P-11

1.7K 99 9
                                    

Cukup lima puluh langkah. Sampailah kami di sebuah rumah besar berpengawal ketat yang didalamnya tak ada orang.
Yah inilah rumah Hyun yang hanya dihuni Hyun seorang.

Loh kok bisa?

Yah Bisalah! Di wattpad mah mana ada yang nggak bisa. Semua kisah pasti dibisa-bisain bisa.

Abaikan author yang mulai ngaco dan dengarkan aku saja, oke! Akan ku ceritakan kisah rumit dibalik mengapa rumah sebesar ini hanya dihuni Hyun sendirian?

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang konglomerat bernama Suholkay. Dia hanya memiliki seorang anak lelaki bernama Hadiningrat Suholkay.

Setelah menikah, Hadiningrat juga hanya dikaruniai seorang anak yang ternyata tidak berjenis kelamin laki-laki -alias perempuan tulen- dengan nama Myeon Hadiningrat Suholkay.

Sayangnya, meski cantik bak bidadari. Namun, Myeon tak seberuntung Ayah dan Kakeknya. Myeon tergolong perempuan pemalas berotak pas-pasan yang tidak suka belajar dan hanya mementingkan bersolek serta bermain saja. Maka karna itulah dia sering tidak naik kelas.

Bingung harus bagaimana, akhirnya Hadiningrat nekad menikahkan Myeon yang masih SMP dengan Eldo, seorang pengusaha muda sukses -rekan bisnisnya.

Naasnya, sebelum hari pernikahan, Myeon ketahuan hamil duluan sudah tiga bulan karna pacaran suka gelap-gelapan dengan Aldo -pacarnya yang tragisnya ternyata adik serta keluarga Eldo satu-satunya yang masih tersisa. Mau tak mau, Eldo harus merelakan Myeon menikah dengan Aldo.

Seiring berjalannya waktu, Hadiningrat jadi sering sakit-sakitan. Berhubung Aldo masih harus melanjutkan pendidikannya, Eldo yang sudah sibuk dengan perusahaannya sendiri, jadi harus ikut menangani aset Hadiningrat yang nyaris bangkrut terbengkalai.

Karna terlalu sibuk bekerja itulah, Eldo menjadi perjaka tua dan baru mau menikah setelah jatuh hati pada Lastri. Seorang bidan lemah gemulai yang membantu Tantri -istri sah Jun, keponakan Eldo yang merupakan anak tunggal dari Aldo dan Myeon- melahirkan pacarku sekarang yaitu Seno Jun Myeon Hadiningrat Suholkay.

Pasangan Eldo dan Lastri baru dikarunia seorang putra yang mereka beri nama Remi Eldo Hyun- setelah 5 tahun usia pernikahan mereka. Namun, saat Hyun baru menginjak usia 1 tahun. Mereka mengalami sebuah kecelakaan beruntun sehingga menewaskan keduanya. Sejak saat itulah, Hyun diasuh oleh Neneknya di rumah ini.

Seakan belum cukup, saat Hyun baru masuk SD. Istri tuan Hadiningrat yang terkenal bisa meramal masa depan itu meninggalkannya seorang diri dalam rumah ini untuk selama-lamanya.
Tamat.

Sebenarnya, orangtua Kak Seno- selaku adik sepupu Hyun- nyuruh Hyun tinggal bersama mereka agar tidak kesepian. Namun, Hyun menolak dengan alasan dia tak pernah kesepian.

Gimana dia mau kesepian coba? Lah, setiap hari semenjak TK karna rumah kami sekomplek. Dia, Chiko dan Shema ngeluyur di rumahku udah kek anak pungut. Pulang ke rumah masing-masing paling cuma buat ngambil buku, mandi, terus ganti baju-itu pun kalau mood.

Sampai sekarang aku masih belum tau, kenapa Mama -yang perhitungan- ngebiarin mereka seperti itu.

Ditambah gerombolan Kak Lay yang begadang di rumah kami hampir setiap akhir pekan semenjak Kak Lay sekelas dengan Kak Seno dan Kak Dio waktu SMA.

Kalau Shema sih nggak masalah, kan dia sepupuku.
Lah yang lain emang siapa?

Dugaanku, motif Mama pasti nggak jauh-jauh dari kata uang. Buktinya; Dari sekian banyak temanku, hanya Yo -teman SMAku- saja yang dia biarkan menginap dan keluyuran di rumah kami seenak jidat seperti mereka. Itu pun karna Yo selalu datang tanpa lupa membawa martabak telur kesukaannya.

Anyway, gimana kabar kamu Yo?
Makin kurus atau makin gemuk kah kamu?
Sudah hampir lima tahun kita tak bertemu terhitung semenjak kamu berhasil mendapatkan beasiswa di Korea.

Andai saat itu Kak Umin bisa ngehargain cinta kamu dan nggak blokir kamu dari hidupnya, pasti beberapa tahun belakangan aku tidak akan kesepian tanpa kamu, Yo.

"Daebak! Coba lihat deh!" Kai berteriak heboh sembari menunjuk-nunjuk layar ponselnya. Kepo, kami yang masih terjaga pun langsung merangsek mendekat.

Mataku langsung membola mendapati apa yang tertera pada layar ponsel Kai. Disana, terpampang jelas bahwa status lajang Kak Seno pada semua akun medsos yang dimilikinya sudah berganti berpacaran dengan-siapa lagi kalau bukan aku.

Mampus! Kalau orang kantor tau gimana? Bisa berabe kalau nanti berita ini sampai tersiar hingga ke telinga Om Jun dan Tante Tantri. Terus Mama, pasti bakal langsung ngadain hajatan.
Duh! Kok nggak mikir sampai sini sih aku! Apalagi kalau Kak Lay juga-

Oh iya tuh orang dimana yah? Perasaan tadi ikut deh!

Berbalik, ku hembuskan nafas lega menemukan Kak Lay tengah meringkuk diatas sofa sembari memeluk erat tubuh si Shaun-boneka domba kesayangannya.

Untung udah tidur! Kalau masih melek, dijamin malam ini bisa puyeng aku dengerin wejangan nggak jelasnya tentang larangan berpacaran.

"Serius, lo jadian sama Bang Seno, Kak?" tanya Kai mengkonfirmasi pihak kedua, yakni aku. Karna udah kepalang basah, aku pun mengangguk.

"Selamat yah Kak, jangan lupa PJ-nya bial langgeng." Shema menyalamiku.

Chiko merangkul pundakku sembari tersenyum manis, "Kalo kagak, lo ganti sama gue juga nggak apa, Kak. Pintu hati gue selalu terbuka lebar buat cewek cantik dan sexy kek elo."

"PJ minta Bang Sen aja-"

"Buruan bikin mie ke dapur deh, Kak! Sekalian buatin kita semua." perintah Hyun, memotong perkataanku.

"Loh kok aku?"

"Nah, Kakak katanya lapar! Karna pembantu udah pada pulang, jadi Kakak harus bikin mie sendiri." jelasnya.

Emang sih aku lapar tapi-

"Kapan yah aku bilang lapar?"

Hyun mencebikkan bibir, "Nah barusan."

Barusan kapan?
Perasaan, di part ini nggak ada deh scane aku ngaduh ke Hyun kalau aku lapar.
Kok narasinya jadi gaje gini sih?
Atau mungkinkah ini sebuah tanda bahwa Hyun mulai bisa meramal dan membaca pikiran seperti neneknya?

"Gue aja yang bikin. Kakak pasti udah capek."

Hg? Ini juga, adik macam apa yang baik cuma kalau ada maunya-karna tau aku sekarang pacarannya Kak Seno.

Dan di detik berikutnya, Kai segera melengos ke dapur ngajak Chiko yang tengah mengendong Vivi. Mendapati situasi aman. Sang paman segera menyergapku dengan bentakan.

"Jika kau hanya mempermainkan keponakanku. Sebaiknya segera akhiri hubungan kalian berdua. Mengerti?" ancamnya dengan aksen seperti difilm-film.

Serius nih?

Aku segera mengangguk patuh. Namun, ia malah tertawa ngakak yang seketika membuatku ikut tertawa juga.

"Hahaha... Candaan kamu garing tau nggak."

"Siapa bercanda?" Hyun kembali menatapku tajam, "Ini serius, Kak!"

Shema menimpali, "Benel Hyun, mending Kakak buluan putusin Bang Seno deh dali pada ental ulusannya jadi lunyam."

Bersambung.
10-11-17

Uni-ah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang