"Apakah yang seperti itu pantas disebut cinta?"
Alfa dan Nasha berada di taman belakang rumah Nasha. Duduk berdua tanpa ada yang mau mulai bicara. Gadis itu merenung. Saat ini tidak ada yang tahu isi hatinya. Perasaan kecewa, dikhianati dan juga kelegaan. Tarikan napas Nasha terdengar jelas di telinga Alfa. Sedikit demi sedikit mulai bisa bernapas lega.Orangtua Nasha menyaksikan pertengkaran putrinya dengan Bima. Mereka melihat bagaimana Alfa melindungi Nasha. Pak Reno tersenyum tipis. Pilihannya tidak salah. Pria yang mampu menjaga putri sulungnya.
Semakin cepat pernikahan mereka dilaksanakan, semakin baik, pikirnya.
"Kalau kamu mau nangis, ya nangis aja. Jangan ditahan-tahan." Alfa memandangi gadis yang ada dihadapannya.
"Air mataku udah abis untuk dia. Kenapa setiap aku punya pacar selalu selingkuh. Apa ada yang salah atau sesuatu yang kurang dari aku?" tanyanya pada Alfa tanpa beban. Pria itu tersenyum kecut, termasuk dirinya sang mantan.
"Dalam berhubungan kadang pasangan nggak selalu berkata jujur. Kalau ditanya pasti akan bohong. Dan aku nggak pernah bohong padamu," ucapnya dingin. Nasha tahu jika Alfa sedang mengungkit masa lalu. Ia berdehem.
"Hati orang nggak ada yang tau. Bibir bisa berbohong tapi hati nggak."
"Berarti kamu belum tau tentang hatiku," ucap Alfa seraya menarik napas panjang. Nasha merasakan dadanya sesak. Ia terhasut dengan bukti yang diberikan Hani. Semuanya sudah terlambat untuk meminta maaf. Harga dirinya lebih tinggi daripada mengakuinya.
"Memang aku nggak tau," elak Nasha. "Dan aku nggak mau tau," lanjutnya.
"Aku mau menanyakan hal serius sama kamu,"
"Apa?"
"Apa kamu menerima perjodohan ini atau nggak? Aku nggak mau membuang-buang waktu yang nggak pasti."
"Jawab pertanyaanku lebih dulu," pinta Nasha. "Apa kamu masih punya perasaan sama aku?" Detak jantung Alfa seakan berhenti.
"Apa setelah aku menjawabnya. Kamu akan merubah jawabanmu tentang perjodohan ini?" tanya Alfa balik. Nasha menatap lekat kedua mata Alfa yang coklat pekat.
"Iya," Alfa tersenyum miring. Nasha masih seperti dulu, labil.
"Perasaanku udah mati sejak kita berpisah. Kamu percaya?"
"Nggak."
"Begitulah dirimu, aku nggak heran. Kamu nggak akan percaya dengan semua penjelasanku seperti dulu.." ucapnya lirih. "Tujuanku menikahimu hanya satu yaitu membahagiakan orangtuaku. Aku nggak mau mengecewakan mereka."
Bukannya Nasha tidak percaya akan tetapi, perasaan Alfa padanya kenapa begitu kuat?
"Katamu, kamu mau nikah sekali dalam hidupmu," Nasha mengingatkan.
"Memang benar, tapi aku nggak berharap banyak dari pernikahan kita nanti. Aku hanya meminta keringanan darimu," tambah Alfa serius.
"Apa?" Nasha mulai ragu.
"Aku ingin anak," Nasha shock. "Itu pun kalau kamu mau. Aku nggak akan maksa. Kedua orangtua kita pasti ingin mempunyai cucu dari pernikahan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance (GOOGLE PLAY BOOK)
General FictionSudah tersedia eBook nya di Google Play Book Nasha dan Alfa pernah menjalin kasih di masa lalu. Mereka merasakan cinta pertama ketika remaja. Namun berakhir kandas. Dan Tuhan mempertemukan keduanya kembali ketika dewasa. Meskipun di antara mereka m...