Apakah aku diciptakan hanya untuk mengenal rasa sakit saja?
Kini semua nya telah sia-sia. Energi yang aku kerahkan untuk memperjuangkanmu, tak pernah kau nilai sedikitpun.
Aku tidak pernah menyangka akan secepat ini aku harus pergi. Aku masih menjadi perempuan yang sopan, namun aku sudah tidak untuk berjuang.
Bukan berarti aku menyerah untuk hal ini, tetapi kamu sudah tidak menginginkan aku untuk berjuang.
Aku sudah patah, ku mohon jangan kau injak lagi.
Sebab yang paling menyakitkan bukanlah penolakan dari ungkapan cinta, melainkan tidak berkesempatan untuk mengungkapkan cinta.
Jika aku mencari siapa yang salah atas sakit ini, itu adalah kesalahanku. Bukan kamu, kahfi.
Jadi jika harus ada yang aku benci, itu adalah diriku sendiri. Aku belum memaafkan diriku sendiri atas kebodohan ini.
Tidak ada hati yang menolak maaf kecuali telah hancur berkeping-keping.
Namun aku tersadar, sekeras apapun aku berjuang, jikalau sendirian, tidak akan menghasilkan apa-apa.
Hal itu juga membuat aku berfikir,
Kalau cinta tak harus memiliki, sayang juga tak harus terbalaskan, bukan?
Aku tahu, kini aku tak mempunyai arti apapun dalam hidupmu. Walau aku adalah orang terdekat kamu, tapi aku cukup tahu diri untuk mengerti ketidakpentingan peranku dihidupmu.
Kahfi, kini aku tak lagi sama. Hari hariku tak lagi sama seperti sebelum semenyedihkan ini.
Aku sudah membatasi perhatianku untukmu, karena aku yakin ada seseorang yang lebih berhak untuk memberikan itu. Yang aku beri kini hanya sebuah perhatian dari seorang teman yang tidak memiliki harapan lagi.
Mulai dari nama kamu di kontak aku yang kuberi nama 'Harus Bales Cepat' kini menjadi 'Jangan perhatiin'. Itu sekaligus menjadi pengingat, aku tidak boleh berlebihan lagi.
Ya Tuhan sedihnya aku.
Sikapku disekolah juga sudah tidak lagi sama, aku yang dulunya berdekatan denganmu disetiap waktu. Kini hanya jika ada program kerja dalam organisasi. Karena memang sudah ada yang kamu prioritaskan lebih dari aku.
Setiap hari aku seperti menonton drama percintaan di sekolah, yang tokoh utamanya adalah kamu dan Gifta, pacar kamu. Walaupun sejujurnya aku ingin menjadi pemerannya. Tapi tidak untuk menjadi pemeran ketiga, aku masih punya sedikit hati untuk tidak melakukan hal sekotor itu.
Aku selalu mempunyai cara bagaimana harus terlihat kuat dihadapan kamu.
Aku tidak menginginkan untuk memendam rasa kecewa yang berkepanjangan, sebab itu akan menggodaku untuk menimbulkan rasa benci.
Aku tidak ingin menjadi kekanakan untuk menjauh dari hidupmu. Yang sekarang harus aku lakuan adalah menjauhkan rasa cintaku demi baiknya hubunganku.
Aku tahu aku akan menangis. Aku menangis bukan karena aku lemah, melainkan sudah kelewat sakit atas segalanya.
Kalaupun aku bertanya, bagaimana solusimu ketika aku lelah untuk bertahan namun terlalu cinta untuk melepaskan? Aku rasa kamu tidak akan sanggup menjawab ini. Karena yang bisa menjawab ini adalah waktu.
Kahfi, darimu aku belajar bahwa mencintai tidak harus penuh.
Perkiraanmu tentang rapuhnya diriku, itu sepenuhnya salah.
Bahagiamu adalah bahagiaku, meskipun bahagiamu tidak bersamaku.
Permintaan terakhirku, aku ingin menjadi teman yang terbaik untukmu.
Sebab, semesta belum mengijinkan kita untuk bersatu.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Baca cerita baruku yang berjudul 'Maafkan Aku, Mantan' yaa💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Dalam Diam
Teen FictionBohong, kalau mencintai tanpa ada rasa ingin memiliki. Namun, selayaknya tau batas. Segalamu tak harus selalu tentangku, aku paham arti salah satu.