Bimbang

8.2K 223 44
                                    

Aku adalah seorang perempuan yang sopan, apabila aku tidak dipersilakan masuk, maka aku tidak akan masuk seujung jaripun.

Namun, aku juga seorang perempuan yang berjuang. Ketika tidak dipersilakan masuk, maka aku tidak akan beranjak begitu saja.

Aku rasa kamu adalah pemilik rumah yang menghargai. Sebab, di luar masih kamu sediakan tempat duduk untuk ku menunggu.

Wahai tuan rumah, apakah engkau tahu bahwa menunggu itu menyakitkan?

Apalagi menunggu yang tidak disertai kepastian. Itu ibarat, tersesat di sebuah hutan dan tidak ada petunjuk arah. Penuh dengan kebingungan.

Sial, kenapa posisiku yang sebagai wanita? Perkara mencintai, wanita memang kuat. Namun, perkara mengungkapkan, wanita itu sangat lemah.

Kamu sangat mahir menjebakku ke dalam situasi yang semenyedihkan ini.

Sampai kapan aku mencintaimu dalam diam? Aku juga ingin mencintaimu dalam berbicara. Tapi apakah hati dan telingamu bersedia untuk menerima cinta dalam bicaraku.

Aku selalu memohon, agar perasaanmu disamakan dengan perasaanku, berjuta kali. Jika kita masih berbeda, maka akan ada hati yang patah untuk selanjutnya.

Lalu apa maksud dari semua yang sudah kamu beri? Apa benar ini hanya jebakan? Atau aku yang terlalu kegeeran menganggap bahwa diriku adalah salah satu hal penting untukmu? Atau sebenarnya kamu tidak mencintaiku, kamu hanya kesepian, tetapi aku ada?

Berilah aku jawaban atas pertanyaan yang sudah tak terbendung ini, supaya langkahku selanjutnya tidak menjadi petaka untuk diriku sendiri.

Jika kamu tidak mencintaiku, maka utarakan, kemudian berhenti memberiku harapan, sebelum aku semakin dalam jatuhnya. Aku sangat sopan, kamu tidak perlu menyuruhku keluar yang sedari lama menunggu di kursi yang telah kau sediakan. Aku mengerti cara nya mengunci rapat gerbangmu. Yang perlu kamu lakukan adalah belajar, belajar bagaimana cara menghargai keseriusan seseorang.

Jika kamu memiliki rasa yang sama denganku, maka katakan, aku tidak ingin menunggu terlalu lama. Lalu aku akan patahkan kalimatku tadi,

Bahwa ada yang lebih menyakitkan daripada menunggu, yaitu saling menunggu tetapi tidak sama sama tahu.

Kalau kamu tidak bisa menjadi tegas, kamu tunggu saja.

Aku sedang mengumpulkan beberapa niat dan mental. Untuk melampaui kapasitas keberanianku.

Kamu fikir, aku nggak berani mengatakan 'aku cinta kamu' di hadapan kamu? Maaf. Aku tidak sependiam itu. Terkadang aku butuh untuk melegakan perasaanku.

Kamu tunggu saja. Belum sekarang, belum besok. Tapi tetap coming soon.

Kadang rasa takut masih suka hadir.

Takut kecewa karena gagal itu wajar, tapi aku tahu, kecewa karena pernah mencoba adalah bukti dari sebuah perjuangan.

Aku paham betul akan resiko yang terjadi nanti. Itu tergantung respon kamu. Aku sudah pelajari dari segala bab. Hanya dua kemungkinan yang akan aku dapatkan; dicintai atau terpatahkan.

Sebenarnya jika alasan itu dicari, aku bisa saja berhenti mencintaimu. Hanya saja, telah habis inginku mencari selainmu.

[ to be continue ]

Mencintai Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang