6. Tatapan pertama kalinya di pertemuan kedua.

1.7K 99 3
                                    

6. Tatapan pertama kalinya di pertemuan kedua.

    Arshifa menoleh dan langsung menghampiri Roshni. “Ada apa denganmu, Nyonya?” tanya Arshifa.

Roshni mengamuk. Ia melempar selimut ke sembarang arah, “HUAAAA! Aku ingin pergi dari sini!”

“Ammm ... Nyonya, tenanglah ....”

“Apa yang kau lakukan padaku? Hah! Kau melakukan operasi tanpa seizinku. Kurangajar kau! Persetanlah dengan hidupmu!” amuk Roshni.

“Nyonya ... kumohon, tenanglah.”

“Tenang katamu?” Roshni melepas paksa infus yang ada di tangannya. Ia hendak turun dari ranjang, meskipun menahan sakit dan berat di kakinya karena habis dioperasi dan dicor. “Aku ingin pergi!” lirih Roshni histeris.

“Nyonya, tenanglah ...” pinta Arshifa, menahan Roshni supaya tidak pergi dan berjalan dalam keadaan seperti ini.

Roshni berusaha menepis tangan Arshifa yang kini menahannya, “Aku mohon ...  lepaskan aku, Suster. Lepaskan aku!”

“Nyonya, tenanglah,” pinta Arshifa.

_________

    Faisal berjalan menuju ruangan Roshni, sementara Jannat datang menghampiri Faisal. Mereka berbicara sambil berjalan menuju ruangan yang sama.

“Pak, Pak!” sahut Jannat.

“Iya, Jannat?” tanya Faisal.

“Semalam kau pulang jam berapa?” tanya Jannat.

“Ada sekitar jam 4 pagi,” jawab Faisal.

“Apa yang kau lakukan di sini sampai 4 pagi? Biasanya jam 11 malam, kau sudah pulang.”

“Menemani gadis itu,” ceplos Faisal.

Jannat sedikit terkejut dan menoleh ke arah Faisal. Dia memekik, “Apa? Kau menemani dia?!”

Faisal terdiam dan tidak peduli apa yang ditanya oleh Jannat, sementara gadis itu merasa kesal akan hal itu.

Dia selalu saja seperti itu, oh my god! That's not good! Jannat membatin kesal.

Sesampai di ruangan itu, Faisal dan Jannat terkejut melihat Roshni mengamuk di ruangannya. Roshni masih ditahan Arshifa.

_________

    “Lepaskan aku! Lepaskan! Aku ingin pergi dari sini!” amuk Roshni.

“Tenanglah, Nyonya. Kumohon,” pinta Arshifa.

Faisal dan Jannat berlari menghampiri dan menenangkan Roshni. “Tenanglah ... tidak ada apa-apa,” hibur Faisal.

Jannat berlari ke samping kamar Roshni untuk mengambil obat bius, kemudian memasukan obat bius tersebut dalam bentuk suntikan.

Arshifa selalu panik, karena Roshni semakin mengamuk. “Pak Dokter, apa yang harus kita lakukan? Aku sudah kewalahan karena Roshni. Jadi, aku mohon lakukan sesuatu!” pinta Arshifa panik.

“Baiklah!” turut Faisal.

Faisal langsung duduk di kursi samping ranjang Roshni dan menyenderkan kepala gadis itu di dadanya, sementara Roshni menangis histeris di pelukan Faisal yang sangat erat.

Pelukan yang hangat darinya, membuatku memiliki rasa yang berbeda. Aku akui, aku mulai merasa lega. Masalah demi masalah mulai sirna dari hidupku, napasnya yang membara itu membuatku merasa tenang. Aku yakin, sepertinya dia adalah pria yang diistimewakan oleh sejagat wanita. Yang mungkin juga ... itu aku.

(diiringi instrument Backsound: Cesaretin Var Mı Aşka).

________

    Tina memberikan tas kerja pada Nandish yang sedang bersiap-siap ke kantornya.
“Ini tasnya.” Tina bersikap dingin, sementara Nandish menerima tas itu dari Tina dengan kasar.

“Terima kasih,” singkat Nandish yang tak kalah dinginnya.

“Setelah itu, kau harus mencari putrimu,” ucap Tina.

“Lalu?”

“Aku mohon, Nandish. Bawa ia kemari,” pinta Tina.

Nandish tidak memperdulikan Tina dan langsung pergi dari hadapannya meninggalkan Tina begitu saja.

Tina melihat kepergian Nandish dengan mata berkaca-kaca. Ia duduk lemas disofa kemudian menangis tersedu-sedu.

_________

    Roshni masih menangis tersedu-sedu sambil memukuli dada Faisal, sedangkan dokter itu memeluk erat Roshni. Ia menutup matanya akan merasa nyaman terhadap Roshni.

“Aku ingin pergi! Aku Roshni Roohana Mehra, benci semuanya!” amuk Roshni.

Faisal terkejut ketika mendengar nama Roshni. Ia membuka matanya dan memandang Roshni yang kini ada di pelukannya.

Roshni? Itukah Dia? Apa yang terjadi padaku? Kenapa bisa seperti ini? Aku benar-benar tidak prcaya ini, batin Faisal.

_______

Flashback:

    Faisal duduk di sofa di samping Ibu Rashmi yang sedang menjahit kancing baju milik Vikash.

“Ibu ...” sahut Faisal.

“Ya, Sayang?” balas Rashmi.

“Boleh aku bicarakan sesuatu padamu, Bu? Seperti biasa, ini tentang Jannat.” Faisal tersenyum.

Rashmi membesarkan mata terhadap Faisal, seolah menolak apapun tentang Jannat.Apa yang ingin kau tanyakan tentang wanita itu?” tanya Rashmi.

Apakah aku pantas dengan Jannat?”

Rashmi menggelengkan kepalanya, “Tidak, Nak! Tidak!”

Kenapa, Ibu? Aku mencintainya!” bantah Faisal.

Meski kau dan dia saling mencintai. Tapi Ibu yakin, kalian tetap tidak akan bahagia,” ujar Rashmi.

Apa maksudmu, Ibu? Apa aku salah dengan Jannat?” keluh Faisal.

Tidak, Nak. Memang tidak salah, tapi ini sudah takdirmu. Ibu sudah merubah takdir itu sejak lama,” jelas Rashmi.

Faisal menundukkan kepalanya dan memikirkan sesuatu.Takdir sejak lama?” gumam Faisal bertanya-tanya.

Iya. Takdir masa depanmu dengan seorang gadis.”

Jadi, maksud Ibu ... menjodohkanku dengan pilihan Ibu, begitu?” tanya Faisal agak emosi.

Iya. Namanya Roshni. Tapi lihatlah nanti, apa yang kau rasakan ketika kau bertemu dengannya,” ujar Rashmi.

________

Flashnow:

    Jannat datang melihat Roshni dan Faisal saling berpelukan. Jannat membawa suntikan bius tersebut dan hendak membius Roshni. Tapi, tiba-tiba saja Faisal mencegahnya.

“Jangan lakukan ini pada Roshni!” perintah Faisal.

“Tapi kenapa, Pak Dokter?” tanya Jannat.

“Dia sudah tenang di pelukanku,” lirih Faisal.
Jannat terdiam sejenak,  langsung pergi dari hadapan Roshni dan Faisal.

________

    Di luar ruangan, Jannat menyenderkan dirinya di tembok. Kemudian ia menggumam, “Faisal sudah berjanji padaku akan janjinya waktu itu, tapi kenapa kau lakukan ini padaku? Kau menghianatiku!”

_________

Rescue RoshniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang