KEMBALI

9 4 0
                                    

Wajahmu memucat, matamu membelalak tak percaya. Tanganmu masih menggenggam kertas surat harum yang dikirimkan gadis itu. Dia telah pergi meninggalkan luka kelabu karena kehilanganmu.

Kau menatap langit hitam yang ditaburi gemerlap bintang... adakah gadis itu menunggumu di sana?

Tiba-tiba kau teringat sebuah teropong tua pemberian almarhum kakekmu. Segera kau bongkar barang-barang yang terkubur 73 tahun lamanya di dasar sebuah peti besi yang sudah berkarat. Ya, di situ identitas aslimu terkunci rapat.

Benakmu dipenuhi berbagai keraguan. Haruskah kembali ke wujud aslimu seratus tahun lalu? Saat pertama kali kau menginjakkan kaki di bumi, demi mengejar gadis bermata biru dengan sayap kupu-kupu?

Tanganmu menggenggam sepotong batu berwarna biru, yang sinarnya sangat terang dan menyilaukan. Perlahan tanganmu memucat menjadi seputih susu. Dengan teropong tua itu kau sibuk mencari bintang mana yang bisa mengantarmu pulang, sambil berharap melihat sekilas saja tanda kehadiran gadis itu. Luna.

"Apa yang kau lakukan, Grey?" Orion menggenggam tanganmu erat. Anjing pudel yang lucu itu telah beubah menjadi mahluk Planet Azzura yang lembut.

"Aku mau mati." Bisikmu lirih. Bulu-bulu halus di punggung Orion menegang. Matanya membelalak dan giginya gemerutuk.

"Tidak boleh!" teriaknya panik. "Kau gila, Grey ...! Sangat-sangat gila!"

"Aku harus pergi, buddy! Rumahku bukan di sini. Siapa yang bisa menjamin keselamatanmu selama aku berkeliaran di sini?"

Kau menatap mahluk Azzura itu tajam. Semilir angin menyibakkan rambutmu, kau menghirup aroma rerumputan dengan seluruh indera penciumanmu. Matamu basah, pandanganmu berkabut. Gadis itu tidak pernah kembali padamu.

The Sound of a Dark Room (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang