Chapter 1

9.2K 362 79
                                    

Mata dengan gradiasi kecokelatan lembut itu baru saja terpejam setelah waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Gadis dengan tatanan rambut sebahu berwarna cokelat yang senada dengan hazel matanya baru saja menyelesaikan debat menegangkan dengan kedua orang tuanya yang memaksa menikah dengan lelaki yang belum pernah ditemuinya. Ya, mau tidak mau pada akhirnya gadis itu menerima dengan berat hati keinginan kedua orang tuanya. Terutama ketika sudah menyangkut dengan Mommynya. Membuatnya tak pernah bisa menolak sekalipun ingin.

"Aku bahkan belum merasakan bagaimana rasanya bekerja setelah berjuang keras dengan ilmu hukum yang aku pelajari dibangku kuliah selama hampir empat tahun. Dan sekarang, lihatlah! Mom dan Dad memintaku untuk segera menikah tanpa memberiku ijin terlebih dahulu menghirup udara kebebasan," gerutunya pelan seraya mencoba mengingat percakapan kedua orang tuanya usai makan malam dan menyita waktu sampai dini hari ini.

Dalam benaknya, gadis cantik ini berpikir seperti apa rupa calon suaminya. Calon suaminya? Bibirnya sedikit tersenyum menyebut lelaki yang belum pernah ditemuinya dengan kata "calon suaminya".

"Oh Astaga." Helanya sambil menghirup udara lebih dalam lagi.

Tak dipungkiri jika hatinya sedikit menghangat. Entahlah. Sepertinya menerima keinginan orang tuanya adalah pilihan yang tepat. Setidaknya inilah cara berbalas budi untuk Mom yang sudah melahirkan dan merawatnya. Menyayangi dengan tulus dan menjaganya dengan sepenuh hati. Juga untuk Dadnya yang selalu menjaganya dari hal apapun.

Perlahan, mata indahnya mulai terpejam perlahan menuju alam bawah sadarnya. Dengan senyum tipis yang tak pernah hilang dari bibirnya.

****

"Kau hanya harus menerimanya. Tolong, Mom hanya memintamu satu hal. Perlahan, kau akan mencintainya. Percayalah, Mom tak akan membuatmu menyesal karena mengenalnya. Gadis itu gadis yang tepat untukmu," tutur seorang wanita paruh baya kepada seorang lelaki yang tak lain adalah putranya sendiri. Putra sulungnya yang telah menjelma menjadi lelaki tampan penuh pesona dan berkharisma. Tak ayal, hal itu membuat sang Ibu khawatir luar biasa. Pasalnya, diluar sana banyak para gadis yang mengelu-elukan namanya. Tak hanya satu dua dari relasi bisnis suaminya yang menginginkan putranya untuk dijadikan suami bagi anak-anak mereka.

Lelaki tampan dengan sorot mata tajam itu hanya mampu menghela napas panjang dan tersenyum tipis kepada Momnya. Jika sudah Momnya yang meminta tak akan pernah bisa ia menolaknya.

"Mom, aku hanya mencintai satu gadis di dunia ini. Sungguh Mom. Aku mencintai Elle dan kami saling mencintai." Ungkapnya sedikit memberi penjelasan kepada wanita paruh baya yang dipanggilnya Mom. Wanita yang 27 tahun lalu melahirkan juga merawatnya dan memberinya kasih sayang yang tiada berujung.

Wanita itu hanya tersenyum tipis. Sudah menduga akan mendapat jawaban seperti ini dari putra sulungnya. Sambil berjalan dan mendekat serta memberinya pelukan hangat untuk putra tercintanya.

"Rasanya baru kemarin Mom memberimu ASI dan sekarang lihatlah kau sudah lebih tinggi dari Mom. Good night sunshine," ucap sang Ibu sambil lalu pergi meninggalkan putranya dan memberi ruang untuk berpikir.

Lelaki itu membalas senyuman Ibunya dan membalas pelukannya.

"Terima kasih Mom. Kau yang selalu mengerti aku."

****

"Hei bangunlah sweety. Jangan buat calon suamimu berpikir kau gadis yang pemalas. Kau harusnya bangun lebih awal dari ayam. Tapi lihatlah, kau sungguh gadis pemalas," decak kesal seorang lelaki dengan rambut yang sedikit berantakan karena baru saja berenang di pagi hari yang cukup dingin karena musim gugur baru saja datang seminggu yang lalu.

Gadis yang di bangunkannya hanya menggeliat pelan dan merapatkan selimut tebalnya pada tubuh mungilnya.

"Oh ya ampun. Aku tak percaya jika gadis ini adalah adik kandungku. Kenapa sifatnya bertolak belakang denganku. Hei! Amora bangunlah sebelum aku menarikmu kekamar mandi," seru lelaki yang notabennya adalah kakak sulungnya.

Deep End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang