Prolog

60 5 16
                                    

Udara terik kota Semarang telah berganti dengan langit teduh yang mendamaikan hati. Senja sudah menyapa diiringi mendung yang bergantung di langit ketika Becca turun dari mobil hitam itu. Seperti biasa gadis itu masih terlihat cantik dan menawan meskipun telah lelah dengan aktifitas yang membelenggunya selama berjam-jam.

Gaun pendek tanpa lengan berwarna tosca melekat ketat di tubuh mungilnya. Sebuah bandana berwarna senada dengan gaun bertengger di kepalanya menjadi pembatas antara poni yang menutupi seluruh keningnya dan rambut sebahunya yang lurus jatuh tergerai. Polesan foundation, eye shadow, bedak serta lipstick matte berwarna merah cerah juga bulu mata palsu yang menghiasi mata bulatnya membuat Becca terlihat lebih matang dari usianya. Di kakinya terpasang high heels yang juga berwarna tosca dengan hak setinggi sekitar tujuh senti. Tas berwarna cokelat muda bergantung di pundaknya membuat penampilannya semakin terlihat indah. Kadang Becca merasa dia lebih mirip mahasiswa yang sudah memasuki semester akhir daripada seorang pelajar SMA dengan penampilannya yang seperti ini.

"Makasih tumpangannya Mas," kata Becca pada seorang pria berkumis tebal yang sedang duduk di bangku kemudi. Penampilan pria yang sudah memasuki usia awal empat puluhan itu terlihat sangat fomal dengan setelan jas dan celana berwarna gelap.

"Ah.. nggak usah berterimakasih gitu kapan saja Dek Becca butuh, Mas pasti selalu bersedia mengantarkan," balas pria itu genit.

Becca hanya membalas ucapan si pria dengan senyuman. Tak berapa lama terdengar suara raungan pelan pertanda mesin mobil telah dihidupkan kembali. Beberapa detik kemudian mobil itu sudah melaju, berbaur diantara kendaraan lain yang memadati jalanan kota Semarang.

Becca sudah akan berjalan melangkahkan kaki menuju rumah, namun urung dia meneruskan langkah. Karena merasa seperti ada seseorang yang memperhatikannya, Becca menolehkan kepalannya kebelakang. Di seberang sana Becca melihat seorang gadis sedang berdiri di dekat sebuah mobil. Gadis itu sedang tersenyum licik sambil mengenggam erat ponselnya. Seolah benda itu berisi aset berharga yang sangat penting bagi kelangsungan hidupnya. Gadis itu adalah Salsa teman satu sekolahnya.

Becca merasa tidak ada yang salah pada dirinya. Tetapi senyum licik Salsa menimbulkan beragam pertanyaan berkecamuk di benaknya.

Becca akhirnya menyeberang jalan dengan tergesa. Dia harus mencari tahu sedang apa Salsa berada di sana. Becca butuh waktu agak lama untuk menyeberang karena padatnya jalanan sehingga saat dia mencapai seberang jalan Salsa sudah masuk kedalam mobilnya. Sialnya lagi mobil itu sudah melaju denggan cepat meninggalkan posisinya semula sebelum Becca berhasil mendekat.

"Salsaaa! Tunggu!" teriak Becca lantang. Tapi yang dipanggil tak menggubris dan memilih untuk fokus mengemudi. Senyum liciknya masih terukir di wajah. Bagaimana pun dia harus membuat Rebecca Astarina menerima akibat dari perbuatan menjijikkan yang sudah dilakukannya. Gadis laknat itu harus dilumpuhkan.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang