Aduh Allah, tinggal beberapa hari lagi nih... Kenapa waktu berjalan cepat banget sih. Pernikahan yang udah diatur mama tinggal beberapa hari lagi. Allah, tolong aku... Aku nggak siap buat nikah mendadak gini. Aku masih sekolah dan ingin menikmati masa-masa sekolahku bersama teman-teman. Masih banyak yang ingin kulakukan sebelum hidup terikat dalam pernikahan. Gimana jadinya nanti kalau aku lagi jalan-jalan sama teman-temanku terus obrolan kami nggak nyambung lagi? Kan jadi nggak asik plus nggak nyaman. Ayo dong Allah, bantu aku sekali ini aja, please!
Semalaman aku mikir keras gimana caranya buat melarikan diri dari semua masalah ini. Sempat kepikir buat kabur dari rumah, tapi itu juga nggak mungkin. Mau lari ke mana coba? Kemana pun aku pergi, mama pasti bisa nemuin aku. Apa aku mesti keluar kota aja? Tapi tanpa uang, itu lebih nggak mungkin! Meskipun aku punya sedikit tabungan, tapi fasilitas itu semua berasal dari mama. Aku nggak bisa mengambil uang tabungan sekolah tanpa tanda tangan dari mama, dan kartu ATM aku juga udah ditarik mama karena aku hampir ketipu lewat SMS. Lagian, kalaupun kartu ATM itu masih ada, mama pasti udah blokir sebelum aku sempat ngambil uang. Ribet banget kan?
Aku butuh bantuan buat mikirin solusi. Gimana caranya biar aku bisa menghindar dari pernikahan ini? Apa aku harus pura-pura sakit pas hari H? Tapi mama udah nggak bisa dibohongi dengan cara-cara begitu lagi. Aku udah sering praktekin trik kaya gitu pas aku ingin dapetin perhatian mama, terutama pas aku lagi ngambek. Tapi sekarang, akal-akalan begitu udah kuno dan nggak mempan lagi. Jadi, gimana dong?
"Kamu galau banget Key?" tiba-tiba Bang Zaid masuk ke kamar dan mendekatiku.
"Bang Zaid," kataku sambil memeluk erat badan kekarnya di depanku. Dia adalah abangku, abang pertama yang paling aku sayang. Dia udah jadi sosok kakak sekaligus papa buat aku.
"Key nggak mau nikah sekarang, Bang," kataku dengan putus asa.
"Abang juga pernah bilang gitu sama mama, dan kamu lihat sendiri kan? Pernikahan yang udah diatur oleh mama tetap lancar walaupun kita udah berontak mati-matian," jawab Bang Zaid dengan nada tenang coba jelasin saat dia juga ada di kondisi yang sama dulu.
Iya juga sih, itu udah terbukti waktu Bang Zaid dipaksa nikah dan lalu berontak. Bahkan dia sampai nekad ngancam bakal keluar dari rumah, tapi mama nggak goyah dengan ancaman itu. Apapun yang mama perintahin, mau nggak mau harus dipatuhi. Mama benar-benar kaya diktator, kan? andai aja nggak ada mba Ratna, Bang Zaid pasti udah nekad pergi dari rumah. Tapi pada akhirnya, pernikahan itu tetap terjadi, dan sekarang Bang Zaid tampaknya baik-baik aja tuh sama istrinya. Apa aku juga bakalan gitu juga nanti?
"Sabar Key, nanti kamu juga bakal rasain gimana nikmatnya pernikahan itu," kata Bang Zaid sambil mendekapku hangat. Abangku ini adalah sosok kakak yang paling dekat denganku. Sejak papa meninggal, dia yang selalu manjain aku. Bahkan setelah dia nikah, dia tetap nggak lupain aku. Kalau mba Ratna, dia udah agak jarang datang nengokin aku sejak nikah. Ultah aja kalau nggak diingatin oleh Bang Zaid, pasti mba Ratna nggak bakal ingat kalau hari itu adalah hari ulang tahunku.
"... dan pada saat itu, abang yakin kamu akan berterima kasih ke mama karena telah memaksa kamu buat nikah. Kamu akan sadar bahwa apa yang mama lakukan itu adalah yang terbaik buat kamu key," lanjut Bang Zaid dengan nada lembut.
Apa iya...? Aku melihat Bang Zaid menatapku dengan lembut dan tersenyum.
"Apa Key juga bakal merasa seperti itu, Bang?" tanyaku penuh rasa ingin tah dan sekali lagi, Bang Zaid tersenyum.
"Yang penting kamu harus tetap percaya... Kalau apa yang ditakdirkan Allah buat kita adalah yang terbaik. Kalau kamu memang Allah takdirkan buat nikah sama Mirza sekarang, pasti itu yang terbaik buat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGH SCHOOL MARRIAGE
RomanceDi usia tujuh belas tahun, Keysha menghadapi perubahan besar ketika ia mengetahui bahwa orang tuanya telah menjodohkannya dengan Mirza, seorang remaja delapan belas tahun yang belum pernah ia temui sebelumnya. Sementara teman-teman seusianya masih s...