CHAPTER 6 : Mordu

1.2K 108 0
                                    

Natasha terdiam ketika pria kekar itu menuntunnya masuk ke dalam sebuah ruangan yang memiliki atap berupa kubah besar. Dan terhias di atasnya sebuah lampu besar berwarna kuning keputih-putihan nyaris menyerupai warna emas.

"Hanya untuk berjaga-jaga." Bisik pria kekar itu tepat di telinga Natasha.

Natasha memutar kedua bola matanya, "Dasar cabul." Gumamnya kesal sembari mengusap-usap pergelangan tangannya.

Natasha berbalik untuk menatap pria kekar itu sembari berkacak pinggang, "Di mana temanku dan dua ksatria?" Tanya Natasha seolah-olah dia sudah mengenal lebih lama si pria kekar yang kini sedang mengasah belatinya dan meletakkan pedang besarnya dengan posisi membelakangi Natasha.

"Oh, kau sudah kembali, Mordu." Ucap seseorang dengan suara yang cukup serak.

Natasha berbalik lagi dan mendapati seorang pria tua yang memegang tongkat. Pria tua itu berjanggut putih dan panjang hampir di atas pusar di tambah lagi dengan rambut putih lurus nya yang tergerai begitu saja. Pria tua itu terlihat tenang dan damai dengan senyuman hangatnya kepada Natasha.

"Kau membawa seorang gadis, Mordu." Ujarnya.

Natasha mengernyit, Jadi namanya Mordu? Batin Natasha.

Mordu yang sedang asik mengasah belatinya dengan posisi membelakangi Natasha dan pria tua itu pun menjawab, "Dia temannya si pirang itu." Jawabnya datar.

Dan dalam situasi seperti ini Natasha mengingat Hansel. Hansel memiliki sifat yang sama dengan Mordu saat mereka pertama kali bertemu. Dingin, datar, nan jutek, itulah kesamaan antara Mordu dan Hansel.

"Siapa namamu, nak?" Tanya pria tua itu sambil berjalan perlahan menuju Natasha yang masih tetap berdiri di tempat.

"Namaku Natasha Clea." Jawab Natasha.

Pria tua itu sekarang berjarak tak jauh dari Natasha. Pria tua itu memegangi janggut putihnya sembari berpikir, "Dari mana asalmu?" Tanya nya lagi.

"Aku dari institut New York." Jawab Natasha singkat.

Pria tua itu terdiam, lalu tersenyum tipis, "Ah, benar. Kau lewat portal untuk datang ke sini, 'kan?" Tanya pria tua itu untuk yang kesekian kalinya.

Natasha mengangguk perlahan, "Iya." Jawab Natasha singkat, padat, dan jelas.

Pakaian pria tua itu bagaikan penyihir yang berjubah putih dan bertubuh kurus.

Pria tua itu meminta agar Natasha menyentuh tangannya, "Boleh aku meminjam tangan kananmu sebentar?" Tanya nya sembari menyodorkan telapak tangan kirinya.

Natasha meneguk salivanya dengan susah payah sembari berpikir keras. Tidak ada yang mencurigakan, namun dia merasa tidak nyaman.

"Jangan takut. Aku tidak akan melukaimu." Ucap pria tua itu dengan suara serak nan berat miliknya. Senyum tipisnya tak memudar.

Natasha tak punya pilihan lain selain menuruti perkataan pria tua itu. Natasha menyodorkan tangan kanannya dan seketika itu pula pria tua itu membiarkan tongkatnya berdiri sendiri, lalu tangan kanannya menyentuh puncak kepala Natasha sembari memejamkan kedua matanya.

Natasha hanya bisa terpaku menatap wajah pria tua yang sangat serius itu.

"Hm...," Pria tua itu membuka kedua matanya kembali setelah menghela nafas perlahan, "Hidupmu cukup banyak menanggung masalah dalam semua kehidupan." Ujarnya. Pria tua itu baru saja membaca masa lalu Natasha, namun pria tua itu tak bisa membaca masa depan Natasha.

Natasha bingung. Tapi, dia menyadari apa yang baru saja di katakan oleh pria tua itu.

Pria tua itu melepaskan tangan kanan Natasha dan kembali memegang tongkatnya dengan tangan kanan, lalu tersenyum tipis lagi, "Namaku Goru. Panggil aku master Goru." Ucapnya perlahan, "Dan kau pasti sudah bertemu dengan Mordu. Jangan khawatir dengan tingkahnya. Dia memang seperti itu." Ujarnya.

Natasha menatap ke arah Mordu yang sama sekali acuh terhadap perkataan Master Goru. Lalu, Natasha kembali menatap Master Goru.

"Boleh aku bertemu dengan temanku dan dua ksatria?" Tanya Natasha.

Dan seketika itu pula suara gesekan antara asahan dan belati langsung terhenti.

Master Goru terdiam sejenak, lalu berkata, "Tidak dua ksatria. Hanya satu yang ada di sini," Jawab Master Goru.

Natasha mengernyit, "Tapi, Hauser bilang aku dan Orlando harus menjemput dua ksatria." Ucap Natasha kebingungan.

Master Goru menggeleng pelan dan raut wajahnya berubah menjadi sedih, "Seandainya kau datang lebih cepat bersama temanmu yang bernama Orlando itu pasti semuanya tidak akan terjadi seperti ini." Ucap Master Goru.

"Jadi ada di mana yang satunya?" Tanya Natasha nyaris frustasi.

Pandangan mata Master Goru langsung beralih ke Mordu yang saat ini sudah berbalik dan berdiri tegap menghadap ke arah Natasha dan dirinya.

"Itu dia. Mordu adalah yang pertama. Dan yang kedua telah di culik." Kata Master Goru.

Natasha menatap ke arah Mordu yang sedang menatapnya dengan tatapan datar.

"Siapa yang menculik ksatria yang kedua?" Tanya Natasha.

Master Goru menjentikkan jarinya dan seketika itu pula asap muncul, lalu terlihat Orlando yang berdiri sembari memegangi keningnya sendiri.

"Yang menculiknya adalah Vladimus." Jawab Mordu.

Natasha terdiam dan menatap Orlando dengan kedua mata yang membelalak.

Orlando yang tadinya seperti masih berada di alam bawah sadar itu pun langsung terkejut dan pulih kembali setelah mendengar namanya Vladimus, "Apa? Vladimus?" Tanya Orlando.

Natasha menatap Master Goru, "Vladimus sudah mati. Dia sudah benar-benar mati." Bantah Natasha.

Mordu berjalan mendekati Natasha dan menatapnya datar nan dingin, "Kau pikir dia benar-benar sudah mati?" Mordu menggeleng pelan, "Nyatanya dia masih hidup dan dua hari yang lalu dia datang kemari. Menghancurkan segalanya dan menculik rekanku." Lanjut Mordu. Natasha bisa melihat jelas lewat nanar Mordu yang menyimpan amarah dan rasa dendam yang luar biasa.

"Tapi, saat itu aku, Hansel, dan Orlando sudah membunuhnya." Ucap Natasha pelan.

Mordu langsung mencengkeram lengan atas Natasha dan menatapnya tajam. Natasha meringis kesakitan, "Kau keliru! Kau tak benar-benar membunuhnya! Dia masih hidup dan sebentar lagi akan menghancurkan semuanya!" Desis Mordu.

Orlando nyaris maju dan hendak mengeluarkan belati dari sakunya ketika melihat Natasha yang meringis kesakitan akibat perlakuan kasar dari Mordu. Tetapi, Master Goru langsung menahan Orlando agar tidak terjadi perkelahian lebih lanjut.

"Cukup, Mordu. Kau menyakiti gadis ini." Ucap Master Goru menengahi.

Perlahan cengkeraman tangan Mordu merenggang. Kemudian, pria bertubuh kekar itu mendengus sebelum berbalik dan pergi dari dalam ruangan tersebut.

Orlando berdiri di sebelah Natasha dan menatap Master Goru, "Apa benar bahwa Vladimus masih hidup?" Tanya Orlando.

Sementara Natasha masih terdiam dan mengelus lengan atasnya yang masih terasa nyeri.

Master Goru menghela nafas pelan, "Iya, dia datang dan menghancurkan segalanya." Jawab Master Goru.

"Maafkan perilaku Mordu. Dia menjadi lebih sensitif jika membahas tentang Vladimus dan segala kehancuran yang di ciptakan oleh Vladimus dua hari yang lalu." Ucap Master Goru sembari menepuk pundak Natasha.

Natasha memaksakan seulas senyuman kecil, lalu mengangguk pelan.

"Ikut aku. Biar ku ceritakan di dalam ruanganku saja." Ajak Master Goru.

Natasha masih berpikir dengan sangat keras akan apa yang telah terjadi. Tiga tahun yang lalu dia melihat dengan kepala matanya sendiri bahwa Hansel membunuh Vladimus dan gedung itu terbakar habis dengan api yang sangat nesar bagaikan neraka.

Lalu, bagaimana bisa Vladimus selamat?

*     *     *

Update!!!

Jangan lupa vote dan komentar nya ya...

Makasih

With Love,

Mrs. Black

My BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang