Hampir setahun adalah waktu yang amat menyiksaku. Pernikahan kujalani hanya untuk status belaka. Bahkan, aku belum pernah menyentuhnya sama sekali. Bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta padanya. Wanita itu tak secantik mantan istriku yang telah meninggal.
Rasa kantuk masih menahanku di tempat tidur. Aroma lemon seketika menguar saat seseorang keluar dari kamar mandi. Wangi yang lembut menyeruak hidungku.
Aku mengerjapkan mata, memandangi sosok tubuh ramping yang dibalut handuk. Tubuh itu cukup berisi dengan bentuk yang hampir sempurna. Aku menelan ludah, merasakan kejantananku yang mulai bergejolak.
Tangan wanita itu cekatan mengeringkan rambut panjangnya. Rambutnya hitam legam bercahaya saat diterpa sinar mentari. Kedua kakinya jenjang dan mulus.
Dadaku bergemuruh dengan perut serasa dicubit. Seperti ada kupu-kupu yang berterbangan. Saat wajahnya berpaling ke arahku. Kutemukan seraut wajah bak dewi Aphrodite. Mata coklatnya ditemani dengan hidung mancung dan bibir yang merah merekah. Bibir yang siap untuk kulumat.
"Mas, koq masih tiduran? Ayo mandi," tuturnya lembut. Suaranya merangsang tepat ke bagian otakku yang paling dominan.
Apakah aku mulai jatuh cinta padanya? Dilara, istri kedua dari seorang lelaki dingin yang cintanya terpasung sekian lama.
Seketika aku beranjak dan langsung memeluknya erat. Dia milikku. Aku merasakan getaran indah saat kulitku bersentuhan dengan tubuh Dilara.
Word: 198
