Pernahkah kau mengalamatkan rindu? Aku sering. Bahkan untuk raga yang secara jelas tak pernah menganggapku penting. Apa kau juga pernah mengalamatkan cinta? Aku juga pernah dengan sadarnya tapi tak kau anggap nyata. Cinta dan rindu yang aku ungkapkan, tak pernah membuatmu sedikit terkesan. Hanya keentahan darimu mengahantui pikiran.
Manusia macam apa kau? Sekedar menerima rindu pun enggan.
Manusia jenis apa kau? Untuk menerima cinta pun segan.Kau pernah bilang padaku, bahwa jangan pernah menyalahkan cinta. Sebab, tak pernah ada jatuh cinta yang sengaja. Aku bisa menerima pernyataanmu. Tapi kau terlalu munafik, terlalu mendramatisir, bahwa apa yang kau nyatakan tak sesuai dengan apa yang ada dalam kenyataan. Padahal dengan lantang dan jelas kau seakan membuat kata-kata yang akhirnya kau patahkan sendiri dengan teramat sadar.
Manusia macam apa kau?
Perihal pernyataanmu tentang jangan menyalahkan apapun, lantas kenapa kau tak pernah menghargai cinta? Pengorbanan? Hingga rindu ini salah ku labuhkan.Aku bisa paham jika pada akhirnya kau tak pernah menerima cinta yang aku berikan. Tapi cobalah beri satu alasan, kenapa kau acuhkan hati yang tak pernah letih memperjuangkan? Kau bilang seolah kau yang paling benar. Jika memang kau menghargainya? Apa begitu caranya? Janji temu yang pernah kau ucapkan, hingga kini tak pernah kau rencanakan dalam buku harian.
Apa itu yang disebut penghargaan?
Manusia macam apa kau?
Kau terjerat dalam rangkaian kata yang kau buat sendiri. Sedangkan aku di sini, menunggu mati akan janji yang tak pernah kau tepati.
Manusia macam apa kau?
Cinta ini nyata, butuh muara aku melabuhkannya.
Rindu ini berbalik arah, sebab pergi ke jalan yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Pematah Hati
Romance"Skenario Pematah Hati" aku menamainya. Buku ini aku tulis berdasrkan kisah pengalaman pribadi maupun curhatan dari teman-teman tentang penolakan dan cinta yang gagal di tengah jalan. Berbagai cerita di dalamnya, berbagai wanita ikut terjamah alurny...