Chapter 4

3K 247 48
                                        

Ini serius belum ada yang mau kepo sama kisah mereka yang di dreame ya? Sebelum kena koin loh 🤣😂
Entar kalau udah kena koin, pasti hm hm hm

[]

Kedua pasangan sejoli itu nampak saling diam setelah kegiatan yang cukup menguras tenaga diakhirinya satu jam yang lalu. Waktu menunjukkan pukul dua dini hari dan dua sejoli itu hanya diam sambil menautkan jari jemari masing-masing dengan selimut tebal yang membungkus tubuh polos keduanya.

Lelaki berparas tampan dengan rambut emas madu yang sedikit berantakan mencoba menenangkan gadisnya yang berada dipelukannya. Gadis yang sangat dicintainya menangis dengan isakan pelan diatas dada bidangnya setelah apa yang didengar dari mulut kekasih tercintanya.

Lelaki itu semakin mempererat pelukannya pada tubuh mungil yang berada didekapannya. Seolah-olah tubuhnya akan rapuh seperti kaca yang mudah terpecah.

"Aku akan tinggal di Paris." Lelaki tampan itu memulai mencairkan suasana yang hening sambil terus mengelus lembut rambut halus gadisnya. "Kau harus ikut! Kita akan tinggal disana." Setelah dengan jeda mengambil napas, lelaki itu melanjutkan ucapannya.

Gadis itu berangsur perlahan melepas pelukan terhangat yang selalu disukainya sambil menatap kearahnya bola mata hazle indah didepannya ini. Mencari suatu kebenaran. Memastikan bahwa telinganya masih baik-baik saja.

"Bagaimana dengan gadis itu? Bukankah dia sudah menjadi istrimu dan kau ingin mengajakku tinggal bersama kalian?" Gadis itu menitihkan air matanya lagi dari sudut bola mata biru cerahnya.

Lelaki itu merengkuhnya ke dalam pelukan hangatnya lagi. Sudah menduga jika akan mendapat jawaban seperti ini.

"Kau tahu? Aku hanya mencintaimu. Sudah kukatakan jika hanya kau yang aku inginkan menjadi istriku, ibu bagi anak-anakku dimasa depan. Kau tak lupa bukan jika aku dijodohkan?"

Suasana kembali hening. Gadis itu hanya diam dan semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang lelaki yang telah mengisi kekosongan hatinya hampir empat tahun ini. Lelaki yang memiliki sejuta pesona. Gadis itu bersyukur karena memiliki lelaki itu dan dicintai dengan sangat tulus.

****

Matahari sedikit menerobos masuk lewat celah-celah gorden yang sedikit terbuka dan sedikit mengusik mimpi indah gadis dengan mata cokelat terang di atas ranjang mewah dan empuk itu. Perlahan membuka kedua bola matanya dan menatap jam dinding yang bertengger indah di depan sana. Pukul tujuh pagi.

Gadis itu melangkahkan kedua kaki jenjangnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini gadis cantik itu akan menemui sahabatnya yang berada di kawasan Baverly Hills. Tak jauh dari hotel mewah tempatnya menginap semalam.

Senyum cantik selalu tersungging di bibir Amora. Sudah berapa lama dirinya tak bertemu dengan sahabat yang bernotaben seorang model di negeri Paman Sam ini. Bahkan sahabatnya itu rela memutuskan berhenti sekolah untuk mengejar cita-cita yang bahkan sangat ditentang oleh kedua orangnya.

Selesai dengan acara mandi yang menyegarkan, Amora, gadis itu segera keluar menuju ruang ganti dan memilih pakaian santai untuk dipakainya. Ya, selera dalam fashionnya sangatlah simpel. Dengan cekatan, Amora memilih tshirt merah dengan cardigan hitam juga jeans hitam yang membungkus kaki jenjangnya. Tak lupa sepasang flat shoes berwarna hitam menjadi pilihannya pagi ini.

Selesai dengan pakaiannya, Amora segera merapikan rambut cokelat sebahunya dan membiarkannya tergerai bebas.

Sambil mengecek kembali barang bawaan di dalam tas kecil memastikan semua kebutuhannya tak tertinggal. Lantas bergegas keluar untuk menuju kearah lobby yang berada di lantai bawah.

Deep End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang