Sebuah gaun melekat indah pada tubuhmu dan seorang wanita lain juga berdiri disampingmu menggunakan gaun yang sama, riasan sama dan gaya rambut yang sama. Kamu sangat penasaran apakah pakaian dalam kalian juga sama. Perlahan, dengan sangat hati-hati kamu menggandeng lengan wanita itu berjalan diatas altar. Altar pernikahan. Suara alunan musik juga mengalun indah menyatu didalam suasana. Jangan lupakan senyum juga terpancar jelas diwajahnya,tapi tidak denganmu. Rasa sakit bertubi-tubi,semua orang tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya itu.
Sesosok pria tampan berdiri dengan tenang diujung sana, pria dengan tuksedo senada. Senyumnya juga selalu merekah saat menanti sang mempelai. Senyum bahagia yang membuat sakit setiap kali kau melihatnya. Kenyataan bahwa senyum bahagia itu bukan untukmu melainkan wanita yang berada disampingmu membuatmu terluka.
3-4 langkah entah apa yang membuatmu lemas, itu semua kesalahmu seandainya kau tidak menyetujuinya mungkin jimin tidak akan penah menikah lagi. Kamu berhenti cukup lama membuat semua orang kebingungan dengan tingkahmu.
Jimin melangkah kearahmu dengan penuh kehawatiran yang tidak begitu tergambar jelas. Tapi kau tau dengan manik matanya. Jimin menyodorkan lengannya, kamu meraihnya. Ternyata salah,itu bukan untukmu tapi wanita disampingmu. Bahkan jimin tersenyum bukan untukmu. Jadi begini rasa sakit melihat orang yang sangat kamu cintai memilih hidup bersama orang lain.
Kamu kembali, duduk disamping para tamu undangan. Melihat Jimin mengucapkan sumpah dengan wanita itu. Dan jangan lupakan ketiga anakmu juga bersama mereka, dua yeoja cantik dan satu namja tampan ditengahnya. Mereka sangat bahagia.
Tanpa sadar air mata meluncur cepat dari kelopak matamu kamu terisak. Ini sangat menyakitkan.
"yn-ah!! Yn-ah!! Irona wegeure?"
Jimin panik mendengarmu tiba-tiba terisak. Dia berusaha membangunkanmu.
Kamu terbangun, pupil matamu menemukan sosok jimin. Kau merengkuhnya erat menangis sesegukan didalam dada bidangnya.
"kajjima, jangan pergi jangan tinggalkan aku"
Jimin panik apa yang terjadi sebenarnya. Apakah kau memimpikanya? Jimin menepuk bahumu pelan dan halus. Dia mulai menenangkanmu.
"aku disini akan selalu bersamamu, tenang kau hanya bermimpi sayang,aku tidak akan meninggalkanmu lagi"
"kumohon jangan tinggalkan aku"
Jimin memegang kedua lenganmu, memandangimu,mengusap airmata yang mengalir dengan halus. Entah apa yang terjadi dalam mimpimu, Jimin berusaha menenangkanmu dan meyakinkan dirimu bahwa semua itu hanya mimpi dan tidak akan pernah terjadi.
"dengarkan aku"
Lirih jimin membuat kau menatap manik matanya hingga terbuai entah beberapa kali dalam satu waktu. Tatapan mata yang sepenuhnya hangat berbeda dalam mimpi itu. Semua jelas terlihat sekarang.
"kau hanya bermimpi, aku tidak tau apa yang terjadi padaku dalam mimpimu, tapi percayalah semua itu tidak nyata dan itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Kau mempercayaiku bukan?"
Mendengar kalimatnya, kamu terasa tenang dan sepenuhnya percaya. Jimin merengkuhmu dalam dekapannya.
"kau juga mempercayai satu hal ini bukan"
"apa?"
Jimin kembali terdiam dia berfikir tentang apa yang akan kau lakukan setelah mendengar hal ini.
"mianhe"
Kalimat itu yang pertama kali kau dengar dari bibir tebalnya. Kamu mendongak menatap manik mata jimin seperti anak anjing.