"Dia siapa?" Alis Steffi mengernyit. Tangannya terangkat untuk menunjuk Fiona.
"Anak-
"Asterong! Demi bakwan sekompleks! Lo bilang, lo gak punya anak. Tapi-, masa sih ngandungnya gak cukup sebulan trus langsung lahir gitu?" Steffi nyerocos panjang lebar kek kereta api. "Aduh, dunia.. Kenapa sih? Heran gue!" Steffi menepuk jidatnya sendiri.
"Puy!!" Panggil (namakamu). Berusaha menghentikan cerocosan lebar Steffi.
"Bunda, dia siapa?" Fiona berkata dengan sangat manisnya. (Namakamu) gemas dibuatnya.
"Dia tuh, bule, tapi nyasar. Trus dia gila juga." Mata Steffi membulat.
"Astogeh! Masa sepupu lo yang cantiknya bikin mimisan ungu terong ini lo bilang gila?" Protes Steffi.
"Terserah," ketus (namakamu).
"Haluu gadis cantik!" Steffi membungkuk mencoba mensejajarkan tubuhnya dengan kedua gadis itu. Fiona hanya terkikik geli.
"Kenalin. Ini tante Steffi. Gak boleh panggil Epuy. Tante gak suka." Jelas Steffi tanpa ditanya. (Namakamu) menopang tangannya pada meja kerjanya, memutar bola matanya karena ucapan Steffi yang membuatnya err..(?)
"Udah?" Tanya (namakamu) ketika Steffi selesai nyerocos. "Sekalipun lo ngomongnya seember. Dia gak akan ngerti bahasa elo. Lo kan make bahasa planet."
Asdfghjkl-__- Steffi melotot. Tangannya meraih kedua bocah itu.
"Gue bawa dia sebentar, ke mall doang." (Namakamu) mengangguk lemah. Kali ini ia percaya pada Steffi, sepupunya.
※
"Selamat-.." Perkataan Adiba terhenti tatkala sepasang bola matanya mendapati seorang gadis kecil bergelayut manja digandengan Iqbaal. "..pagi."
"Pagi," Iqbaal tersenyum lalu berbelok keruang kerjanya.
Ceklek..
Iqbaal memutar knop pintu kerjanya. Disini sangat panas, mungkin karena faktor AC belum dinyalakan.Iqbaal mengatur suhu diruangannya menjadi minim derajat.
Flora mematung di sofa Iqbaal. Ia menatap ruangan ini. Menelusuri tiap sudutnya.
"Ayah.." Lirih Flora. Iqbaal mendekat. Menatap Flora yang seperti ingin menangis; matanya berkaca-kaca, hidungnya kembang kempis__-
"Anak ayah kenapa?" Sedetik kemudian Flora menangis sangat kencang.
Adiba yang ruang kerjanya tepat didepan pintu ruangan Iqbaal tentu saja mendengar suara itu. Suara tangisan itu terlalu keras, bahkan ruangan Iqbaal yang kedap suara itu bisa menembusnya(?)
Adiba yang penasaran buru-buru masuk kedalam ruangan Iqbaal. Kali aja dapat sesuatu -_-"
Tok.. Tok.. Tok!
"Masuk!"
Begitu Adiba masuk ke ruangan Iqbaal. Telinga mendadak sakit. Kedua tangannya ia angkat untuk menutup keuda telinganya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Adiba kini bisa mengatasi telinganya.
"Kebetulan sekali," Iqbaal memetik jari tangannya. Ia menoleh pada Flora yang tersedu-sedu. "Flora mau makan?"
※
"Kamu anak siapa sih?" Adiba bertanya pada Flora yang sedang ia gandeng. Berjalan menuju kantin.
"Anak Ayah cama Bunda. Emang kenapa tante?" Mata Adiba membulat.
"Apa? Tante?" Flora mengangguk polos. "Saya masih muda! Gak pantes dipanggil tante!" Jerit Adiba setengah histeris *hiperbolis*
Flora yang begitu cengeng mengeluarkan kekuatan dahsyatnya. Suara tangisnya kembali mengaung dikoridor yang sepi ini.
"Ha?! Kok nangis sih?" Adiba berjongkok. "Cup.. Cup.. Cup.. Gak boleh nangis yahh,"
Adiba sudah berusaha membujuk serta merayu Flora agar berhenti menangis. Tangisannya itu begitu memekakan telinga orang.
"Mau kakak gendong?" Volume tangis Flora makin kencang.
"Tante!" Bentak Flora.
"Kamu tuh yahh, arghh! Kalau bukan karena Pak Iqbaal, aku ogah ngurus anak keras kepala." Celetuk Adiba. Terus-terusan mengoceh.
Adiba mendesah, "Oke. Tante gendong yah?" Flora langsung tersenyum dan nyengir lebar. "Dasar!" Gumam Adiba.
Adiba pun meraih tubuh Flora untuk digendong. Ternyata Flora berat juga. Sehingga Adiba sedikit tergopoh-gopoh.
"Kamu berat banget yah?" Protes Adiba. Sesekali ia berhenti melangkah untuk memperbaiki gendongannya.
Flora yang jahil, memain-mainkan kerudung Adiba, "Ahh! Jangan-jangan!"
Flora semakin jahil.
"Jangan Flora!" Bentak Adiba.
"Aaa!!" Adiba menjerit ketika Flora menarik kerudungnya. Kini kerudung Adiba tampak berantakan.
"Kamu bandel banget sih!" Adiba sangat kesal dengan tingkah Flora.
Flora hanya nyengir lebar selebar mungkin.
"Ketawa lagi! Aku turunin nih," ancam Adiba.
"Talo tante tulunin Flola. Flola bakal talik kepala tante." Dahi Adiba berkerut. Nih anak ngomong apa yah? Pikir Adiba.
Setelah memikirkan panjang-panjang akhirnya ia mengerti, "Eh, gak jadi deng. Kita ke kantin yahh. Kita makan." Adiba nyengir kuda. Flora mengangguk.
※
Mereka sudah sampai dikantin. Dan memilih untuk ke counter makanan untuk memesan.
"Flora mau makan apa?" Tanya Adiba semanis mungkin.
Flora menunjuk beberapa makanan dengan cepat.
"Banyak banget?" Mata Adiba membulat.
"Flora suka sayur?" Flora mengangguk.
"Yaudah, itu mbak." Adiba mengulangi tunjukannya pada makanan yang barusaja ditunjuk oleh Flora *gakenakbangetbahasanya*
Ibu selaku penjaga counter makanan tersebut mengangguk, menuruti pinta Adiba.
Adiba pun berjalan menuju meja yang kosong.
"Huh! Ternyata gendong kamu bisa nguras banyak tenaga." Keluh Adiba duduk dikursi dekat Flora. Melepaskan wedges yang membuat kakinya sumpek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Discovery +idr
Fiksi Penggemar[+18] "Tell me something, I need to know. Then take my breath and never let it go" Iqbaal × (namakamu)