CHAPTER 5 : Tertangkap

1.3K 113 0
                                    

"Hauser, aku merasakan sesuatu..." Ucap Elizabeth sembari memeluk tubuhnya sendiri.

"Merasakan apa?" Tanya Hauser bingung.

Elizabeth menatap Hauser dengan tatapan serius, "Merasakan sesuatu yang jahat di sana." Ucap Elizabeth dengan jari telunjuk tangan kanannya yang menunjuk ke arah portal yang masih terbuka.

Hauser menatap portal yang terbuka tersebut, "Tidak mungkin. Di sana adalah institut juga." Bantah Hauser.

Elizabeth menatap Hauser lebih serius dari sebelumnya, "Kau meragukan perasaan adikmu ini?" Tanyanya.

Hauser menghela nafas dalam dan berjalan ke arah Elizabeth sembari memegang kedua bahunya, "Itu sebabnya kita berada di sini untuk berjaga-jaga agar portal ini selalu seimbang. Kita akan berjaga di sini sampai Natasha dan Orlando tiba." Jawab Hauser menenangkan Elizabeth.

Kening Elizabeth sedikit mengerut, memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa dia merasakan suatu hal yang jahat nan dahsyat, "Tetapi, sesuatu yang jahat ada di sana." Bisik Elizabeth yang sudah seperti orang panik dan merasa bahwa di sekitarnya banyak sekali kejahatan.

Hauser menatap sekali lagi portal, lalu kembali menatap Elizabeth, "Kita tak mungkin menyusul ataupun menutup portal ini. Jika kita meninggalkan portal ini dalam keadaan terbuka, maka sesuatu bisa saja terjadi dan dapat menghancurkan portal. Itu bisa membahayakan siapa saja termasuk Natasha dan Orlando." Jawab Hauser pelan.

Elizabeth mengusap keningnya perlahan, "Aku berharap perasaanku ini untuk sekali saja mengalami kesalahan." Ucap Elizabeth pelan. Dia benar-benar frustasi.

*    *    *

Sementara itu Natasha dan Orlando sedang menyusuri sebuah lorong dengan penerangan yang cukup minim. Di setiap dindingnya hanya terdapat lampu kecil berwarna kuning temaram. Di setiap tembok nya juga terdapat beberapa lukisan kuno yang cukup menyeramkan. Lukisan wajah-wajah orang kuno yang menyeramkan dengan kedua mata yang seolah-olah ikut menatap Natasha dan Orlando yang berjalan perlahan melewati setiap lukisan.

"Nath, kau lihat itu? Lukisan pria homo itu menatapku!" Bisik Orlando yang berhenti di tengah jalan, lalu menahan lengan Natasha.

Spontan Natasha memutar kedua bola mata dan ikut menatap lukisan yang di sebut oleh Orlando sebagai 'lukisan pria homo'. Natasha menahan tawanya setengah mati.

"Lukisan pria homo?" Natasha menutup bibirnya berusaha menahan tawa, tapi Orlando tak menyadarinya dan fokus menatap ke arah lukisan pria kuno seperti raja sebuah kerajaan dengan rambut keriting yang aneh.

Natasha ikut menatap ke arah kedua mata pria yang ada di dalam lukisan tersebut, kemudian dia mengedikkan kedua bahunya, "Tidak. Kau berhalusinasi." Natasha menatap Orlando yang kini sedang menatapnya dengan tatapan tak percaya, "Kau minum kopi sebelum berangkat ke sini? Aku rasa otak dan kedua matamu tak bekerja dengan baik." Ucap Natasha seolah-olah tak ada beban di dalam dirinya.

Orlando menaikkan sebelah alisnya dengan wajah datar, "Jadi, kau tak percaya kepadaku?." Tanyanya.

Natasha berdecak dan menghela nafas dalam, "Kita hanya membuang waktu saja mengurusi lukisan pria homo ini, Orlando." Ucap Natasha dan melangkah mendahului Orlando yang masih berdiri menatap Lukisan tersebut.

Ketika Natasha menyadari bahwa Orlando tak berjalan di belakang atau di sampingnya, akhirnya Natasha kembali dan hendak menarik lengannya Orlando, "Ayo, apa yang kau lihat?." Tanya Natasha.

"Kau tidak lihat kedua matanya? Seperti menghipnotis." Ucap Orlando pelan seperti orang yang kehilangan kesadarannya.

Natasha menggenggam tangan Orlando dan berkata, "Jika memang itu menghipnotis, maka jangan melihatnya terlalu lama." Ucap Natasha seperti sedang waspada.

My BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang