Halo, cerita ini sudah pindah lapak di dreame. Di sana chapter lebih lengkap dan bahkan ada tambahan extra lainnya. Kepoin yuk di akun aku elsuci. Versinya juga beda loh. Jangan lupa tekan 💜 ya. Aku tunggu 😘
[]
Musim gugur masih berjalan beberapa waktu lalu. Namun udara dingin dan sejuk secara bersamaan saling menyapa dalam kurun waktu tak menentu. Seorang gadis dengan rambut cokelat sebahu dengan baju santainya sedang bercengkerama dengan lelaki yang duduk tak jauh di kursi balkon kamarnya. Menghadap langsung kearah danau buatan dibawah sana.
Dengan pandangan nanar tak ada dari keduanya untuk mengakhiri kesunyian yang sedang mereka ciptakan. Sebenarnya, keadaan ini tak berpengaruh apapun, hanya saja saling diam dalam waktu yang cukup lama sangatlah membosankan.
Dengan langkah berat, gadis yang tak lain adalah putri kedua di keluarga Anderson mengarahkan kedua kaki jenjangnya menuju ke dalam. Ranjang yang di butuhkannya. Lebih baik tidur daripada harus berdiam diri seperti kambing congek.
Melihat hal itu, lelaki yang duduk tak jauh dari situ hanya mengikuti ke mana arah pergi calon istrinya. Calon istri? Entah itu pantas atau tidak diucapkannya. Sedikit sumbang dan terdengar aneh.
Pikirannya kembali melayang pada kenangan bersama gadis yang dicintainya, Elle. Gadis yang sangat diharapkannya untuk menjadi istri juga Ibu bagi anak-anaknya dimasa depan. Gadis yang mampu membuat hatinya bergetar hanya dengan menatap bola mata biru cerahnya. Dan gadis yang tak di terima oleh keluarga besarnya hanya karena perbedaan status. Selalu seperti itu.
Lelaki itu, Xander, hanya mampu mengembuskan napasnya kasar juga berat. Sejak kapan bernapas juga terasa sesak. Tak lama berkutat dengan pikirannya sendiri, Xander memutuskan untuk menyusul gadis yang notabennya adalah calon istrinya.
"Boleh aku bertanya?" tanyanya sambil duduk membelakangi disudut ranjang king size nan mewah ini.
Merasa ada suara, Amora kembali duduk setelah tadi membaringkan badan mungilnya untuk memulai tidur siang.
"Hm" jawabnya singkat sambil mengerutkan dahi karena keheranan. Terlebih, Xander menatapnya dengan tajam membuatnya harus cepat mengalihkan pandangan kedepan. Kosong.
"Kenapa kau menerima perjodohan ini? Kau bahkan masih sangat muda dan aku yakin kau pasti ingin hidup bebas." Tanpa rasa bersalah, Xander bertanya masih dengan setia menatap lurus kearah gadis yang tak jauh darinya.
Amora hanya menyunggingkan senyum tipis dan mengembuskan napasnya perlahan. Mencoba berpikir apa maksud dari pertanyaan manusia dingin yang menjelma tampan sedemikian rupa layaknya Dewa Yunani d isampingnya ini.
"Untuk Momku. Aku tak ingin mengecewakan Mom juga Dad. Kau tak perlu khawatir soal hidup bebas. Aku terbiasa menjadi diriku sendiri dan bukan berfoya-foya layaknya gadis di luar sana." Amora menjawab dengan sedikit sinis dan ada nada mengejek, seakan menjawab pernyataan Xander yang sedikit merendahkannya.
Hening sejenak. Hanya deru napas yang saling bersahutan.
"Aku sudah memiliki kekasih dan dia di Los Angeles." Xander memulai dengan pandangan menerawang keatas langit-langit kamar Amora.
Sedikit terkejut dengan apa yang didengarnya, Amora menoleh dengan sigap namun tak lama kembali memandang ke depan. Dengan sedikit senyum kecut diwajah cantiknya.
"Lalu? Untuk apa kau terima perjodohan ini?"
Xander menghela napas sejenak dengan dalam.
"Untuk Mom. Sama sepertimu.Alasan klasik bukan?"
"Hm." Amora menjawab dengan singkat.
"Aku ingin tidur. Bisa kau keluar," lanjutnya lagi tak lama sambil berkata sehalus mungkin untuk membuat Xander keluar dari kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Deep End ✓
RomanceTAMAT DI DREAME Dari awal, hubungan ini tak seharusnya terjalin. Lelaki tampan dengan sorot mata tajam dan dingin. Aku tak menyangka akan bertemu dengannya dan bahkan satu atap bersamanya. Tak dipungkiri akan ketampanan dan pesona yang mampu membuat...