Keyra terdiam melihat suasana luar yang sudah lama tak ia rasakan, dia selalu memandang di setiap bunga yang tumbuh di halaman rumah sakit ini bahkan dia tidak memperdulikan orang-orang di sekitar yang melihatnya, tepat pada wajah gadis ini yang masih di bungkus oleh perban.
"Aku ingin ke taman," Pinta Keyra tiba-tiba
"Baiklah, ayo kita ke taman." Kenny menuruti kemauan sang pasien.
"Sudah lama rasanya aku tidak bertemu dengan matahari." Ucap Keyra ketika mereka sudah berada di taman Rumah Sakit, Keyra menatap pada sinar oranye yang selalu di hindari manusia karena panasnya.
"Memang apa yang sudah kau lakukan selama ini sampai kau bahagia melihat matahari seolah sudah sangat lama kau tidak melihatnya?" Tanya Kenny membuat gadis ini menghembuskan nafasnya.
"Bukan urusanmu, kau hanya dokter yang menyembuhkan luka-ku bukan?" Keyra menatapnya.
"A- .. memang benar, aku hanya penasaran saja." Kenny tersenyum simpul
"Keyra, bolehkah aku bertanya?" Tanya Kenny hati-hati.
"Apa?"
"Bagaimana kau bisa melakukan ini semua padamu?" Tanya Kenny.
Keyra menatap Kenny yang duduk di bangku taman sampingnya
"Karena... karena aku sudah lelah dengan hidupku sendiri, aku membencinya""Memang, kenapa kau berniat mengakhiri hidupmu sendiri, Key?" Tanya Kenny seolah tak percaya, dia hanya ingin memancing Keyra untuk menceritakan apa yang gadis ini rasakan.
Keyra hanya menggelengkan kepala sambil menunduk ke rumput-rumput hijau.
"Hey, bukankah berbagi cerita dengan teman itu asik?" Kata Kenny sambil memegang bahu Keyra.
"Aku tidak punya teman." Kata Keyra singkat.
"Dia yang membuatku seperti ini, dia membuat rumor bahwa aku adalah seorang pelacur, hingga semua orang-orang menjauhiku, aku kehilangan sosok sahabat-sahabat ku, dan tentunya Sam, mantan pacarku. Jika dia tidak me-mutus kanku mungkin, aku sudah menikah sekarang" kata Keyra dalam isakan nya.
Sekarang Kenny baru tahu, pasiennya adalah gadis yang mengalami tekanan batin karena kasus pem-bully an.
Kenny merangkul Keyra, dan mengelus Keyra dengan lembut.
"Keyra, seburuk-buruknya mereka, seharusnya kamu tidak melakukan ini, jika kamu benar-benar mengakhiri hidupmu, bagaimana dengan ibu mu? Bagaimana dengan ayah mu? Mungkin mereka yang melakukan itu memang tidak sedih, tapi, coba pikirkan semua keluargamu, mereka pasti sangat terpukul dengan hal itu" Kenny mencoba memberi penjelasan kepada Keyra.
Keyra masih menangis tersedu- sedu, setelah ia pikir-pikir, apa yang dikatakan Kenny memang benar, bagaimana dengan keluarganya?
"Orang-orang yang seperti itu hanya iri dengan mu, karena kamu memiliki apa yang dia tidak punya." tanpa ia sadari, Kenny menggenggam tangan Keyra. Hening sejenak, hingga akhirnya Kenny sadar bahwa ia menggenggam tangan Keyra, ia segera melepas genggaman tangannya, ia salah tingkah dan memalingkan wajahnya dari pandangan Keyra.
Keyra menghapus air mata nya, dan tersenyum kepada Kenny, tersenyum untuk pertama kalinya.
"Terimakasih, Dok" ucap Keyra dengan lembut.
"Apa aku salah dengar? Kau baru saja memanggilku 'Dok'" kata Kenny sambil tertawa.
Selama ini, Keyra memang tidak peenah memanggil Kenny dengan sebutan "Dok" walaupun memang umur mereka hanya berbeda 5 tahun.
"Yah, karena aku memang hanya pasienmu, kan?" Kata Keyra sambil menatap langit senja yang dihiasi awan-awan berwarna putih.
"Bukankah kita teman?" Kata Kenny de" ngan senyum manisnya.
"Benarkah?" Tanya Keyra memastikan.
"Aku mau menjadi temanmu" kata Kenny sambil menyodorkan jari kelingking nya.
"Kau kekanak-kanak kan, Ken" kata Keyra sambil mengaitkan jari kelingking nya ke kelingking Kenny.
'Drrttt ... ddrrttt ....'
Ponsel Kenny bergetar di saku jas putih miliknya dengan segera dia langsung mengambil dan membuka isi pesannya.
"Keyra, sepertinya kita harus kembali ke kamarmu. Aku harus segera menemui pasien-ku yang lain," Ucap Kenny sekaligus menyadarkan Keyra karena sebelumnya gadis ini memandangi wajah Kenny.
"Baiklah," Ujar Keyra menurutinya.
Kenny hanya langsung berdiri dan membawa Keyra pergi dari taman untuk kembali ke ruang nomor 54, kamar rawatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/127348623-288-k433535.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Room No. 54
Fiksi PenggemarIni bukan kisah tentang bad boy bertemu good girl, atau sebalikanya. Ini juga bukan kisah tentang persahabatan antara laki laki dan perempuan, hingga menjadi benih-benih cinta. Ruang nomor 54, tempat pertama dan terakhir kali aku bertemu dengan di...