, aku sempat menengok ke kamar Mirza, pintunya kebuka lebar. Dengan nekat dan sedikit penasaran, aku mulai nyelonong masuk ke dalam kamarnya. Wah, ini kamar apa, sih? Kayak kapal pecah yang kandas di pulau terpencil dan tak berpenghuni, lalu diacak-acak sama orang-orang primitif? Gila, berantakan banget sih.

Ternyata, yang berantakan bukan cuma otaknya, tapi juga kamarnya juga. Bener orang bilang, kalau mau lihat watak seseorang, cukup lihat kamarnya aja. Kalau kamarnya berantakan, berarti wataknya juga kacau. Ya, seperti Tuan Mirza ini.

Aku melangkah lebih jauh ke dalam kamar, sambil mengamati segala sesuatu yang ada di sekitar. Aku menemukan sebuah notebook di atas meja belajarnya yang sudah penuh dengan catatan. Entah kenapa, rasa isengku tiba-tiba kambuh lagi, bikin penasaran buat baca isi notebooknya. Jadi, aku pinjam sebentar ya...

Aku keluar dari kamar Mirza sambil bawa notebooknya ke dapur. Sampai di dapur, aku mulai mengobrak-abrik isi lemari dapur dan kulkas dengan penuh semangat. Ya ampun!!! Selama dia hidup, isinya cuma emmi dan telur? Nggak ada modal sama sekali ya buat beli bahan makanan apa kek?

Meski aku sempat geleng-geleng kepala melihat isi dapur yang sangat minimalis itu. Dan terpaksa deh, tanganku melayang juga buat ambil emmi dan mulai merebusnya di atas kompor. Setelah itu, aku mulai duduk di depan meja sambil buka-buka notebooknya Mirza dengan rasa penasaran.

Catatan-catatan dalam notebook itu berisi tentang pelajaran kimia, fisika, matematika, dan... woi apa nih? Diary? Wkwkwk, kalau aja bukan tengah malam, aku pasti udah kepingkal-pingkal deh tahu kalau Mirza ngejadiin notebooknya buat nulis diary. Cowok dan diary manisnya... Hehehe. Aku mulai membuka catatan pertama dari diary.

HIGH SCHOOL MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang