2

5.5K 299 1
                                    

Bugh!
Hantaman satu buah bantal mendarat di pelukan Iqbaal.

"Shh.." Iqbaal meringis tatkala beberapa bantal menyusul menghamtam dirinya. Dirinya hampir terjerembab karena lemparan tak senonoh itu.

"Tidur diluar! Selamanya!" Bentak (namakamu).

Brakk!
Ia mendorong pintu terlalu keras sehingga menghasilkan suara gedobrak, berhasil membuat Iqbaal kaget.

"Ck! Dokter gila!" Umpat Iqbaal dengan suara samar-samar.

"Gue denger, Direktur.." Sahut (namakamu) dari dalam, seperti sedang mengejek.

"Emang kenapa kalau lo denger? Gue gak takut sama lo!" Teriak Iqbaal. Yang didalam, amarahnya semakin memuncak.

"APA TADI LO BILANG? GAK TAKUT? DOKTER GILA?" (Namakamu) muncul begitu saja dihadapan Iqbaal. Lantas Iqbaal terlonjak kaget.

"Hehe, enggak.." Iqbaal nyengir kuda seraya mengacungkan jari tengah beserta jari telunjuknya, sehingga membentuk huruf 'V'.

(Namakamu) menghentakkan kakinya. Lalu berlalu dari hadapan Iqbaal.

Brakk!
Pintu kembali dibanting dengan keras.

Iqbaal menatap pintu itu dengan tatapan mengejek. Tengkuknya yang tak gatal ia garuk :3

"Jangan liat-liat!" Suara dari dalam kamar mampu membuat Iqbaal terlonjak kaget.

'Kok bisa tau yah?'

"Gue bisa tau Direktur Jengkol!" Sambungnya lagi.

Drtt.. Drtt.. Drtt..

Brak! Bruk! Bugh!

Iqbaal terjatuh dari sofa. Kaget. Kaget akan nada dering yang dilantunkan ponselnya.

"Demi jengkol selurah. Sakit banget." Iqbaal meringis, memegangi bokongnya. Kini posisinya sedang terduduk diatas karpet dekat sofa yang ia tiduri.

Ia menatap sekelilingnya. (Namakamu) sudah ada didapur. Tapi, tak seperti biasanya. (Namakamu) belum memakai jas dokternya.

Drtt... Drtt... Drt...

Ponselnya kembali mengalunkan lagu Justin Bieber.

'Adiba's Calling'

Mata Iqbaal membulat. Ada apa sekertarisnya menelponnya di pagi buta begini? Bukankah Iqbaal juga libur kantor hari ini.

"Halo?"
"Berkas apa lagi?"
"Oke, saya akan kesana."

Iqbaal membuang napasnya asal. Adiba cewek berkerudung itu barusaja menelponnya karena urusan kantor. Ia harus menandatangani beberapa berkas yang belum sempat ia selesaikan kemarin. Dan berkas itu harus diserahkan hari ini juga.

Kretek!
Bunyi tulang Iqbaal yang dilemaskan oleh Iqbaal sendiri, berhasil membuat (namakamu) menoleh.

"Lo gak kerja?" Tanya Iqbaal. Berjalan mendekati (namakamu) yang sibuk meniup secangkir kopi.

(Namakamu) meresponnya dengan picingan mata. Ia mendekat ke Iqbaal, meraih dagu Iqbaal dan menatap dagu Iqbaal dengan intens.

Tentu saja perlakuan (namakamu) ini membuat Iqbaal membulatkan matanya. Tanpa penolakan :3

(Namakamu) semakin mendekatkan wajahnya. Iqbaal menutup matanya.

"Ada jerawat," gumam (namakamu). Sedetik kemudian ia kembali ke tempat semula--duduk.

Iqbaal membuka matanya dengan perlahan.

"Lo pikir mau di cium, Baal? Aishh, ngarep." Ucap Yuni Afrianty :v #Abaikan-_\

Iqbaal menyentuh dagunya, "Aww.." Ia meringis tatkala memencet jerawatnya sendiri :3

(Namakamu) berdiri dan masuk ke dalam kamar. Sementara Iqbaal, ia melongo.

(Namakamu) keluar dari kamar lengkap dengan busana(?) Dokternya.

Tqp.. Tap.. Tap..
Derap langkah kaki itu menggema di koridor rumah sakit ini.

Tugasnya sudah selesai. Ia sudah memeriksa beberapa pasiennya.

Ia melangkah ke arah taman rumah sakit. Ia duduk di kursi panjang.

"Hai?" Sapa seorang pria berbalut busana sepertinya. (Namakamu) tersenyum.

"Hai." Balas (namakamu). Pria itu tersenyum dan duduk di sebelahnya.

"Kamu dokter (namakamu) 'kan?" Tanya pria yang berperawakan jangkung. Wajahnya seperti blasteran Indonesia-Jerman.

"Iya. Dan kamu Dokter Mike?" Pria yang diketahui bernama Mike tersebut tersenyum dan mengangguk.

"Dokter spesialis anak?"

"Dan kamu adalah anak dari kepala dokter rumah sakit ini?"

Keduanya saling menatap. Tetapi senyuman Mike luntur dengan perlahan.

"Dengar-dengar, kamu sudah menikah?" Wajah (namakamu) seketika menunjukkan mimik cemberut.

"Hmm. Iya."

"Di usia begini? Kamu 'kan masih muda." Nada bicara Mike seperti orang yang kenal lebih dengan (namakamu).

"Bukan kemauan aku."

"Nikah paksa?"

"Hmm."

Sedetik kemudian, ponsel Mike berdering.

"Halo?.. Iya.. Saya akan kesana.." Mike perlahan-lahan menjauh dari lokasi (namakamu).

Mike memberikan kode ke (namakamu) dengan ibu jari yang menunjuk ke arah bangunan rumah sakit. (Namakamu) mengangguk. Lalu Mike berlalu begitu saja.

(Namakamu) menarik napasnya asal. Dan membuangnya juga asal.

Drtt.. Drtt.. Drt..
Ponsel (namakamu) melantunkan nada dering. Buru-buru (namakamu) merogoh saku jasnya.

'Halo? Lo dimana?' Tanya Iqbaal di seberang sana.

"Suami perhatian,"

'Gue gitu loh. Sekalipun lo bukan istri tersayang,' (namakamu) membulatkan matanya. 'Tapi gue tetap perhatian.'

"Maksud lo apa? Istri tersayang? Jadi lo punya istri lain gitu? Istri yang lo sayang?" Amarah (namakamu) membuncah.

'Ngg--maksud gue bukan gitu. Demi jengkol se-erwe--eh--maksudnya demi jengkol selurah. Enggak!'

"Oke, pernyataan 'demi' diterima. Sekarang gue di taman dekat rumah sakit. Jemput gue sekarang! Gak pake telat! Telat? Sampai dirumah gue jadiin lo semur jengkol." Ancam (namakamu). Diseberang sana hanya ber'iya' ria.

Discovery +idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang