Secepat Ini?
Nikah? Usia segini? Belum pantas lah.. Aku baru tujuh belas tahun, baru kelas dua SMA. Mana ada anak seusia aku yang harusnya masih duduk di bangku sekolah malah harus duduk di bangku kawinan. Aku kan masih sangat muda untuk itu. Apa kata netizen nanti? Mereka pasti bakal komen aneh-aneh kalau sampai aku nikah dini mendadak. Terus, apa jadinya dengan masa depanku? Kenapa harus begini sih?
"Ma... Key nggak bisa nikah sekarang," kataku dengan nada penuh kekhawatiran, berharap mama ngerti posisi dan perasaanku. Aku merasa setiap kata yang aku ucapkan dapat melawan arus yang sangat kuat dari mama. Ada rasa takut yang mendalam di dalam diriku, dan aku cuma ingin mama mendengarkan dan memahami betapa besar beban yang aku rasain.
Mama menatapku dengan tatapan tajam yang membuatku merasa seakan setiap kata yang udah aku ucapkan adalah kesalahan besar. Salah ya aku ngomong gitu? Rasanya, semua usaha buat yakinin mama cuma bikin mama semakin keras kepala.
"Ma... Key kan masih tujuh belas, masih sekolah, dan masih banyak yang harus dicapai... Key kan harusnya..." Kata-kataku terputus begitu saja dengan jawaban spontan mama. Kenapa selalu gini sih?
"Kakak-kakakmu juga menikah seumuran kamu Key," jawab mama dengan nada datar, seolah ingin menunjukkan bahwa ini adalah hal yang normal dan harus diterima. Mama seolah tidak akan mempertimbangkan bahwa situasi kami berbeda dan aku tahu, mereka menikah juga karena terpaksa, kan? Kecuali mba' Ratna, tentunya. Cuma mba' Ratna yang menikah di usia dua puluh satu tahun dengan pilihan dan pertimbangannya sendiri. Bang Zaid? Belum kenal pacaran aja dia sudah disuruh nikah. Mama tuh nggak mau denger alasan apapun, semasuk akal apapun alasan yang kita buat, selama mama udah punya keputusan, nggak bakalan bisa diubah.
"Bagaimana dengan sekolah Keysha ma?" tanyaku lagi, coba mencari celah buat melanjutkan negosiasi, meskipun aku merasa setiap kali aku ngomong, mama cuma memberi jawaban singkat dan tidak peduli dengan apa yang aku rasain.
"Sekolah Keysha bisa dilanjutkan setelah pernikahan nanti, kan? Tidak ada masalah,"
Emang bisa, Ma? Ini bukan novel yang sering mama baca atau drakor yang sering mama tonton di website streaming gratis itu, yang semuanya tampaknya diselesaikan dengan mudah. Kehidupan nyata itu tidak semudah itu, dan aku merasa seperti terjebak dalam sebuah cerita yang tidak aku tulis. Aku merasa seperti aku harus hidup dalam skenario yang ditulis orang lain tanpa mempertimbangkan keinginanku. Jawaban mama malah membuat aku merasa semakin tertekan. Seolah-olah semua ini sangat mudah dan tidak ada tantangan sama sekali. Tapi aku masih berharap bahwa ada jalan keluar dari situasi ini.
"Tapi Ma..." aku coba buat ngomong lagi, tapi ya begitu lah, kalimatku terputus lagi seperti biasa ketika menghadapi jawaban mendadak mama. Aku mulai merasa frustrasi dan bingung, apakah ada cara lain buat meyakinkan mama?
"Keysha... mama nggak mau denger sanggahan apapun lagi," kata mama dengan tegas, semua usaha dan penjelasanku sia-sia belaka. Aku merasa seperti terjebak dalam situasi di mana setiap kata yang aku ucapkan cuma menambah ketegangan.
Uh... Kenapa sih aku harus dipaksa nikah? Aku masih anak-anak, belum siap secara mental atau emosional. Apa tampangku udah kayak emak-emak ya yang sudah wajib banget buat nikah? Tentu saja aku masih remaja yang harus memikirkan masa depan dan pendidikan. Jika mama takut anaknya jadi perawan tua, jangan khawatir! Dunia ini masih penuh dengan cowok, dan Keisha tidak punya tampang buat jadi single abadi.
"Diundur aja, Ma... Aku butuh siapin mental lebih lama," kataku dengan nada berharap. Aku membayangkan bagaimana jika aku bisa mendapatkan kesempatan buat menikmati masa-masa sekolahku lalu mengejar impian-impian yang selama ini aku idamkan.
"Sampai kapan?" tanya mama, suaranya terdengar sangat tegas dan tidak memberikan ruang buat negosiasi. Aku merasa hampir putus asa dengan situasi ini. Aku cuma ingin meminta sedikit waktu tambahan agar bisa menyelesaikan sekolahku ma.
"Sampai Key lulus dari sekolah, Ma...,"
"SATU TAHUN LAGI!!!" Mama berteriak dengan nada yang membuatku merasa hampir kehilangan kendali. Terasa seperti dunia ini runtuh di hadapanku. Aku merasa tertekan, dan semua harapan yang aku miliki tampaknya semakin jauh dari jangkauanku.
"Key... Kamu mau mama nikahkan sesuai rencana sebelumnya atau mama percepat?"
HA!!! Aku kan cuma minta diundur, kok malah maju gini. Aku makin frustasi dan putus asa seolah seluruh dunia sedang melawan keinginanku.
"Sekarang juga kamu masuk ke kamarmu Key!!!" perintah mama dengan nada yang keras, membuatku merasa seolah-olah aku tidak punya pilihan lain. Aku merasa terjebak dalam situasi di mana aku tidak bisa melawan.
"Kalau gitu, tunangan aja dulu, deh," kataku berusaha bertahan, berharap mama bisa melihat betapa pentingnya bagiku untuk memiliki sedikit waktu tambahan. Namun, ternyata...
"KEYSHA!!!"
Mama berteriak lebih keras lagi, suaranya seolah menggema di seluruh rumah. Mama berdiri dan menunjuk ke arah kamar, dengan ekspresi wajah yang menegaskan bahwa tidak ada ruang buat kompromi. Aku merasa sangat kecewa dan tertekan.
Aku cuma bisa melangkah ke arah yang ditunjuk mama dengan perasaan putus asa dan kesal. Mama tuh diktator banget. Pikirkan dong masa depanku setelah ini! Apakah mama mempertimbangkan masa depan aku setelah menikah? Apakah mama memikirkan bagaimana dengan sekolahku nanti? Apakah mama memikirkan apa yang akan dikatakan tetangga dan teman-temanku nanti?
Mereka pasti bakal bilang, 'Key nikah pasti karena ada accident! Kalau tidak, kenapa nikah cepet-cepet? Kalau memang tidak ada apa-apa, kenapa tidak tunangan dulu aja?' pasti bakal jadi bahan omongan yang nggak enak. Aku nggak mau masa depanku suram seperti itu! AAAAHHH!!!
Kenapa hidupku jadi seperti sudah diatur tanpa mikirin apa yang aku inginkan? Aku bingung harus gimana lagi. Apa yang harus aku lakukan biar bisa mengubah keadaan ini dan mendapatkan kembali kendali atas hidupku? Aku cuma ingin satu kesempatan buat nunjukin kalau aku bisa ngatur hidupku sendiri dan membuat keputusan yang tepat untuk masa depanku. Tetapi sepertinya, semua usahaku ini sia-sia aja, dan kenapa juga aku harus aku terjebak dalam situasi yang seperti ini?
Aku tahu, kalau aku nggak bisa mengubah keputusan mama, masa depan aku mungkin akan terasa sangat berbeda dari apa yang kuimpikan. Aku cuma ingin memiliki kontrol untuk hidupku, dan bukan cuma mengikuti keputusan orang lain tanpa bisa memberikan masukan. Aku ingin hidupku sendiri, dan bukan cuma menjadi bagian dari rencana orang lain yang tidak sesuai dengan harapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGH SCHOOL MARRIAGE
RomanceDi usia tujuh belas tahun, Keysha menghadapi perubahan besar ketika ia mengetahui bahwa orang tuanya telah menjodohkannya dengan Mirza, seorang remaja delapan belas tahun yang belum pernah ia temui sebelumnya. Sementara teman-teman seusianya masih s...