3

4.3K 265 0
                                    

"Ah, bego! Kenapa pake motor coba?" Keluh (namakamu). Iqbaal yang merasa dikeluhi memutar bola matanya.

"Masih mending gue jemput." Jawabnya simple.

Dengan sekali hentakan, (namakamu) kini sudah stay di sadel motor Iqbaal.

"Pegangan." Pinta Iqbaal sedikit memutar kepalanya.

"Nggak." Bentak (namakamu). Iqbaal melengos lesu.

"Yaudahh.. Jangan salahin gue kalau lo jatoh ke aspal." Peringat Iqbaal.

"Jelas dong, jatuh ke aspal, masa jatoh ke langit. Goblok!"

Brumm..
Satu kali gerakan, kini motor Iqbaal melaju diatas kecepatan rata-rata.

"Demi toge se-erwe. Iqbaal!!" Teriak (namakamu), namun suaranya samar-samar karena angin yang berhembus begitu kencang.

Jalan raya yang ramai ini dibelah oleh motor Iqbaal. Yang terdengar hanya bunyi klakson sana-sini, serta umpatan-umpatan tak jelas. Mereka mengumpat karena Iqbaal terlalu ngebut.

Brakk!
Seperti biasa. (Namakamu) melempar highheelsnya asal.

"Ck! Dokter gila." Umpat Iqbaal dengan suara samar.

Mereka pun selesai berganti baju dengan waktu yang berbeda(?) Jelas beda. Mereka tidak mau berganti baju diwaktu yang sama apalagi tempat yang sama.

Iqbaal menyeduh sebuah kopi di pantri dapur. Sementara (namakamu) sibuk berdiri dihadapan kulkas yang sedang terbuka.

Mereka kini sedang duduk berseblahan di meja makan.

"Lo masih banyak kerjaan?" Tanya (namakamu) seraya mengulurkan tangannya berniat meneguk minuman yang ada dihadapannya.

"Jangan ditanya. Kerjaannya tuh bejibun."

"Ehh, Steffy itu siapa sih?" Tanya Iqbaal tiba-tiba. Raut wajahnya berubah antusias.

"Ini dia, efek samping nikah paksa." (Namakamu) menyeringai. "Dia sepupu gue, dulu tinggal di Jerman. Kalau gak salah 6 tahun yang lalu."

"Kalau gue liat-liat, dia kayaknya udah nikah deh." Terka Iqbaal. Sedetik kemudian jitakan (namakamu) mendarat dikening Iqbaal.

"Adaw.."

"Dia belum nikah."

"Tapi kok bodinya, bodi--hmm--gimana yah? Susah dijelasin."

"Jadi lo perhatiin bodinya? Ha? Dasar mata keranjang." (Namakamu) memukul pundak Iqbaal. Iqbaal yang tadi sibuk meneguk kopinya malah memuncratkan(?) Kopinya.

"Sakit (nam..)." Iqbaal meringis sembari mengelus pundaknya. "Lo cemburu yah?"

"Ehh! Enak aja. Lo kira gue gitu karena cemburu? Najis!"

"Trus?"

(Namakamu) bungkam. Hal yang ingin ia katakan malah tertahan. Ia tak mampu merangkai kata-kata yang bisa membuat Iqbaal tidak salah paham.

"Menurut lo, anak kembar itu lucu gak?" Iqbaal mengalihkan penbicaraan. (Namakamu) kini bisa bernapas legah.

"Lucu lahh.. Emang kenapa lo mau? Adopsi di panti asuhan sana!"

"Ngapain adopsi? Masih ada cara yang lebih baik daripada itu. Enaknya dapet, bangga nya juga dapet." (Namakamu) melongo, mencoba mencerna kembali kata-kata Iqbaal.

Beberapa menit kemudian...

Brukk!

"DEMI TOGE SE-ERWE!!!"

"Emm-Hai!" Sapa Mike, ia mendapati (namakamu) (lagi) di taman rumah sakit. Kedua tangannya ia masukkan ke kantong jasnya.

"Ehh, kamu. Hai!" Balas (namakamu), agak canggung. Entah mengapa ia canggung. Mungkin kosakata yang ia pakai.

"Duduk boleh?" (Namakamu) mengangguk lemah.

Drtt.. Drtt.. Drtt..
Ponsel (namakamu) berteriak melantunkan lagu Adele - Don't You Remember.

"Halo?"
"Taman rumah sakit,"
"Kesini aja,"
"Yaudah.. Gue tunggu.. Bye!"

"Dari siapa?" (Namakamu) tersenyum, namun dalam hati ia merasa sedikit kesal, karena Mike ini terlalu kepo.

"Sepupu." Singkat (namakamu).

"Oh.. Kamu udah punya anak?" (Namakamu) tersentak, namun ia bisa menyembunyikan kekagetannya sebagus mungkin.

"Eh--enggak. Nikah baru 1 bulan juga. Apalagi nikah paksa, butuh pengenalan sana-sini." Jelas (namakamu) ketus ketika mengingat statusnya.

Mike tertawa kecil, "Suami kamu ganteng kok." Mata (namakamu) terbelalak karena beberapa faktor; maksudnya apa? Hubungannya apa? Dan benar itu fakta?

"Lah? Nyambungnya dimana?" Mike terkekeh.

"Hahaha, siapa tau aja. Ganteng trus kepentok." Kini (namakamu) ikut terkekeh.

"Aku bukan tipe seperti itu."

Discovery +idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang