BAGIAN ENAM

3K 131 19
                                    


Hari ini begitu cerah, berbeda dengan hari-hari sebelumnya begitupun dengan suasana hati gadis itu.

Setelah selesai sholat subuh tadi perlahan  mood  gadis itu kian membaik bahkan tanpa sebatang coklat kesukaannya. Dari tadi bibir tipisnya selalu saja menyunggingkan senyum hangat kepada siapapun.

Bahkan di tempatnya magang, beberapa dokter atau suster bertanya padanya ada apa? sampai gadis itu terus saja tersenyum. tapi lagi-lagi hanya senyuman hangatnya sebagai jawaban.

seharian ini dia juga belum melihat dokter bimbingannya, entah dia kemana? tapi Dira tidak terlalu mempermasalahkannya. toh rasanya dia juga sudah mahir bekerja sendiri, kalaupun butuh bantuan masih ada dokter lainnnya yang akan membantunya. seperti kemarin-kemarin kan?

Dira baru saja selesai melayani salah satu pasiennya, Ah ini hari yang melelahkan. pikirnya.

Untung saja sudah masuk waktu istrahat jam makan siang, seenggaknya ada waktu sedikit untuk meregangkan otot-ototnya yang sudah mulai terasa kaku sedari tadi.

Dira pun berdiri dari kursinya dan merapikan beberapa peralaratannya dan jilbab Syar'i berwarna hijau toschanya yang menutup dada.

Gadis itupun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu, tersenyum ketika beberapa pasien dan dokter serta perawat lainnya menyapanya.

Kaki jenjangnya yang tertutup gamis panjang berwarna hitam kelam dan flat shoes berwarna senada dengan jilbabnya itu melangkah dengan pasti kearah kantin yang tersedia dirumah sakit itu.

Mungkin sepiring nasi goreng cocok untuk mengisi perutnya siang ini. jujur saja gadis itu amat teramat sangat menyukai nasi goreng.

Di dudukkan dirinya disalah satu kursi yang disediakan masing-masing stand kantin yang ada di rumah sakit itu, wajar saja kebetulan rumah sakit ini adalah rumah sakit swasta terkemuka dan modern dengan fasilitas yang berkelas jadi jauh dari kesan rumah sakit pada umumnya.

Terkadang Dira sempat berfikir sekeras apa usaha kakeknya sampai bisa membangun rumah sakit semegah ini? padahal kalau di teliti lagi keluarga mereka tidak sekaya itu, ah mungkin saja dulu semasa muda kakeknya adalah seseorang yang sangat pekerja keras sampai-sampai bisa mencapai kesuksesannya yang alhamdulillah bisa mensejahterakan mereka seperti sekarang.

bahkan rumah sakit yang di miliki kakeknya punya beberapa cabang didaerah atau provinsi lain juga.

Dan yang paling Dira syukuri, jika ada pasien yang kekurangan biaya untuk membayar rumah sakit tapi keluarganya sedang kritis kakeknya bahkan langsung akan memerintahkan dokter-dokter disana agar langsung menangani si pasien dan jangan meminta sepeserpun pada mereka.

itulah yang membuat Dira bangga pada kakeknya.

Tersadar dari lamunan panjangnya, gadis itu pun memesan makanan kesukaannya tersebut dan kembali duduk sambil mengutak-atik benda pipih yang ada di depannya.

Sejenak perhatiannya teralihkan kepada benda itu, bahkan dia sampai tidak menyadari seseorang yang kini sedang berdiri di depannya.

menatapnya tajam dengan ekspresi datar seperti biasanya.
siapa lagi kalau bukan Arsa.

merasa di perhatikan seseorang, Dira mengangkat kepalanya. sejenak dia terkejut namun kembali merubah ekspresi wajahnya seperti biasa.

Cinta Gadis BerjilbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang