CHAPTER 9 : Unholly

1.1K 104 0
                                    

"Nath! Pergi dari sini!"

Dan setelah itu Natasha terbangun. Mimpi buruk yang baru pertama kali ia alami ini bukan mimpi buruk yang biasa. Mimpi buruk kali ini lebih buruk, karena di dalam mimpinya tersebut terdapat Hansel yang meneriakinya di tengah-tengah sebuah kehancuran.

Natasha mengusap keningnya perlahan, lalu mengatur nafasnya yang memburu seolah-olah ia telah berlari mengelilingi lapangan berkali-kali.

Dia terbangun di ruang yang ber-atap kubah. Dia tertidur di kursi dengan kepala yang terletak di atas meja. Natasha menyentuh dadanya yang naik-turun tak menentu dan menutup kedua matanya sambil mengeluarkan nafas lewat mulut.

"Itu hanya mimpi..." Gumam Natasha.

"Nath, kau mau ikut?" Tanya Orlando yang tiba-tiba datang.

Natasha berdiri dan menghadap ke arah Orlando.

"Kau berkeringat," Ujar Orlando, "Kau berlari? Bukankah tadi kau tidur?" Tanya Orlando berkali-kali dan membuat Natasha gusar.

Natasha menghela nafas, "Tidak apa-apa," Kata Natasha enggan untuk menceritakan mimpinya, "Kau mau pergi ke mana?" Tanya Natasha mengalihkan pembicaraan dengan senyumannya.

"Aku akan ke atas. Mencari sesuatu yang mungkin bisa menuntun kita kepada Vladimus." Jawab Orlando yang masih sedikit heran dengan Natasha.

Natasha sekilas menatap ke sekitar, lalu berkata, "Kau sudah meminta izin dari Master?" Tanya Natasha sembari berkacak pinggang.

Orlando mengangguk kecil, "Tentu saja." Jawabnya.

Natasha mengangguk mantap, "Baiklah, aku ikut."

*    *    *

"Master Goru bilang kita boleh mengelilingi tempat ini dan harus kembali tepat waktu sebelum matahari terbenam." Ujar Orlando saat sudah memulai perjalan mereka mengelilingi institut.

Natasha tak menggubris dan berjalan agak mundur di belakang Orlando. Natasha melihat sekelilingnya. Dia sedang berjalan di koridor utama yang menghubungkan ke arah ruang utama itu berarti daerah ini sudah tak suci lagi.

Memang benar. Hati Natasha terasa teriris ketika melihat apa yang ia lihat di sekitarnya. Jendela kaca yang besar dan tergolong kuno itu ada yang beberapa pecah sehingga cahaya matahari bisa menembus ke dalam. Semua berantakan. Lukisan-lukisan kuno yang seharusnya terpajang di dinding itu malah berjatuhan dan rusak sama sekali tak terlihat seperti sebuah lukisan lagi.

Di beberapa dinding terdapat cipratan darah yang cukup banyak, namun tak membuat Natasha menutup hidungnya sedikitpun mencium aroma darah yang menyengat. Natasha hanya bisa menghela nafas dalam dan berpikir keras bahwa dia harus menghancurkan Vladimus.

Dan di sana lah Natasha berpikir bahwa tempat ini sudah menjadi tempat pesta para iblis. Itu sebabnya Natasha dan Orlando keluar pada saat matahari terbit, karena di saat itu para iblis bersembunyi.

Kemudian, Natasha berhenti setelah melihat ada bekas cakaran di dinding kayu tebal nan kokoh tersebut.

Ketika merasa Natasha tak berjalan bersama lagi, Orlando berhenti, lalu berbalik dan mendekati Natasha yang perlahan tangan kanannya terangkat untuk menyentuh bekas goresan kuku pada dinding tersebut.

"Ini cakaran Hybrid." Ujar Natasha pelan.

Orlando mengernyit, "Kau tahu dari mana?." Tanya Orlando sembari ikut menatap ke arah bekas cakaran yang dalam tersebut.

"Ya, cakaran ini sangat dalam," Natasha beralih menatap Orlando, "Bukan hanya iblis saja yang berkeliaran di sini, tapi Hybrid dan sudah pasti vampir juga." Lanjut Natasha.

Itu berarti sangat berbahaya jika ada Hybrid di sekitar sini. Hybrid bisa berubah kapan saja yang ia inginkan dan mereka juga tahan dengan sinar matahari, berbeda dengan vampir dan iblis.

Orlando menggenggam pergelangan tangan kanan Natasha dan menurunkan tangannya perlahan, "Itu berarti kita harus tetap di tempat yang terang." Ucap Orlando pelan. Pelan sekali hampir menyerupai bisikan.

Natasha mengangguk, lalu mereka melanjutkan perjalanan.

"Pedangmu terbuat dari perak, 'kan?" Tanya Natasha ketika mereka sudah kembali berjalan.

"Bukan. Tapi, belatimu yang terbuat dari perak." Jawab Orlando tanpa menatap Natasha.

"Belatiku?"

"Ya, belatimu. Itu belati milik ibumu dan ibumu pernah bilang kepadaku bahwa itu terbuat dari perak." Ujar Orlando.

Setelah itu Natasha menggenggam erat belati yang ada di kantung pinggangnya.

Mereka berdua sudah dekat dengan ruang utama yang benar-benar sumber dari segala ketidaksucian yang terjadi di daerah institut ini.

"Itu ruangannya." Ucap Orlando pelan ketika mereka benar-benar sudah sampai tepat tak jauh dari sebuah dua pintu besar yang merupakan pintu ruang utama.

Natasha menghela nafas. Ketika Orlando melangkah beberapa langkah ke depan, Natasha tak bisa melangkah satu langkah sedikit pun. Dia merasa kedua kakinya terasa berat dan susah untuk di gerakan. Entah mengapa pikirannya saat ini bercampur aduk. Ada rasa keraguan yang sangat mendalam saat Orlando berkata itulah ruangan utamanya.

Orlando merasakan Natasha yang lagi-lagi tak berjalan mengikutinya. Orlando pun berbalik untuk menatap gadis berambut merah itu, "Nath, ada apa?" Tanya Orlando gusar.

Natasha terdiam, kemudian mengerjap sebanyak tiga kali, lalu memalsukan senyumannya, "Tidak apa-apa, ayo." Jawab Natasha dan lanjut melangkah ragu ke arah ruang utama.

"Orlando," Bisik Natasha sembari memegang lengan Orlando dan menghentikan langkah mereka saat sudah dekat dengan pintu ruang utama yang tertutup rapat, "Bagaimana jika di dalam sana ada Hybrid?" Tanya Natasha.

Orlando tersenyum kecil, "Kita akan melawannya." Jawab Orlando santai.

Natasha menatap Orlando dengan tatapan horor, "Kau gila? Hybrid sangat kuat." Desis Natasha.

Orlando menghela nafas dalam, "Kau takut?" Tanya Orlando.

Natasha berdecak, lalu memutar kedua bola matanya tak mempedulikan dua kata terakhir Orlando dan melangkah terlebih dahulu dengan sangat berani.

Setelah Natasha dan Orlando benar-benar berada di depan pintu besar tersebut, Natasha dan Orlando saling bertatapan sebentar, kemudian bersiap dalam posisi siaga.

Natasha mengangguk sekali, lalu mereka berdua perlahan-lahan membuka pintu besar tersebut dan...

"Apa kau yakin ini ruang utama?" Tanya Natasha termangu menatap ruang utama yang besar dan setiap sisi di penuhi oleh rak yang berisikan banyak buku. Mulai dari buku tebal, tipis, besar, dan kecil ada di sana tersusun sesuai abjadnya.

"Iya, Master Goru sudah memberitahukan kepadaku sebelumnya. Di sini hanya ada satu ruangan dan ini lah ruang utamanya." Jawab Orlando sembari memasukkan kembali pedangnya dan melangkah mengelilingi ruangan tersebut.

Natasha ikut berkeliling dan sedikit bingung, "Jika tempat ini adalah pusat dari ketidaksucian sebagian besar institut ini, mengapa tempat ini terlihat baik-baik saja?" Tanya Natasha sembari menatap Orlando yang sedang membaca salah satu buku.

Orlando menoleh ke arah Natasha, "Kau benar juga. Itu berarti ada sesuatu yang tersimpan di sini." Orlando mengembalikan buku yang ia baca tadi ketika melihat setetes darah yang baru saja jatuh di lantai.

Orlando mengernyit, lalu berlutut untuk menyentuh cairan kental berwarna merah itu, memastikan cairan kental itu benar-benar darah. Kemudian, Orlando menghirup aroma setetes cairan kental tersebut, lalu perlahan ia mendongakkan kepala untuk menatap ke arah langit-langit yang berbentuk kubah besar tersebut dan...

"Sialan," gumam Orlando mengumpat.

Yang ia lihat benar-benar tidak terduga.

*    *    *

Update!!! Jangan lupa vote dan commentnya yaaa...

Makasih

With Love,

Mrs. Black

My BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang