Pemuda Indonesia - @PuanTarigan

1.3K 21 1
                                    

Karya: PuanTarigan

Matahari mulai terbit disebelah timur,

Seorang pemuda sedang menyiapkan diri untuk melakukan aktivitasnya,

Dengan keadaan tubuh yang tidak sempurna pemuda itu menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan,

Setiap hari ia harus berjalan kaki menuju ke sekolahnya yang berjarak 2 km dari rumahnya,

Sepulang sekolah pemuda itu juga harus bekerja di kebun para tetangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namanya Agung Triano. Seorang anak yatim piatu yg diangkat menjadi anak oleh seorang nenek. Agung memiliki keterbatasan fisik, kaki kanannya diamputasi setahun yg lalu akibat kecelakaan. Namun Agung tidak pernah menyerah atau pun putus asa, ia selalu yakin bahwa suatu saat ia akan sukses. Ia mempunyai mimpi menjadi seseorang yg berguna bagi bangsa dan negaranya, ini semua untuk membahagiakan kedua orang tuanya yg sudah tenang dialam sana dan juga neneknya yg selalu menyemangatinya.

"Nek Agung berangkat sekolah dulu" pamitnya dan mencium punggung tangan neneknya.

"Hati-hati kamu"

Agung berjalan dengan lambat karena keterbatasan fisiknya. Ia tidak merasa lelah sedikit pun.

"Ini demi impian aku! " tekadnya dalam hati.

"AGUNG? " teriak seorang wanita dari belakangnya.

"Bela? Kok tumben lama? "

"Iya nih tadi disuruh ibu jagain adek sebentar"

"Oh gitu. Yaudah ayuk kita jalan lagi entar telat" ujar Agung dibarengi senyumannya.

Disepanjang jalan mereka bernyanyi untuk menyemangati diri sendiri, dan itu adalah kebiasaan mereka setiap harinya.

Bangun pemudi pemuda Indonesia...
Tangan bajumu singsingkan untuk negara...

Jam menunjukan pukul 13.45 WIB, Agung baru saja sampai di rumahnya. Setelah berganti pakaian ia langsung makan dengan lauk ikan asin dan nasi. Setelah itu ia mengambil tongkatnya dan mulai berjalan ke kebun tetangganya untuk membantu memanen berbagai macam buah-buahan.

Dibawah panas teriknya matahari ia bekerja di kebun. Sesekali ia mengelap peluh keringatnya yg bercucuran. Ia tidak akan menyerah, kata menyerah hanya untuk orang bodoh begitulah pemikiran Agung.

Masa yang akan datang kewajibanmulah...
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa...
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa...

"Ini demi impianku! Aku harus menjadi orang yg berguna bagi negara ini" tekadnya lagi.

Ia terus bekerja dan bekerja tanpa kenal lelah. Ia tidak mau menyusahkan neneknya dengan bermalas-malasan di rumah. Neneknya melarang ia bekerja tapi Agung menolak.

"nenek tanggung jawab Agung, jadi Agung harus menjaga dan memenuhi kebutuhan nenek" begitulah kira-kira ucapan Agung kepada neneknya.

Matahari mulai tenggelam. Agung telah menyelesaikan tugasnya. Ia pun diberi upah oleh sipemilik kebun.

"Maaf Pak Rudy, uang yg bapak kasih ke saya berlebih. Biasanya juga tidak segini" ujarnya jujur.

"Masa sih? Seingat bapak uang yg saya kasih seperti biasanya kok"

"Tidak pak ini berlebih" Agung mengembalikan uang yg berlebih itu dengan senyumannya.

"Yaudah gpp untuk kamu aja. Anggap aja itu bonus dari saya" ujar Pak Rudy dan membalas senyuman Agung.

"Terima kasih banyak ya pak kalau gitu saya pulang dulu" ujarnya lalu bergegas pulang.

Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas...
Tak usah banyak bicara terus kerja keras...

Sesampainya di rumah Agung disambut oleh neneknya yg kelihatannya sudah selesai masak.

"Eh si kasep cucu nenek udah pulang. Mari masuk. Kamu mandi dulu baru kita makan malam"

Agung tersenyum mendengar ucapan neneknya. Ia mengangguk tanda mengiyakan ucapan neneknya.

"Nek Agung udah selesai. Sekarang kita makan ya? "

Neneknya menepuk tikar yg ada disampingnya.
"Sini duduk disebelah nenek. Sebelumnya nenek mau minta maaf ya gung. Nenek cuma mampu masak telur sambal"

"Ssttt nenek kok ngomongnya gitu? Apa pun yg nenek makan pasti Agung makan kok"

"Nenek bersyukur punya cucu kayak kamu. Walaupun kamu bukan cucu kandung nenek" nenek mengelus rambut Agung dengan lembut.

"Aku udah nganggap nenek itu sebagai nenek kandung aku" Agung memeluk neneknya.

"Yaudah mari makan"

Agung menganggukan kepalanya.

*

"Agungkan? " tanya seseorang yg tiba-tiba ada disebelah Agung.

"Iya"

"Ternyata ini Agung yg dibangga-banggain guru? Si Agung cacat yg berpenampilan buruk ini? " ejeknya.

"Terima kasih atas ejekannya" ujar Agung yg dibarengi senyumannya.

"Enggak usah sok tegar gung. Agung ya Agung bukan Tegar haha" tawaknya meledak.

"Maaf saya harus jalan lagi. Nanti telat ke sekolah"

"Songong banget sih. Oh iya cacat ya? Pasti jalannya lambat ya? Haha. Makanya jangan cacat biar bisa lari kalau telat kayak gue!" ledek cowok itu dengan mendorong Agung. Untung saja Agung mampu menjaga keseimbangan dirinya.

Agung sudah sering diledek seperti ini sama Raka. Bahkan hampir setiap hari. Jadi ia tidak terlalu memasukkan ucapan Raka ke dalam hatinya. Walaupun terasa sakit tapi ia tetap tabah. Toh yg dikatakan Raka bener apa adanya kan? Jadi Agung sudah terbiasa. Walaupun ia sering diledek seperti ini Agung tidak pernah tersulut emosi apalagi membalas perbuatan Raka. Bahkan Agung membalas perbuatan Raka dengan sebuah senyuman dan kata-kata yg baik dan halus. Bertingkah laku halus? Itulah yg selalu diajarkan neneknya kepadanya.

"Maaf Raka saya sudah telat. Lebih baik kita jalan sekarang" saran Agung yg dihadiahi ludah Raka di baju putih abu-abunya.

"Jalan bareng lo? Ngimpi!" bentaknya lalu melesat dengan motornya.

"Semoga Raka diberi keselamatan sampai di sekolah ya Tuhan Amin"

Setelah memanjatkan doa untuk Raka, Agung kembali berjalan.

"Agung jangan terlalu baik sama Raka"

Agung membalikkan badannya dan mendapatkan Bela.

"Terus Agung harus apa? Membalas perbuatan Raka? Mendoakan yg jahat untuk Raka? Untuk apa? Tidak ada gunanya perbuatan jahat dibalas dengan kejahatan bel. Tuhan enggak suka itu. Agung mah udah biasa sama Raka jadi Bela tenang aja" ujar Agung meyakinkan dan melemperkan senyumannya kepada Bela.

"Baik banget sih temen aku ini. Kalau gini caranya aku yakin Agung pasti bisa mencapai dan meraih mimpi Agung dimasa yang akan datang. Bela selalu berdoa yang baik untuk Agung"

Agung kembali tersenyum.
"Terima kasih Bela. Saat Agung sukses nanti Agung tidak akan melupakan Bela. Yaudah kita jalan ya? "

Bela menganggukan kepalanya dan membalas senyuman manis Agung.

Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih...
Bertingkah laku halus hai putra negri.. Bertingkah laku halus hai putra negri..

Tamat ~

Bangun Pemuda Pemudi (Songfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang