Butuh Jawaban

1K 143 28
                                    

" Ayo cepat nong." Teriak kedua petugas tadi.

" Kamu pasti bisa! Ayo jangan diam saja, Dorong sedikit pakai kakimu!"
Teriak petugas tadi.

Wayo duduk dibelakang petugas, menangis seada-adanya, pernah tahu ada pepatah, disaat kehilangan disitu kau akan merasa bahwa sesuatu itu berharga, mungkin disitu kesadaran wayo terbangun dari tidurnya.

"Pi pha, ja-jangan jatuh wayo mohon."
Suara wayo bergetar, dia merapatkan lutusnya, dan menundukkan kepalanya diatas lutut tadi.

Phana melihat wayo dalam-dalam. Dia tidak mau melihat koala manis itu menangis,

Tolong jangan menunduk, jangan menangis, aku ingin melihat koala manis ku. Apakah ini akan menjadi hari kematianku? Jika iya , jangan siksa aku lagi.

Ada aura keluar dari arah lift, wayo memberanikan diri mengangkat kepalanya, akhirnya mata mereka bertemu. Ada senyum diwajah phana, wayo merangkak pelan dan berat.

" A-ku be-belum mendapatkan jawabannya." wayo menangis lagi sesunggukkan.

" Be-beri tahu aku seseorang itu." ucap wayo lagi.

"Tolong, jangan mati~~~~~" suara parau wayo.

Kedua petugas tadi masih berusaha menarik phana di celah kecil untuk menariknya keluar, mereka berkeringat, jantung serasa mau lepas, menelan ludah, meyakinkan diri orang itu harus benar- benar bisa keluar.

Phana sedikit mendorong kakinya di punggung sisi lift, sedikit gerakan hati-hati, jika tidak lift akan bergoyang, akan memperparah posisi lift menjadi tidak stabil.

Ada sedikit titik terang dan harapan, kepala dan bahu phana sudah bisa keluar, mungkin karena suara wayo tadi yang menyemangati phana untuk berjuang lebih keras lagi.

Satu petugas lagi datang, sedikit mencondongkan tubuhnya kedalam lift, menarik pinggang phana,

" 1... 2.. 3.. " Aba-aba petugas ketiga kepada kedua petugas lain. Disaat kedua kaki phana berhasil keluar disitu juga lift itu tidak mampu lagi menahan dirinya, langsung jatuh kebawah dan membuat suara keras.

Kedua petugas tadi mengambrukkan dirinya ke atas lantai. Phana diantara mereka pun juga ambruk. Mulai banyak orang berdatangan, melihat-lihat apa yang sedang terjadi disana. Phana dan petugas - petugas itu mengatur nafasnya,

" Nong,  kau selamat, terima kasih." sentuh pundak Phana.

"Ini bukan hari yang tepat melihat orang mati didepan kita." ucap petugas satu lagi, tersenyum lega.

Tubuh phana , tubuh orang bersujud. Kepala menunduk kebawah, kepala dan rambutnya menyentuh lantai, nafasnya masih belum juga teratur, kedua kakinya lemas.

Phana bangkit dari sujudnya, mendongakkan kepala keatas, masih dalam keadaan duduk di kedua mata kakinya, kedua tangan phana bertolak pinggang

Breg!

Suara dua tubuh menyatu, wayo memeluk phana. Meski dia sedang lemas, tubuh phana masih mampu meraup tubuh koala manis itu.

" Pi Pha , jangan lakukan itu pada wayo." Phana bersandar diatas pundah kepala wayo. Mengusap kepala dan punggung wayo.

" Pi Pha, janji?!" ucap wayo lagi.

" Emm .."

" Jawab yang benar karena ini tidak lucu, aku melihat Pi Pha seperti siap mau mati tadi!"

"Aku pikir sekikas tadi, aku sudah siap mati." wayo mendongak melihat dagu runcing Phana.

" Disaat kau menundukkan kepalamu, aku tidak bisa melihat wajah mu itu untuk terakhir." Pha melirik wayo, wajah mereka dekat.

Koala KuntetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang