Karya: titizkyla
Kamu yang mampu mengubah cara pandangku tentang hal yang tidak pernah kusukai.
*********
Bangun pemuda-pemudi Indonesia
Lengan bajumu sisihkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa..."Eh, apaan sih kalian nyanyi lagu itu? Kampungan tau gak!" ejek Dea menatap anak ekskul paduan suara yang sedang berlatih itu malas.
"Lo yang kampungan! Ini tuh lagu wajib Indonesia, wajar aja kalau kita nyanyiin. Lo pasti gak hapal kan lagu ini?" Anne--Ketua Padus balas mencibir Dea.
Dea mendengus, ia tidak terima diremehkan begini. "Gue hapal kok!" belanya.
"Coba lo nyanyiin, kalau lo hapal," tantang Anne.
"Oke, nih gue buktiin kalau gue hapal!" sahut Dea.
"De, lo kan gak hapal lagu itu," bisik Risa--salah satu dayang-dayang Dea.
"Makanya kalian bantuin gue, buruan cari liriknya di google," suruh Dea setengah berbisik.
"Mana? katanya pengen nyanyi." Eri--anggota Padus berbicara dengan nada sedikit mengejek.
"Iya, ini gue mau nyanyi. Sabar kali!" balas Dea menatap Eri kesal.
Dea pun mulai bernyanyi.
Bangun pemuda-pemudi Indonesia.
Dia berhenti sejenak menunggu dayang-dayangnya membacakan lirik berikutnya.
Masa yang akan datang--
Gadis berambut kecokelatan itu kembali berhenti, Tia tidak jelas membacakan liriknya.
"Kok berhenti? Katanya hapal," sindir Anne tertawa meremehkan.
Dea diam, wajahnya sudah merah padam. Dia benar-benar tidak terima dipermalukan begini. Akhirnya ia memilih untuk pergi meninggalkan mereka.
---
Rooftop sekolah. Di sinilah sekarang Dea berada. Sebenarnya dia lelah menjadi badgirl seperti sekarang ini. Namun ia sudah nyaman, dan konon katanya kalau sudah nyaman susah dilepaskan.
Gadis bermata hazel kecokelatan itu memejamkan matanya sejenak dan menikmati hembusan angin menerpa wajah cantiknya.
"Hobi banget ya? Kabur pas jam pelajaran," seru seseorang yang datang tiba-tiba.
Suara itu terdengar sangat familiar di telinga Dea. Gadis itu menoleh ragu-ragu ke sumber suara.
"Fatur?!" pekik Dea kaget.
Fatur tersenyum menyeringai bak iblis yang sedang tersenyum, sangat mengerikan.
"Lo ngapain di sini?" Dea mengernyit.
Fatur tidak menjawab dan malah berjalan mendekati gadis itu. Dea spontan berdiri dan melangkah mundur.
"Lo takut?" Fatur terkekeh pelan dan menghentikkan langkahnya.
"Gak!" sergah Dea.
"Terus, kenapa lo mundur-mundur gitu?" Fatur tersenyum menyeringai.
"Senyum lo serem abisnya! Gue takut," jawab Dea dengan polosnya.
Fatur kembali terkekeh pelan dan kembali memasang tampang datar. "Gue ikut bolos sama lo, boleh ya?"
Ucapan Fatur membuat Dea mengernyit. Gadis itu seperti sedang bermimpi. Ini tidak mungkin. Seorang Fatur Arifin, sang ketua OSIS SMA Angkasa yang terkenal disiplin dan disayangi oleh para guru, tiba-tiba berkeinginan untuk bolos jam pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangun Pemuda Pemudi (Songfict)
NouvellesSelamat memperingati Sumpah Pemuda sekaligus memperingati Pahlawan Nasional dari Planet Penulis Jingga Indonesia