"Telpon dari siapa, Ma? Kok mukanya langsung tegang gitu?" tanya Doni penasaran.
Ia yang sedari tadi sedang mengunyah makan siangnya, jadi tiba-tiba kehilangan nafsu makan. Sampai-sampai ingin muntah, karena otaknya memberi sinyal kepada tubuhnya untuk menolak informasi yang baru saja terlontar dari sang mama.
Ia berjalan ke arah mamanya yang terkulai lemas. Dipeluknya tubuh lemah tak berdaya ini, seraya mencoba menghapus air mata yang menetes di pelupuk matanya.
"Mama harus kuat, bukan, tapi kita harus kuat." Jujur saja Doni juga mulai goyah dengan kata-katanya.
"Ayo sayang, kita siap-siap ke rumah sakit." Jawab mamanya seraya melepaskan pelukan Doni.
"Oke, Ma. Aku tunggu di luar ya." Doni berbalik, berjalan menuju teras.
"Sial banget nasib lu, Teh." Katanya lirih seraya melihat sesuatu di depan sana.
20 menit berlalu ....
Sesampainya di rumah sakit.
"Halo, Cathy?"
"Iya, Tante. Tante lagi dimana?"
"Ini tante sama Doni lagi di Lobby. Ruangannya dimana? Nomor berapa?"
"Tante tunggu aja disitu ya, biar aku turun sekarang."
"Oh, oke."
Tutt.
Tak perlu memakan waktu lama untuk menjemput dua orang ini. Sekarang, tibalah dimana ia berdiri di depan orang yang tak asing ini. Wajahnya masih tetap cantik, walaupun sedikit tertutup oleh alat bantu pernapasan. Matanya terpejam, seakan-akan takut untuk melihat kerasnya hidup ini.
Tangannya yang lembut kini sudah tertambat oleh selang infus. Tubuhnya yang ramping masih memakai pakaian kantor, serta nametag yang masi bergelayut di saku bajunya.
Dilepasnya perlahan nametag tersebut. Ini bukanlah pertama kalinya gadis cantik ini terbaring di rumah sakit. Mengingat bahwa penyakit yang di deritanya.
Namun, ini pertama kalinya ia masuk rumah sakit bukan karena penyakitnya itu sendiri. Melainkan atas kejahilan seseorang yang dengki terhadapnya.
"Halo, bu. Saya Chicko, bosnya Reena." Sapa pak Chicko ramah, seraya menjulurkan tangan.
"Maaf ya pak, anak saya sudah merepotkan bapak. Anaknya emang bandel kalo disuru minum obat." Jawab mama Reena tak enak.
"Hm... Obat?" tanya pak Chicko heran.
"Eh... eh Tante, udah makan? Biar aku beliin ya?" Salsa mencoba memotong pembicaraan.
"Tante udah makan kok sayang. Ngga apa-apa kamu balik ke kantor aja gih. Biar Tante sama Doni yang jagain Reena ya." Jawab Mama Susan alias Ibu dari Reena.
"Aku sama Cathy udah izin kok Tan, kita mau nemenin Reena disini. Iya kan, pak? hehe." Ujar Salsa cengengesan.
"Hm, okelah. Tapi, kalo keadaan Reena sudah membaik kalian balik ke kantor ya. Yaudah kalo gitu, saya pamit dulu, karena masih ada rapat yang harus dihadiri. Mari, bu." Pak Chicko pun pergi.
"Oh iya, ada yang aku mau jelasin juga ke Tante dan Doni, tentang Reena." Muncul penasaran di dalam diri Doni, membuatnya sedikit excited untuk mengetahui masalah itu.
"Kak, jelasin sama aku aja. Biar kak Cathy sama Mama jagain Teh Reena." Jawabnya semangat.
Mamanya hanya mengangguk mendengar perkataan Doni. Karena ia tahu betul apa yang sedang Doni pikirkan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Late
Teen FictionTuhan. Bantulah aku untuk percaya, bahwa di dunia ini tidak ada yang sia-sia.