CHAPTER 1 : Roh Marry

5.2K 236 5
                                    

Di siang hari dengan cuaca yang berawan, sebagian besar para gadis yang ada di dunia ini melakukan suatu kegiatan layaknya remaja biasa. Berbincang bersama teman, membaca buku, berdandan, sampai bermesraan dengan kekasihnya di sebuah taman.

Lain dengan Natasha. Bunyi dentingan pedang yang memekakkan telinga sedang beradu sangat sengit itu menggema di ruang latihan diiringi suara nafas yang terengah-engah.

"Setiap harinya kau mulai mahir," Kata Orlando sambil mengadu pedangnya dengan sangat mantap.

"Benarkah?" Balas Natasha sambil memberikan ayunan keras pada pedangnya.

Sampai pedang Orlando terlempar cukup jauh dan ujung pedang Natasha yang lancip sedikit menempel di dagu Orlando yang berkeringat.

Keduanya berusaha mengatur nafas, "Aku seperti ini, karena kau yang selalu mengajarkanku bertarung." Ujarnya dengan nafas yang masih tidak teratur dan terengah-engah.

Orlando tersenyum kecil sambil menyingkirkan ujung pedang itu dari dagunya, "Aku mengajarkanmu seperti itu, agar kau bisa menjaga dirimu sendiri kala aku tiada." Ucapan Orlando barusan membuat Natasha yang tadinya sedikit tersenyum langsung kehilangan raut wajahnya.

"Tidak, kau akan selalu bersamaku." Ucap Natasha sembari menyentuh pundak Orlando.

Orlando tersenyum kaku dan menyentuh punggung tangan Natasha yang menempel di pundak kanannya, "Aku tahu. Ada waktunya, Nath." Ucapnya pelan.

Lalu, terdengar suara dehaman yang membuat sepasang manusia yang tak biasa itu menoleh.

"Apa aku mengganggu?" Tanya nya dengan sangat lembut.

Natasha tersenyum, "Ibu," Katanya, "Ada apa, bu?"

Elizabeth tersenyum sembari berjalan ke arah Orlando dan Natasha, "Hauser memanggil kalian." Jawab Elizabeth.

*  *  *

"Natasha, Orlando, aku meminta kalian untuk pergi dan menemui seseorang di kota lain." Ujar Hauser. Lebih terdengar seperti perintah daripada pernyataan.

Natasha dan Orlando berdiri bersebelahan sambil menatap serius ke arah Hauser.

"Hanya kita berdua?" Tanya Natasha sambil menunjuk dirinya sendiri, lalu Orlando.

Hauser mengangguk, "Memangnya siapa lagi?" kata Hauser, "Dengar, Natasha. Aku tahu ini adalah pertama kalinya kau keluar lagi dari institut ini setelah peristiwa tiga tahun lalu." Hauser berjalan mendekati Natasha dan menyentuh kedua pundak Natasha, "Kau tidak bisa selama-lamanya hanya berdiam dan latihan di dalam tempat ini," Hauser memelankan suaranya, ketika wajah Natasha kembali murung dan menatap ke bawah.

"Kau bisa memahami itu, 'kan? Aku harap kau sudah siap dalam situasi maupun kondisi yang akan terjadi dalam menjalankan tugas pertamamu ini. Maafkan aku terlalu mendadak memberitahukannya kepada dirimu." Ujar Hauser sambil menepuk pundak sebelah kanan Natasha.

Natasha kembali menatap Hauser, lalu berusaha untuk tersenyum, "Iya, aku paham. Tidak apa-apa, Hauser. Kau tak perlu meminta maaf." Jawab Natasha.

Lalu, tanpa mendengarkan perkataan Hauser yang selanjutnya, Natasha berbalik setelah berkata, "Aku permisi." Ucapnya dan langsung pergi keluar ruangan Hauser.

Hauser menghela nafas dalam sambil menatap Orlando dan Elizabeth bergantian.

*  *  *

Natasha menggambar seperti biasa di samping batu nisan untuk memperingati kepergian Hansel yang sudah tak terasa bahwa lelaki itu pergi selama tiga tahun dan abadi di alam sana.

My BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang