4

5.2K 530 0
                                    

Ruangan itu memiliki atmosfir yamg begitu berat, tidak ada pelayan maupun petinggi kerajaan yang berani masuk ke ruang tahta saat Raja mereka tengah geram.

" Kudengar kau membebastugaskan senjata itu Liffus" suara Luciferlah yamg membuka pembicaraan pertama kali. Matanya dingin menusuk Liffus, yang hanya dibalas anggukan tidak bersalah dari terdakwa.

" Dia milikku sejak awal Ayah. Kenapa aku harus merepotkan diriku untuk meminta ijin pada Ayah bahkan jika aku memintanya berhenti bekerja?"

Lucifer kini mengumpati sifat anaknya yang angkuh. Salahnya sendiri terlalu memanjakan Liffus, sehingga di usianya sekarang Liffus mulai berani mementang Ayahnya.

" Selama aku menjadi Raja maka keputusan tertinggi ada ditanganku Liffus. Dan keputusanku ialah membuatnya bekerja seumur hidup sampai nyawanya habis" balas Lucifer dingin.

" Dan kau Harris, sebagai penasihat seharusnya kau mengarahkan calon rajamu pada perilaku yang baik. Jangan terus diam sepeti patung begitu." lanjutnya lagi membuat Harris yang sedari tadi diam tersentak kecil. Bagaimana bisa ia memarahi Liffus depan Ayahnya sendiri? Apa Lucifer ingin lehernya terbelah?

" Jangan mengalihkan pembicaraan Ayah. Aku mohon, lepaskan kutukan yang selama ini mengikatnya. Pengamatanku tidak salah tentangnya. Dia adalah adikku, dan bukan senjata milik negara ini."

" Ada.... Sesuatu yang lain dari dirinya. Aku bisa merasakannya. Ayah akan tahu begitu melihatnya."

Dari arah pintu muncul Bilfeth dengan Luciel dalam gendongannya. Ia telah sadar, namun tampaknya masih terlalu lemah untuk berjalan sendiri. Matanya menatap lemah semua penghuni ruang tahta yang kini memerhatikannya.

Terutama Lucifer. Matanya terpaku pada sosok yang tidak pernah ia temui selama 10 tahun ini. Sosok yang terwujud sebagai renkarnasi istrinya, orang yang paling ia benci sekaligus ia sanyangi.

Berdustalah Lucifer jika ia bilang bahwa ia membenci istrinya. Jika bukan karena penghianatan yang dilakukan perempuan itu, Lucifer berani bersumpah bahwa ia akan tetap mencintai istrinya. Sebenarnya kurang apa Lucifer sampai istrinya dengan tega berselingkuh?

Mata Lucifer membulat kaget begitu pipinya tersentuh tangan yang begitu hangat. Kulit Lucifer adalah kulit iblis  sehingga ia tidak bisa tahu apa itu kehangatan. Namun, entah kenapa, saat Luciel menyentuhnya Lucifer dapat merasakan beban yang selama ini ia tanggung terangkat. Digantikan oleh erangan kesakitan yang dikeluarkan Luciel.

" Anak ini murni Ayah. Ia tidak akan segan menyembuhkan siapapun sekalipun tidak diperintah. Dia berbeda dari yang Ayah pikirkan." bujuk Liffus. Persetan dengn harga dirinya yang hancur disini. Ini situasi darurat, Liffus harus meyakinkan Ayahnya sekarang atau Luciel akan mati.

Dan untuk Lucifer sendiri, ia bimbang sekarang. Seumur hidup ia tidak pernah meragukan keputusannya, namun sekarang ragu.

Dan itu semua karena seseorang yang ia anggap 'senjata'.

Mungkin sebaiknya ia memperlakukannya lebih halus.

Mungkin sebaiknya ia anggap Luciel sebagai anaknya sendiri.

Mungkin.....

Ia menggeleng cepat. Tidak mungkin sentuhan sederhana dapat mencairkan es yang selama ini susah-susah ia bangun untuk menutupi rasa sedihnya.

Rasa sedih telah kehilangan istrinya. Orang yang dengan bodoh malah memilih bercinta dengan seorang manusia daripada merasa aman dalam kasih sayangnya.

Namun...... Orang itu ada bersamanya sekarang. Dalam wujud anak yang polos.

" Kembalikan derajat yang seharusnya ia miliki Ayah. Aku akan menutup matanya jika karena itulah Ayah tidak sudi menerimanya. Tapi jangan jadikan dia budak lagi. Perlakuan kita sudah lebih dari cukup untuk menebus dosa ibunya selama ini."

Liffus benar, ia bahkan hanya menjatuhkan hukuman mati pada istri yang jauh lebih bersalah daripada anaknya.

Menghela nafas panjang, Lucifer mendekati Luciel dan mulai menggumamkan sesuatu. Asap hitam keluar dari ubun-ubun Luciel sehingga membuatnya tidak sadarkan diri.

" Aku sudah mengangkat jeratan jiwa yang kupasangkan padanya. Dia bisa mendapatkan apa yang menjadi haknya mulai sekarang." Semua yang ada diruangan itu hanya bisa membulatkan matanya. Tidak percaya bahwa Rajanya akan setuju semudah itu. Lucifer hanya berharap bahwa keputusan yang ia ambil tidaklah salah. 

Hai,hai, arigatou bagi yang masih membaca cerita ini. Jujur aja saya senang banget pas liat ada yang comment minta cerita ini dilanjutin^^. Biarlah saya dianggap lebay, yang pasti saya senang banget ada yang mau vote sama comment cerita saya. Percayalah, saya tadinya males lanjutin cerita ini saat tahu bahwa file cerita saya i i ke format sampai saya harus ulang lagi cerita ini dari awal😂 but, berkat dukungan kalian semua saya akhirnya memutuskan untuk lanjut. So, stay in this story and don't forget to vote and comment. I love you all so much😘

[End] Angel or DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang