BAGIAN EMPAT

2.8K 156 13
                                    

"Dulu, tak ada seorang pun yang berani mengusik hatiku
Dulu, tak ada seorang pun yang mampu membuat bibirku tersenyum mesku hanya sedetik
Tapi kini, entah mengapa kamu dengan begitu berani masuk dan mengusik hatiku bahkan terlalu dalam bila dikatakan hanya sekedar mengusik saja
Kini, entah mengapa kamu selalu saja bisa membuat bibir ini melengkungkan senyum bahkan bukan hanya untuk sedetik tapi selamanya."


Hari ini gadis itu libur dari magangnya karena tidak adanya jadwal untuk hari ini, padahal kalau dipikir-pikir dia itu hanya anak magang tapi bisa dapet libur juga. Senang banget rasanya.

Dira melangkahkan kakinya dengan santai menuju salah satu Restoran bercat putih yang ada didepan sana, ketika dia memasukinya terdengan bunyi Ting!

Dari sebuah bel di depan pintu itu, Dira mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru Restoran itu, dengan latar artistik dengan cat abstrak tapi dengan warna-warna yang menyegarkan mata membuat restoran itu terkesan nyaman.

Dira pun mendudukkan dirinya di salah satu kursi kosong disana, tak lama seorang pelayan datang dan menyapanya.

"Selamat siang mbak? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya, Dira tersenyum kecil.

"Siang juga mbak" ada jeda sedikit sebelum Dira melanjutkan percakapannya, jujur saja dia bingung mau ngomong apa. "Umm, gak mbak makasih" hanya itu yang gadis itu ucapkan. Terkesan melenceng dari pertanyaannya.

Pelayan itu tersenyum maklum. "Atau mbak pesan sesuatu?" tanya pelayan itu lagi. "Gak mbak, nanti aja soalnya saya juga masih nunggu temen." kata Dira, kemudian pelayan itupun tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah, saya permisi dulu kalau begitu." ucap pelayan itu, sedetik kemudian dia pergi setelah diangguki oleh Dira.

Dira menatap sekeliling, rupanya resto ini banyak pengunjungnya adalah anak-anak SMA padahal biasanya anak SMA-kan sukanya di Caffe-caffe gitu. Heran saja.

Tapi dia tidak memusingkan hal itu, tidak perlu pikirnya.

Tak lama bel pintu resto itupun berbunyi pertanda seseorang telah masuk kedalamnya.

Dira menatap orang itu, tak lama senyumannya pun mengembang sampai-sampai matanya menyipit membuat kesan cute di dirinya.

Orang itupun terkekeh, lalu langsung menghampiri meja yang ditempati Dira.

"Biasa aja dong senyumnya, kayak orang lagi seneng liat diskon baju besar-besaran" celetuk lelaki itu sambil terkekeh pelan, tak urung mendengarnya ekpresi Dira berubah menjadi masam.

"Apaan sih bang! Ih ngeselin deh! senyum juga kan ibadah" ucap Dira kesal, sedangkan orang yang di panggil abang itu hanya tersenyum geli lalu mengacak-acak jilbab gadis di depannya dengan gemas.

"Uluh-uluh calon dokter kok ngambekkan sih?" ejeknya, membuat Dira tambah dongkol.

"Auah gelap, udah mana janjinya mau traktirin Dira? Katanya kan hari ini? Mana cepet, udah laper tau ini perut." katanya sambil mengerucutkan bibirnya merajuk.

"Hehe iya-iya deh princess-nya abang fahri, biasa aja kali itu bibirnya pake di maju-majuin kayak moncong bebek aja." ledeknya lagi, membuat Dira menggerutu kesal tak jelas.

Cinta Gadis BerjilbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang