Chapter 3

3.3K 253 82
                                    

Aku masih nunggu loh buat kalian kepo di dreame. Ya kenapa? Karena di sana lebih berbeda dari yang di wattpad. Dari nama saja sudah beda dan ada part yang di tambahin serta endingnya nggak sama kaya di wattpad. Masih ada lagi tambahan part dan extra part. Jadi aku jamin nggak nyesel. Mampir ya aku tunggu di elsuci
Jangan lupa tekan ini 💜

[]

Suasana dalam mobil mewah itu sunyi. Tak ada dari satu pun yang ingin membuka percakapan. Bahkan suara radio pun tak terdengar walau bervolume rendah. Kedua orang di dalamnya terlalu asik dengan pikiran masin- masing setelah satu hari penuh dilalui dengan acara fitting baju pengantinnya.

"Kau masih bisa membatalkannya. Aku merasa tak tega dengan kekasihmu itu." Gadis itu, Amora mencoba mencairkan suasana yang hening.

Sebenarnya, gadis dengan hazle mata cokelat itu tak menyukai hal yang sunyi dan sepi. Sambil masih mengarahkan pandangan matanya kearah luar jendela, seakan-akan pemandangan diluar sana jauh lebih menarik dari pada lelaki disampingnya.

"Tidak. Biarkan saja seperti ini." Lelaki itu, Xander, menjawab dengan santai dan masih terus berfokus pada jalanan di depannya.

Keheningan kembali menyapa. Gadis itu hanya tersenyum kecut dan mencoba mengalihkan pikirannya. Dia pun tak ingin memikirkan hal itu. Hanya saja, entahlah. Pikiran itu terus saja hinggap di kepala cantiknya.

Dering ponsel menghentikan aktivitas hening yang sedang berjalan. Perlahan, Xander menerima panggilan itu dengan senyum tipis di bibirnya.

"Aku baru saja akan menghubungimu sweetheart. Oh, serindu itukah padaku? Aku juga merindukanmu, sungguh."

"Aku sungguh kesepian di sini. Kapan kau pulang?" Suara di seberang telepon membuat Xander semakin menyunggingkan senyum manisnya.

"Ah, benarkah? Baiklah, minggu depan aku akan pulang. Tunggu aku, oke. Love you more, sweetheart."

Selesai dengan telepon singkatnya, Xander segera meletakkan ponsel pintarnya di dashboard seperti semula. Muka datarnya kembali memenuhi dengan tatapan mata tajamnya.

Amora hanya diam dan mencoba memejamkan kedua bola matanya. Tak ingin mendengarkan obrolan dua sejoli yang saling merindukan itu. Toh bukan urusannya juga bukan?

****

Semua persiapan pernikahan sudah tersusun dengan rapi. Undangan mewah yang tercetak juga dekorasi gedung serta gaun pernikahan mewah yang bertengger indah di kamar Amora tak luput menjadi fokus perhatiannya malam ini.

Ya, besok adalah hari pernikahannya dengan Xander. Setelah satu minggu penuh mempersiapkan semuanya. Bahkan selama satu minggu kebersamaan mereka, Amora sama sekali tak mengenal bagaimana sikap serta sifatnya. Dan juga, sikap dingin serta acuh masih saja melekat pada Xander. Entahlah, Amora menganggap ini apa. Ia semakin ragu dengan pernikahan ini. Jangan lupakan soal kekasihnya yang berada di Los Angeles.

Amora hanya memandang nanar kearah luar jendela kamarnya. Menikmati udara musim gugur yang dingin dan menyapa kulit-kulit halusnya. Malam yang telah larut, namun Amora enggan untuk beranjak. Ia masih asik berkutat dengan pikirannya sendiri. Menyimpulkan spekulasi-spekulasi yang muncul. Lama terpekur, membuat kedua bola mata Amora sedikit memberat karena terpaan angin yang semakin dingin mengingat waktu menunjukkan pukul sebelas malam.

Amora turunkan kaki jenjangnya yang sedari tadi ditekuk dan sedikit merenggangkan otot-ototnya yang pegal. Lalu beranjak masuk dan menuju kearah ranjangnya.

Hanya butuh waktu sepuluh menit dan mata indahnya sudah terpejam sempurna. Menuju alam bawah sadar yang indah.

****

Deep End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang