Rindu

121 13 7
                                    

"Selamat pagi pemirsa. Kembali lagi dengan saya, Anastasya Lubis yang akan menemani anda selama 15 menit kedepan di East TV.
Telah terjadi gempa di Kota Bogor pada pukul 03.47 WIB yang mencapai 5,5 skala richter. Banyak korban jiwa dan luka-luka akibat insiden tersebut. Sampai saat ini, polisi masih melakukan evakuasi di lokasi gempa. Selebihnya, mari kita lihat cuplikan berikut ini."

Layaknya sinetron seperti sedia kala, dimana ada musibah pasti ada barang yang terjatuh. Demikian pula di kediaman ibu Any, terkejut mendengar berita pagi di kota Bogor membuatnya menjatuhkan remote tv yang sedari tadi di genggamnya. Mengapa bukan cangkir seperti biasa di layar tv saja? Haha . . karena ia sangat mencintai cangkir-cangkirnya.

"Astagfirullahal'azim. Rioon!! Rioon!! Turun nak! Cepetaaannnn!!!!!" teriak Bunda Any menggelegar, bak alarm di pagi hari.

"Aduh. . Mana sih ni anak!!Rioooonn!!! Cepet turunn, darurat nih! Mau bunda kutuk jadi terasi ya?!!!" teriakan kedua sudah meluncur.

Matanya terbuka sempurna, saat kata yang sampai di telinganya ialah "kutukan". Seperti kilat, ia bangun lalu menyambar gagang pintu. Ia tidak mau Madame tercintanya ini benar-benar mengutuknya menjadi sebongkah terasi. Ya, masih mending sebongkah berlian kan berharga, gerutunya sambil berlari menuruni anak tangga, dan alhasil . . .

Bruuukkk . . .

Inilah akibatnya apabila kita tergesa-gesa. Apalagi saat menuruni anak tangga. Seperti lelaki yang satu ini, kakinya tersandung pada anak tangga yang terakhir, untungnya itu pijakan terakhir. Andai saja itu anak tangga yang pertama, tamat sudah cerita ini.

Namun, itulah orang Indonesia, kena musibah pun masih ada untungnya.

"Aaaahhh . . Bundaaaa" rengeknya sambil memegangi lutut dan mata kakinya yang nyut-nyutan.

Bukannya merasa iba anak tunggalnya ini jatuh dari tangga, bunda Any malah tertawa.

"Aduh sayaaaang, makanya kalo dipanggil Bunda tuh jangan pura-pura budeg deh. Kualat kan. Hahaha. Udaah, sini cepet duduk."

"Ampun bun, ampun. Tadi beneran lagi bogan kok." Jawab Rion meringis kesakitan.

Ia terpincang-pincang berjalan ke sofa merah jambu yang terbaring di depan tv.

"Ada apa sih, Bun? tumben masih pagi gini udah teriak-teriak?" tanya Rion.

"Eh, ga tumben juga sih. Kemaren juga gini." Sambungnya membisik.

"Kedengeran tau!" cerca bunda Any.

"Hehehe ... ampun Madame." sederet gigi putih Rion berbaris rapi membentuk senyuman yang memperlihatkan dua lesung pipinya itu.

"Tadi ada berita, kalo di Bogor gempanya besar banget, yon. Bunda khawatir ayahmu juga kena. Kamu tahu sendirilah, dia kalo udah tidur itu kaya batu. Susah banget buat bangun." Jelas bunda Any dengan cemas.

"Oooh . . Berarti kebiasaan ngebo ini dari ayah ya. Kok yang diturunin malah jeleknya sih. Hmm .... " Bisiknya lirih.

"Ditelpon dulu dong, Bun. Biar legaaaaa. ." Ucap Rion enteng.

"Ga perlu disuruh kali." Sentak Bunda yang di sertai tatapan tajam untuk Rion.

Seketika detak jantungnya berdegup kencang hampir lepas dari engselnya, karena sentakan dan tatapan yang menusuk sampai ke uluh hati dari wanita paruh baya di hadapannya ini. Ia baru tersadar kalau sekarang, Bundanya benar-benar khawatir dan sangat tidak tepat apabila menyepelekan penyebab kekhawatirannya. Tetapi, bukan Rion Bramasta Siregar namanya kalau tidak bisa meluluhkan hati perempuan.

Ia menarik bunda Any kedalam pelukannya. Kemudian mengecup puncak kepalanya, sambil berkata....

"Bunda sayang, jangan khawatir lagi ya. Nanti kita coba hubungi ayah, kalo masih belum ada jawaban. Kita coba hubungi teman sekantornya yang ikut perjalanan dinas dengan ayah. Udah ah, berenti cemberut gitu. Ntar keriput lagi. Hehehe . . . ." Rion mengangkat dagu ibunya lalu mengelus lembut pipi chubby menggemaskan ini.

"Ih kamu ini, emang paling bisa ya buat hati tenang. Loveyou sayang." Jawab bunda Any tersedu-sedu dan merapatkan pelukannya.

Terbukti bukan? Dalam waktu kurang lebih 10 detik, Rion mampu mengatasinya.

Setelah berhasil menenangkan hati sang Ibunda, Rion berjalan keluar, ke arah teras rumah. Ia termenung melihat langit yang cerah, dengan awan sirus ikut memperindah keadaan pagi ini.

"Bogor ya? hmm. .
seperti ada sesuatu yang membuat aku tertarik dengan kota itu, apakah ini yang disebut Rindu?

Too Late Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang