Enam - Keluarga

62 12 2
                                    

Akhirnya gue dan keluarga gue pun selesai makan sore.

Sebenernya sejak tadi pulang, gue itu udah kenyang karena udah makan di kafe Jomblo Abadi. Akan tetapi ka Nisa membawa makanan kesukaan gue, yang gak bisa gue tolak pada saat waktu itu juga.

"Ka, aku tinggal ke kamar dulu yaa," ucap gue.

"Bantuin dulu!" ucapan bagi gue itu adalah Neraka.

Gak lama setelah abang gue nyuruh untuk ngebantuin ka Nisa, gue pun langsung membawa piring kotor ke dapur.

"Roro!" sentak ka Nisa.

"Marahin aja ka, dasar nyi Roro kidul" ucap gue, yang membuat ka Nisa tidak bisa menahan tawa.

RORO adalah panggilan kesayangan dari ka Nisa buat bang Rowoon. Tetapi sama gue plesetin, jadi nyi roro kidul.

Gapapa kan plesetin nama orang?

"Ada apa ini, ko pada ribut?" tanya mamah yang baru saja datang dari dalam kamar setelah mendapat telepon dari papah.

"Syasyha adek kurang ajar!" ucap bang Rowoon sinis.

"Syasyha!" tegur mamah pada gue.

"Syasyha gak ngapa-ngapain, tanya aja ka Nisa." ucap gue mengelak.

"Udah kamu bantuin ka Nisa, kasian ka Nisa nya cape" ucap mamah membuat gue melangkah kan kaki ke dapur.

"Woon, papah kamu gak jadi pulang minggu depan" ucap mamah yang buat gue putar balik ke arah meja makan.

"Kenapa mah?" tanya gue tiba-tiba datang begitu saja.

"Syasyha!" sentak bang Rowoon.

"Syasyha kan cuma pengen tahu, apa salah?" tanya gue yang dijawab oleh mamah.

"Mamah akan kasih tahu, tapi kamu harus janji untuk bantuin ka Nisa didapur." ucap mamah yang gue angguki.

"Papah kalian ada tugas lagi diluar kota. Itu juga diluar kota yang sekarang papah kamu kerja," ujar mamah.

"Berarti kapan mah pulangnya?" tanya bang Rowoon.

"Mamah juga gatau Woon, takutnya papah kamu itu ada pekerjaan mendadak seperti sekarang ini," ujar mamah.

"Aku cuma takut, papah gak bisa hadir di acara wisudaku" ucap bang Rowoon lesu.

"Papah pasti hadir. Gak mungkin papah mementingkan pekerjaan, dibandingkan kamu, anaknya sendiri." ucap mamah membuat semangat bang Rowoon kembali.

"Iya juga," ucap bang Rowoon dengan senyuman nya.

"Syasyha, bantuin ka Nisa nya, kan mamah udah kasih tahu," ujar mamah.

Setelah mamah bilang seperti itu, gue pun langsung berjalan ke arah dapur yang sudah rapih.

"Loh ka? Udah semua?" tanya gue.

"Udah ko Syha," ujar ka Nisa sambil mengulurkan lengan baju, yang tergulung sejak tadi cuci piring.

"Baru aja Syasyha mau bantuin," ucap gue ketawa kecil, sambil melirik ke arah dapur.

"Hee, gak usah Syha, udah selesai ko." ucap ka Nisa.

"Maafin Syasyha iya ka, gak bisa bantuin." permintaan maaf yang keluar dari mulut gue.

"Iya gpp ko Syha. Oiya, sekarang jam berapa?" tanya ka Nisa, sambil mengecek handphone nya.

"Jam 5 ka," ucap gue.

"Aduh kesorean. Yaudah iya Syha, kaka pamit pulang dulu." ucap ka Nisa.

"Yaudah yuk ka, biar Syasyha yang anter kaka untuk pamit sama mamah dan juga bang Rowoon." ajakan gue yang hanya di angguki.

↪OSIS × Story↩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang