2. Cinta Batin (a)

2.2K 104 4
                                    

2. Cinta Batin (a).

    Roshni tersenyum sinis dan melanjutkan kata-kata panasnya itu. “Apa Ayah tahu? Aku menderita, Ayah! Setiap kali Ayah menyuruhku tentang itu, semua orang berbicara tentang aku akan hal itu, di mana tentang saat Ayah bilang bahwa aku sudah menikah. Jika mereka bertanya mengenai hal itu padaku, apa yang harus kujawab, Ayah?! Apa yang harus kujawab? Katakan padaku!” emosi Roshni sambil memukul-mukul dadanya.

Nandish terdiam melihat Roshni, sedangkan Tina menteskan air mata akan perkataan Roshni.

“Ohoow ... kalian masih diam? Tidak menjawab pertanyaanku? Sudah kuduga, kalian menganggapku tidak berguna. Aku memang hidup di keluarga kaya raya seperti ini, tapi sama saja ... karena nasibku sama sperti orang miskin!” seru Roshni, jemarinya menunjukkan wajah Nandish. “Benar-benar tidak berguna!” Roshni menggerutu kemudian langsung pergi keluar rumah dari hadapan mereka.

Nandish terdiam melihat Roshni, sedangkan Tina menteskan berkaca-kaca akan perkataan Roshni sambil melihat kepergian putrinya itu.

________

    Di luar rumah, Roshni berjalan ke mobil redvelvet miliknya. Ia masuk kedalam mobil tersebut sambil memasang epreksi yang sangat marah. Ya, benar-benar marah.

“Sial!” gerutu Roshni sambil memukul-mukuli setir mobilnya. “Ini benar-benar kesialan besar dalam hidupku! Aku tak percaya ini! Mereka tidak pernah membiarkanku bebas!”

Kemudian Roshni menjalankan mobilnya menuju diskotik.

________

    Di tengah perjalanan saat mengendarai mobilnya, Roshni masih terheran-heran terhadap dirinya dan apa yang dikatakan Nandish.

“Apakah aku masih lajang atau sudah menikah?” gumam Roshni bertanya-tanya.

________

    Pertanyaan Roshni terlihat dalam seorang pria yang akan menuju keruangan dokter.

Apa pekerjaannya?”

Pria itu masuk keruangan dokter dan duduk di kursi bagiannya. Ia sedang merapikan jas putih miliknya dan di mejanya lengkap ada papan nama yang berdiri bertulisan “Dr. Faisal” di papan tersebut.

“Siapa namanya?”

Pria itu sedang duduk santai menulis sesuatu dan tiba-tiba suster datang menghampirinya.

“Tuan Faisal Khurana Khan,” sahut suster itu.

Pria itu mendongakkan kepalanya dan memandang Suster yang kini ada di hadapannya. “Iya, Jannat?” jawab pria itu, “ada apa?”

“Saat ini kau harus memeriksakan keadaan pasien yang bernama Sinta,” ujar Jannat.

“Iya, baiklah. Aku akan memeriksanya,” turut pria itu, sementara Jannat menganggukan kepalanya. “Aku akan ke sana sekarang juga.” Pria itu berdiri dari kursinya dan pergi ke ruangan pasien, sementara Jannat selagi seorang suster pun turut mengikutinya dari belakang.

________

    “Dan ... sejak kapan aku dan dia bertemu terakhir kalinya?” gumam Roshni yang masih bertanya-tanya.

Terlihat pada tahun 1995 silam, di mana saat kedua pihak orangtua Roshni dan Faisal menikahkan anak-anaknya—Roshni dan Faisal—sejak usianya masih bayi.

Tapi, apakah mereka berdua ingat moment itu kalau mereka saat ini telah menikah dari bayi? Karena saat ini, tidak ada yang memberitahunya sama sekali.

Karena hal itu, Roshni emosi dan memukul setir mobil saat tengah mengendarainya.

“Ini konyol, sangat konyol! Aku terus memikirkan itu. Padahal aku benar-benar tidak tahu, tdak ingin cari tahu, tidak tahu-menahu dan tidak percaya akan hal itu!” gumam Roshni ngedumel.

________

    Sesampai di tempat diskotik, Roshni masuk ketempat itu.
Ia menghampiri meja dan duduk di hadapan orang-orang yang tengah ramai berdansa dan menari ria.

Roshni mengangkat jemarinya. “Pelayan!” sahut Roshni.

Pelayan itu datang dan menghampiri Roshni. “Ya, Nona?”

“Aku mau wine—”
Roshni berpikir saat ini adalah saat yang tepat baginya untuk memesan wine berakohol. “—yang berakohol ....”

“Baik, Nona,” ujar Pelayan itu, kemudian pelayan itu pergi.

________

    Usai Faisal memeriksa keadaan pasiennya yang didampingi oleh suster Jannat, dia pun tersenyum.

“Sinta, kau gadis yang pemberani dan kuat. Aku sangat kagum terhadapmu,” puji Faisal dengan lembut, lalu  membelai lembut kepala gadis itu yang masih berbaring.

“Terima kasih, Dokter.”

“Sama-sama, Sayang.”

Faisal membalikkan badannya dan menghadap ke keluarga pasien yang selalu menunggu Sinta.

“Bagaimana keadaannya, Dok?” tanya ibu pasien.

“Dia baik-baik saja, Bi. Jangan khawatir. Hanya saja Bibi selalu mengajaknya jalan-jalan demi bisa berjemur dan mendapatkan sinar matahari pagi. Oh iya, tidak apa-apa jika jalan-jalannya hanya di sekitar rumah. Karena yang terpenting, ada rerumputan mengandung embun untuk diinjak. Apa Bibi tahu? Ini berfungsi untuk memperbaiki kaki Sinta yang berbentuk seperti huruf X, karena tubuh sangat membutuhkan banyak vitamin D melalui sinar matahari pagi,” jelas Faisal tersenyum ramah.

Keluarga pasien itu pun mengerti. Ia tersenyum dan mengaggukan kpalanya, sementara Faisal menoleh kembali ke arah gadis itu. Ia kembali membelainya.

“Dan satu lagi, kau harus banyak makan sayuran!” seru Faisal tersenyum sambil mengedipkan matanya terhadap gadis itu.

Gadis itu mengerti, lalu tersenyum dan mengaggukan kepalanya.

Ibu pasien tersenyum. “Terima kasih, Dokter. Kau memang sungguh baik. Aku berharap, bisa mendapatkan menantu sepertimu.”

Faisal menghampiri ibu Pasien dan memegang lengannya. “Bisa saja, Bi. Kau bisa menemukan menantu sepertiku,” ujar Faisal sedikit tertawa.

“Tapi itu sangat sulit, Nak.”

“Tidak semuanya, Bi,” ujar Faisal tersenyum ramah.

________

    "Tambah segelas lagi, Pelayan!" sahut Roshni, “ayo cepat, aku mau lagi!”

Pelayan itu pun memberinya wine tersebut secara berulang kali.

Tapi saat tuangan terakhir, seorang pria datang dan menahan tangan pelayan.

“Sudah, cukup!” seru pria itu.

Roshni menoleh ke pria itu dengan epreksi mabuk.

“Aahhh ...! Vishal?”

________

Rescue RoshniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang